UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tjay dan Rahardja, 2002. Obat ini dimetabolisme di hati, hanya 21 metabolit diekresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu dan ginjal Handoko
dan Suharto, 1995. Glipizid  memiliki  waktu  paruh  2-4  jam,  90  glipizid  dimetabolisme
dalam  hati  menjadi  produk  yang  aktif  dan  10  diekskresikan  tanpa  perubahan melalui ginjal Katzung, 2002.
Glimepirid dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal besar 1 mg terbukti efektif
dan  dosis  harian  maksimal  yang  dianjurkan  adalah  8  mg.  Glimepirid  mempunya waktu  paruh  5  jam  dan  dimetabolisme  secara  lengkap  oleh  hati  menjadi  produk
yang tidak aktif Katzung, 2002.
b. Golongan Biguanida
Golongan  ini  yang  tersedia  adalah  metformin,  metformin  menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat selular dan
menurunkan  produksi  gula  hati.  Metformin  juga  menekan  nafsu  makan  hingga berat  badan  tidak  meningkat,  sehingga  layak  diberikan  pada  penderita  yang
overweight Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005. Metformin  dianjurkan  sebagai  terapi  lini  pertama  untuk  semua  pasien
DM  tipe  2  kecuali  pada  pasien  yang  mempunyai  kontraindikasi  dengan  obat tersebut  misalnya  gangguan  fungsi  ginjal,  gangguan  fungsi  hati,  gagal  jantung
kongestif,  asidosis  metabolik,  dehidrasi,  hipoksia,  dan  pengguna  alkohol Kurniawan, 2010.
Metformin  bekerja  dengan  meningkatkan  sensitivitas  insulin  pada  hati dan  otot  sehingga  meningkatkan  pengambilan  glukosa  di  hati.  Metformin  dapat
meningkatkan  sensitivitas  insulin  dan  menurunkan  kadar  insulin  Triplitt  et  al., 2005, serta tidak merangsang pelepasan insulin dari pankreas dan pada umumnya
tidak  menyebabkan  hipoglikemia,  bahkan  dalam  dosis  besar  Brunton  et  al., 2008.
c. Golongan Tiazolidindion
Tiazolidindion  pioglitason  berikatan  pada  Peroxisome  Proliferator Activated Reseptor Gamma PPAR-gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan sel
lemak  Perkeni,  2011.  Selain  itu  tiazolidindion  dapat  memperbaiki  berbagai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
marker fungsi sel β pankreas antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya sekresi insulin  selama  6  bulan,  tetapi  efek  tersebut  hanya  bersifat  sementara  karena
setelah 6 bulan terapi dengan tiazolidindion akan terjadi penurunan fungsi sel β
pankreas Kurniawan, 2010.
Tiazolidindion  dikontraindikasikan  pada  pasien  dengan  gagal  jantung kelas  I-IV  karena  dapat  memperberat  edema  dan  juga  pada  gangguan  faal  hati
Perkeni, 2011. Pioglitazon dan rosiglitason berisiko menimbulkan gagal jantung, bahkan rosiglitason dapat memicu kejadian iskemia miokard Kurniawan, 2010.
Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.
d. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat  golongan α  glukosidase  inhibitor  bekerja  dengan  cara  mencegah
pemecahan  sukrosa  dan  karbohidrat  kompleks  di  usus  halus,  sehingga  absorbsi karbohidrat  diperlambat.  Obat  golongan  ini  dapat  menurunkan  konsentrasi
glukosa posprandial sebesar 40-50 mgdL, tetapi tidak menurunkan kadar glukosa puasa secara signifikan. Pasien yang tepat mendapatkan obat golongan ini adalah
pasien  dengan  nilai  A1c  yang  mendekati  normal  dan  nilai  FPG  yang  mendekati normal. Penurunan A1c karena penggunaan obat ini adalah 0,3-1 Wells et al.,
2012. Contoh: Acarbose Tjay dan Rahardja, 2002.
e. DPP IV Inhibitor
Hormon  pencernaan  glucagon-like  peptide-1  GLP-1  dan  gastric inhibitory  polypeptide  GIP  merupakan hormon  inkretin  yang  dilepaskan  secara
posprandial,  hormon  tersebut  berfungsi  menambah  sekresi  insulin  yang terstimulasi glukosa melalui sensitisasi aksi sel β terhadap glukosa. Glucagon Like
Peptide-1 juga menunjukkan efek penting terhadap homeostasis glukosa lainnya, yaitu  menghambat  sekresi  glukagon,  penundaan  pengosongan  lambung,  dan
menstimulasi biosintesis insulin. Efek tersebut secara potensial dapat meningkatan aksi  insulin  perifer.  Glucagon  Like  Peptide-1  dapat  menurunan  kadar  glukosa
darah  puasa  dan  posprandial  pada  pasien  DM  tipe  1  dan  2,  tetapi  GLP-1  secara cepat  terdegradasi  dalam  plasma  oleh  enzim  dipeptidyl  peptydase  IV  DPP-IV,
enzim  yang  dapat  ditemukan  pada  tubuh  baik  dalam  plasma  ataupun  dinding endotel  pada  beberapa  organ  seperti  ginjal,  hati,  dan  usus.  Enzim  DPP-IV  ini
memecah beberapa peptida yang aktif secara biologis termasuk GLP-1, dan juga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
GIP  melalui  mekanisme  yang  hampir  sama.  Efek  degradasi  GLP-1  oleh  enzim DPP-IV adalah terjadinya penurunan waktu paruh GLP-1  1 menit Triplitt et al.,
2005. Salah  satu  cara  agar  GLP-1  terjaga  ketersediaannya  di  dalam  tubuh
adalah  dengan  cara  menghambat  enzim  DPP-IV.  Penghambatan  enzim  DPP-IV dapat meningkatan waktu paruh hormon inkretin, dalam hal ini adalah GLP-1 dan
juga  GIP.  NVP  DPP728  merupakan  suatu  senyawa  yang  aktif  secara  oral  dan selektif  menghambat  enzim  DPP-IV.  Berdasarkan  data  farmakodinamik  dan
farmakokinetik  pada  subyek  sehat,  total  dosis  harian  yang  dapat  diberikan  yaitu 300  mg  Triplitt  et  al.,  2005.  Obat-obat  golongan  DPP-IV  inhibitor  rata-rata
dapat menurunkan A1c sekitar 0,7-1 pada dosis 100 mg per hari Dipiro et al., 2009.
f. Meglitinid
Glinid  merupakan  obat  yang  memiliki  cara  kerja  sama  dengan sulfonilurea, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Meglitinid
dapat meningkatkan sekresi dan sistesis insulin oleh kelenjar pankreas. Golongan ini  terdiri  dari  2  macam  obat  yaitu  repaglinid  derivat  asam  benzoat  dan
nateglinid  derivat  fenilalanin.  Obat  golongan  glinid  diabsorbsi  dengan  cepat setelah  pemberian  peroral  dan  diekskresikan  secara  cepat  melalui  hati,  dosis
penggunaan  repaglinid  adalah  0,5-1,6  mghari  sedangkan  nateglinid  adalah  120- 360 mghari Triplitt et al., 2005.
2.1.11.3 Algoritma Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
American  Diabetes  Association  2015  telah  mengeluarkan  algoritma penatalaksanaan DM tipe 2 dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap 1
Kebanyakan  pasien  harus  memulai  dengan  perubahan  gaya  hidup konseling gaya hidup, edukasi penurunan berat badan, olahraga, dll..
Apabila perubahan
gaya hidup
saja tidak
cukup untuk
mempertahankan  tujuan  glikemik,  monoterapi  metformin  harus ditambahkan  apabila  tidak  intoleransi  dan  dikontraindikasikan.