UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hipoglikemia karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya Restu, et al., 2015. Salah satu contoh potensi
interaksi obat yang dapat menyebabkan hipoglikemia yang paling banyak terjadi adalah interaksi antara ranitidin dan metformin. Ranitidin akan meningktkan
levelefek metformin melalui penurunan klirens ginjalkompetisi transport tubular renal, sehingga beresiko menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia juga dapat
terjadi karena penggunaan antidiabetes oral yang memiliki cara kerja meningkatkan sekresi insulin pada pankreas, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia. Obat – obat tersebut antara lain dipeptidil peptidase-4 inhibitor,
glucagon-like peptide-1, golongan glinid, golongan sulfonilurea: glibenklamid, glimepirid Hirao, 2015.
Pada beberapa pasien juga terjadi hiperglikemia, yaitu keadaan dimana kadar gula di dalam darah meningkat yaitu kadar gula darah 2 jam setelah makan di
atas 200 mgdL Tandra, 2009. Salah satu contoh potensi interaksi obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia yang paling banyak terjadi adalah interaksi antara
insulin aspart dan metil prednisolon. Metilprednisolon menurunkan efek insulin aspart melalui antagonisme farmakodinamik,sehingga dapat menyebabkan resiko
hiperglikemia drugs.com, 2016.
5.2.8 Hubungan Subjek Penelitian dengan Potensi Interaksi Obat Antidiabetes
5.2.8.1 Hubungan Usia dengan Potensi Interaksi Obat Antidiabetes
Hasil analisis chi square dengan program IMB SPSS 16, diketahui nilai signifikansi yang diperoleh = 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa p0,05, yang
berarti adanya hubungan yang tidak bermakna antara variabel usia dan kejadian potensi interaksi obat antidiabetes.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harding., et al 2003 dalam jurnal penelitannya yang berjudul Dietary Fat
and The Risk of Clinic Type 2 Diabetes, yang menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian DM tipe 2 dan memberikan risiko
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kejadian DM tipe 2 sebesar 0,84 kali. Perbedaan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disebabkan perbedaan tempat penelitian dan terbatasnya
jumlah sampel yang diteliti.
5.2.8.2 Hubungan Jumlah Penyakit Penyerta dengan Potensi Interaksi Obat Antidiabetes
Hasil analisis chi square dengan program IMB SPSS 16, diketahui nilai signifikansi yang diperoleh = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p0,05, yang
berarti adanya hubungan yang bermakna antara variabel jumlah penyakit penyerta dan kejadian potensi interaksi obat antidiabetes p0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manley, H. J., et al 2003 yang menunjukkan bahwa DRP berkorelasi positif
dengan jumlah penyakit penyerta pasien. Jumlah DRP meningkat pada masing- masing pasien sama dengan meningkatnya jumlah penyakit penyerta Manley, H.
J., et al., 2003.
5.2.8.3 Hubungan Jumlah Obat dengan Potensi Interaksi Obat Antidiabetes
Hasil analisis chi square dengan program IMB SPSS 16, diketahui nilai signifikansi yang diperoleh = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p0,05, yang
berarti adanya hubungan yang bermakna antara variabel jumlah penggunaan obat dan kejadian potensi interaksi obat antidiabetes p0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Belaiche, S., et al 2012 di Perancis, yang menyatakan resiko kejadian DRP
meningkat signifikan terhadap kondisi lanjut usia p=0,0027 dan jumlah pengobatan p=0,049 Belaiche, S., et al., 2012.
5.2.9 Pengaruh Kejadian Interaksi Obat terhadap Outcomes pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2
Hasil analisis chi square dengan program IMB SPSS 16, diketahui nilai signifikansi yang diperoleh = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p0,05, yang