6. Terjaminnya proses demokratisasi sehingga jaminan untuk pencapaian yang
nyata dari tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Untuk menentukan bentuk partisipasi masyarakat itu, maka perlu ditentukan masyarakat mana yang dimaksud. Kelompok masyarakat yang terkait
atau berkepentingan terhadap sumberdaya hutan tidak selalu berarti masyarakat yang secara fisik berada dekat dengan sumberdaya tersebut namun bisa termasuk
juga kelompok masyarakat kota misalnya yang menikmati atau mengkonsumsi sumberdaya tersebut. Tidak semua kelompok masyarakat yang memiliki
kepentingan terhadap sumberdaya hutan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan yang berdampak pada kehidupannya, maka
masyarakat yang dimaksudkan khususnya adalah masyarakat yang paling besar terkena dampak dari kebijaksanaan alokasi sumberdaya hutan yang saat ini
berlangsung yaitu masyarakat yang hidupnya didalam atau diperbatasan kawasan sumberdaya hutan.. Ciri-ciri kelompok masyarakat ini umumnya mempunyai
״bargaining power ״ yang sangat lemah, tidak punya sarana dan kemampuan
untuk memperjuangkan kepentingannya, karena sering menjadi “kambing hitam” dari kerusakan hutan Afif, 1992.
2.4.3 Bentuk-bentuk Partisipasi
Adapun bentuk-bentuk partisipasi itu sendiri sangat luas. Umumnya bentuk partisipasi yang muncul dan berkembang di Indonesia adalah bentuk
“support participation” dimana partisipasi yang diarahkan pada mobilisasi dukungan program-program Santosa, 1990 seperti dikutip oleh Afif, 1992.
Partisipasi masyarakat sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi
kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek. namun jarang sekali yang mempermasalahankan
partisipasi masyarakat dari sudut kepentingan masyarakat itu sendiri. Bentuk-bentuk partisipasi yang selain mobilisasi hampir kurang
dikembangkan Santosa, 1990 dalam Afif, 1992, seperti misalnya: 1.
Peluang untuk turut serta dalam merencanakan pemanfaatan, 2.
Peluang untuk turut serta dalam investasi yang disesuaikan dengan kemampuan yang mereka miliki,
3. Peluang untuk memberikan saran dan umpan balik terhadap suatu
kebijaksanaan dan atau rencana pengelolaan, 4.
Peluang untuk mengambil inisiatif dan memutuskan bentuk-bentuk pengelolaan,
5. Peluang untuk merumuskan permasalahan dan merencanakan alternative,
6. Peluang untuk terlibat dalam monitoring,
7. Peluang untuk turut serta melakukan pengelolaan lingkungan.
2.2.4 Sosialisasi Kegiatan Ekowisata pada Masyarakat
Ketika menjalankan kegiatan ekowisata salah satu persyaratan utamanya adalah mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat. Proses sosialisasi
ekowisata biasanya dilakukan pada saat pengurusan perijinan sedang berlangsung. Mekanisme sosialisasi terhadap kegiatan ekowisata ini dapat dilakukan melalui
saresehan, lokakarya tingkat desa, maupun melalui pertemuan dan pendekatan
yang bersifat door to door Sudarto, 1999. Menurut Kelsey dan Hearne 1955 seperti dikutip oleh Mugniesyah 2006 setiap tipe pendekatan akan memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap perubahan perilaku subyek penyuluhan. Adapun jenis-jenis metode yang ada dalam kategori pendekatan kepada masyarakat
adalah: 1.
Pendekatan individual mencakup: demonstarasi, kunjungan rumah, panggilan kantor, korespondensi dan telepon,
2. Pendekatan kelompok mencakup: pertemuan umum, metode demonstrasi,
pelatihan, kursus, 3.
Pendekatan massal mencakup: beritakisah keberhasilan, surat edaran, pameran, buletin, dan poster,
4. Pengaruh tidak langsung, seperti dari tetangga ke tetangga, ngobrol dan
kunjungan, pengamatan sepanjang jalan. Media penyampaian program menurut Mugniesyah 2006 terdiri dari
beberapa teknik yaitu: 1.
Dari luar sistem yaitu dengan menggunakan publikasi lewat mass media TV, radio, surat kabar, majalah, ceramah dan dialog terpimpin,
2. Dari dalam sistem yaitu dengan diskusi keompok dan dialog non terpimpin,
3. Latihan keterampilan yaitu dengan demonstrasi cara dan hasil.
Secara perlahan-lahan, akan timbul perasaan cinta dan memiliki terhadap sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka. Jika perasaan ini telah tercipta pada
masyarakat setempat, maka kelanggengan dan pelestarian sumberdaya alam yang ada di Taman Nasional maupun di daerah konservasi akan terjaga dengan
sendirinya.
2.5 Akses Masyarakat