Akses Masyarakat Kerangka TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Akses Masyarakat

terhadap Kawasan Ekowisata Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menekankan perlu adanya partisipasi masyarakat, tetapi partisipasi itu akan diatur kembali dengan peraturan perudangan-undangan. Partisipasi yang diatur berlebihan justru akan menghambat kerelaan, keinginan sendiri dan kreatifitas dalam upaya melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan untuk suatu perubahan yang dikehendaki, dalam hal ini partisipasi masyarakat partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata. Jaminan bahwa masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati sebetulnya sangat positif dalam hal kontrol akses ke sumberdaya alam hayati dan pengetahuan tradisionalnya, termasuk hak menyangkut pemberian izin akses ke pihak lain. peluang kontrol masyarakat yang mestinya cukup efektif terhadap praktek-praktek pencurian sumberdaya genetika jadi mandul karena proses izin eksploitasipenelitian sepenuhnya ada di tangan pemerintah LIPI atau Departemen terkait. Masyarakat tidak mempunyai wewenang dan tidak terlibat dalam proses pemberian izin tersebut. Di sisi lain, jaminan dan peluang keikutsertaan masyarakat dalam proses pengontrolan kemungkinan pengambilan illegal sumberdaya hayati tidak secara eksplisit dinyatakan LATIN, 1997.

2.6 Kerangka

Pemikiran Daerah Kepulauan Seribu merupakan salah satu daerah kunjungan wisata alam. Salah satu tempat tujuan wisata alam yang diminati wisatawan adalah Pulau Pramuka yang berada dalam wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu. Taman Nasional ini dikelola oleh pemerintah dalam rangka melaksanakan kegiatan konservasi. Kawasan pariwisata dipandang memiliki keunggulan dalam hal peningkatan nilai tambah bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah sehingga mampu merangsang pertumbuhan kesempatan kerja secara langsung dan tidak langsung, baik di sektor formal maupun informal. Untuk mempersiapkan masyarakat agar mampu berkontribusi mengelola kawasan secara lebih baik di masa yang akan datang, maka pemerintah melalui Balai Taman Nasional menyusun program-program yang melibatkan masyarakat secara langsung diantaranya pemberdayaan masyarakat dan pendidikan lingkungan. Peluang masyarakat dalam mengakses kawasan tergantung pada sejauhmana struktur akses dan kontrol dari Taman Nasional dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola kawasan ekowisata. Terkait dengan pola akses dan kontrol terhadap kawasan tersebut, perlu dikaji tentang tingkat dan bentuk partisipasi masyarakat yang diukur pada kelompokgolongan tertentu dilokasi tertentu yang menerima atau memperoleh program tertentu dari ekowisata di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Menurut Arnstein, 1969 tingkatan partisipasi terdiri dari: manipulasi komitmen resmi, terapi pemegang kekuasaan mendidik rakyat, pemberitahuan hak-hak masyarakat dan pilihan-pilihannya mulai diidentifikasikan, konsultasi masyarakat didengar tetapi tidak dipakai sarannya, placation saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan, kemitraan timbal balik dinegosiasikan, pendelegasian kekuasaan masyarakat diberikan kekuasaan untuk sebagian atau seluruh program, dan kontrol oleh masyarakat. Tingkat partisipasi juga dipengaruhi oleh karakteristik program ekowisata yang disosialisasikan di dalam masyarakat. Adapun sosialisasi kegiatan diukur dari tipe pendekatan dan media penyampaian pesan yang dilakukan oeh pihak pengembang ekowisata. Kerangka pemikiran ini dikonstruksikan seperti yang terlihat pada gambar 1. Keterlibatanpartisipasi warga Manfaat: • Ekonomi • Ekologi Struktur akses dan kontrol TNLKpS Peran para pihak dalam kegiatan ekowisata Peluang ekonomi ekowisata Kelompok usaha ekowisata Karakteristik alam kepulauan seribu Keterangan: = mempengaruhi = saling mempengaruhi Gambar 1. Kerangka pemikiran Keterlibatan Masyarakat dalam Usaha Ekowisata

2.8 Hipotesis Penelitian