penyu dan tentunya instansi pemerintah setempat. Dukungan tersebut dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama sehingga profesionalisme dalam bekerja tetap
terjaga. Menurut data yang dicatat, berikut adalah jumlah tamu yang datang dari tahun ke tahun:
Tabel 14. Perkembangan Pengunjung Dolphin Ecotourism
Tahun Jumlah Tamu orang
2003 15 2004 32
2005 70 2006 664
2007 559 2008 885
2009 Januari s.d Juni 349
Sumber: Data sekunder Dolphin Ecotourism, 2009 Satu persatu fasilitas dan peralatan kami perbaiki dan kami tambah
sehingga memenuhi standar pariwisata yang baik. Satu hal yang belum dapat Dolphin sediakan adalah peralatan selam diving, pelatihan tour guide,
pelatihan diving dan sertifikasi diving, sehingga mereka mereka belum dapat melayani tamu yang berminat untuk menyelam dengan baik. Potensi wisata Pulau
Pramuka sangat besar dan akan terus berkembang. Oleh karena itu, Dolphin Ecotourism mencoba selalu menjaga kelestarian laut dan terumbu karang
Kepulauan Seribu.
7.1.2 Elang Ekowisata
Kepulauan Seribu kaya akan sumberdaya alam, khusus ekosistem terumbu karang. Sadar akan kekayaan tersebut, para pemuda Kepulauan Seribu yang
berkedudukan di Kelurahan Panggang dengan cita-cita yang sama membentuk sebuah organisasi yang bernama Elang Ekowisata. Besarnya potensi sumberdaya
alam yang dapat dikembangkan di Kelurahan Pulau Panggang, merupakan motivasi bagi masyarakat pulau untuk berkomitmen mengembangkan Kelurahan
Pulau Panggang khususnya sektor pariwisata. Setelah beberapa tahun mengalami perkembangan akhirnya kami harus mandiri dalam hal manajemen kepengurusan
organisasi, akhirnya terbentuklah tatanan pengelolaan organisasi yang independen seperti sekarang ini dan siap memberi pelayanan pada tamu dan wisatawan yang
berkunjung ke Kepulauan Seribu. Elang Ekowisata berdiri pada tanggal 22 November 2004 diharapkan
menjadi salah satu cikal bakal perkembangan pariwisata Kepulauan Seribu dengan memiliki tujuan untuk memanfaatkan dan menjaga keuuthan ekosistem terumbu
karang Kepulauan Seribu melalui kegiatan wisata yang berkelanjutan. Adapun visi dari Elang Ekowisata ini adalah:
”Memupuk rasa menjaga kelestarian laut serta olahraga laut, menyebarluaskan informasi keindahan alam Indonesia khususnya keindahan alam laut Kepualuan
Seribu serta meningkatkan pariwisata Indonesia khususnya Kepulauan Seribu dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan kemakmuran masyarakat
pulau”. Sedangkan misi dari Elang Ekowisata adalah sebagai berikut:
o Elang Ekowisata mengajak, membina serta membantu para pemuda yang
memiliki kreatifitas untuk mengembangkan diri dan memajukan organisasi serta negara.
o Elang Ekowisata memandu para wisatawan dari dalam maupun dari luar
negeri sebagai investasi pengembangan organisasi dan negara
o Elang Ekowisata sebagai wadah yang dapat membina pemuda atau organisasi
lain untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada alam laut o
Elang Ekowisata dapat bekerja sama dan bermitra sejajar dengan organisasi- organisasi lain dalam setiap kegiatan Elang Ekowisata.
Seperti yang telah dijelaskan di paragraf awal, Taman Nasional memang pada awalnya sudah membuat program wisata pemukiman, namun kegiatan yang
ada di dalamnya kurang melibatkan peran masyarakat lokal. Berdasarkan wawancara lapang, kegiatan pengembangan wisata alam di TNLKpS juga baru
berkembang selama kurun waktu tiga tahun sejak tahun 2004 setelah FRW diadakan. Kegiatan wisata alam ini juga dirasakan masih kurang melibatkan peran
masyarakat lokal. Langkah Balai TNLKpS tersebut ternyata menimbulkan pertanyaan dan kritikan dari kalangan masyarakat akan eksistensi dan fungsi TN,
apakah sebagai badan konservasi ataukah sebagai penyelenggara wisata yang bersifat bisnis.
Langkah BTNLKpS ini dianggap tidak kompatibel dengan inisiasi masyarakat yang berusaha mewujudkan wisata alam mandiri berbasis konservasi
pada FRW yang telah diadakan pada tahun 2003. Masyarakat menginginkan terwujudnya kegiatan wisata alam berbasis konservasi dimana masyarakat lokal
turut dilibatkan didalamnya. Tapi pada kenyataanya, kegiatan ekowisata ini diselenggarakan oleh pihak-pihak tertentu yang bermodal dan kurang adanya
pelibatan masyarakat lokal. Kritikan dari masyarakat ini membuat Taman Nasional berusaha untuk memperbaiki kegiatan ekowisata ada selama ini.
Pentingnya arti masyarakat bagi kelangsungan pelestarian alam dalam suatu kawasan Taman Nasional menjadi satu pendorong bagi pengelola TNLKpS
untuk merancang suatu kegiatan wisata alam bahari yang berbasiskan masyarakat. Wisata pendidikan dan konservasi laut di Pulau Pemukiman menjadi program
unggulan yang ditawarkan TNLKpS kepada masyarakat. Wilayah Kelurahan Pulau Panggang yang bersentuhan langsung dengan
aktifitas-aktifitas Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, memerlukan lembaga di tingkat masyarakat yang ikut berperan terhadap pembangunan laut dan kelautan
di wilayahnya ke arah kelestarian fungsi dan manfaatnya. Didirikanlah Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan Samo-Samo SPKP Samo-Samo pada tanggal
15 Desember 2006 di Kelurahan Pulau Panggang. Warga yang pernah manjadi inisiator dalam FRW di minta oleh pihak
Taman Nasional untuk bergabung didalamnya. Bergabung dalam SPKP Samo- Samo membuat mereka ingin mencoba merealisasikan kembali tujuan FRW
dahulu yang tertunda. Ternyata pihak Taman Nasional menyambut dengan baik ide tersebut dan berusaha untuk menjadi fasilitator untuk mewujudkan tujuan
tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh salah satu informan: ’Dibandingkan dengan pihak pemerintah yang lain ternyata pihak
Taman Nasional paling merespon tujuan FRW ini, makanya SPKP juga dibentuk dengan ada perjanjian awal sebelumnya, kalau dasar
program yang dipakai itu sama dengan FRW kami masyarakat setuju tapi jika tidak masyarakat menolak, untuk apa melakukan
perencanaan yang berulang-ulang dari awal lagi kalau sebenarnya tujuannya itu-itu juga’.
SPKP Samo-Samo ini dijadikan wadah bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan yang telah tumbuh setelah FRW diadakan. Anggotanya terdiri
dari kelompok Dewan Kelurahan, Pernitas, APL, Coral Reef, Elang Ekowisata, Clown Fish, Sea farming, RW, Gerakan Pramuka, Alam Lestari, Pondok karang,
Gerakan Masjid, dan Dolphin Ecotourism. Atas dukungan dari berbagai kelompok
masyarakat yang ada maka terbentuklah tujuan Taman Nasional bersama dengan warga untuk menciptakan model desa konservasi di Kelurahan Pulau Panggang
serta menciptakan kegiatan ekowisata yang berbasis konservasi di Pulau Pramuka. Mulailah pada awal tahun 2007 sampai dengan sekarang, kegiatan wisata alam di
Taman Nasional ini melibatkan peran masyarakat. BTNLKpS mendorong upaya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
melalui legalisasi dan sertifikasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dengan tujuan membangun kemandirian masyarakat lokal dalam kepedulian dan aksi konservasi
laut dan pembangunan kepariwisataan Kepulauan Seribu. Terkait dengan legalitas dan pembinaan pemanfaatan tradisional tersebut, sampai saat ini, BTNLKpS telah
melakukan kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Pemanfaatan Tradisional Ikan Ikan Hias dan Konsumsi, Budidaya Karang Hias, Budidaya Kerang Hias, dan
Souvenir Kerajinan Karang dan Kerang Hias. BTNLKpS juga telah mengadakan berbagai pelatihan untuk menyelam dan pemandu wisata bagi masyarakat di Pulau
Pramuka yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat ketika mendampingi wisatawan yang datang. Program-program pelatihan yang
diselenggarakan ini, dipandang dapat menimbulkan fungsi ganda yaitu selain akan mengharumkan nama kawasan ekowisata di Pulau Pramuka sebagai sarana
promosi, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar obyek wisata. Sampai sekarang penyelenggaraan Ekowisata yang ada di Pulau Pramuka
terus berkembang tidak hanya pihak dari Taman Nasional dan kelompok swadaya masyarakat yang telah ada, namun berkembang pula usaha-usaha ekowisata lain
baik berasal dari masyarakat lokal maupun dari pihak masyarakat luar Pulau Pramuka.
7.2 Keterlibatan Masyarakat Pulau Pramuka