d. Uji Autokorelasi apakah ditemukan korelasi antar variabel kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya
Uji deteksi ada atau tidaknya Autokorelasi berpedoman besaran Durbin-Watson D-W yang dari peroleh atas model regresi, apabila:
1 Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2 Angka D-W diantara -2 sampai +2berarti tidak ada autokorelasi positif.
3 Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif Singgih, 2000
Berdasarkan data yang diperoleh dari instansi terkait selanjutnya dengan bantuan komputer diperoleh uji deteksi Autokorelasi dengan angka D-W antara -2 sampai
+2, artinya pada model tidak terdapat autokorelasi.
4.4. Pengaruh Industri Pengolahan Kayu terhadap Pengembangan Wilayah
Industri pengolahan kayu dalam penelitian ini adalah identik dengan nilai produksi yang dihasilkan serta investasi. Pengembangan wilayah dalam hal ini diukur
berdasarkan indikator PDRB Sektor Industri Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Hasil Uji Statistik Pengaruh variabel Produksi Industri Pengolahan Kayu dan Investasi terhadap Pengembangan Wilayah PDRB
Sektor Industri
Variabel Model
Significant p Koefisien Regresi
T
Konstanta
-hitung
-3.279 -2.118
.049 Produksi
-18.892 -1.014
.325 Investasi
3180.430 2.828
.012 T
-tabel
F 1.740
-tabel
R 3.59
2
Adj.R.Square =.569 =.614
F
-hitung
DW =.384 =13.518
= Signifikan pada pengujian
α = 5 1.740 = Signifikan pada pengujian
α = 10 1.333
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh hasil uji statistik Pengaruh Industri Pengolahan Kayu Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai
Indikator PDRB Sektor Industri Kabupaten Serdang Bedagai dengan memasukkan seluruh variabel bebas meliputi, 1Investasi dan 2 Nilai Produksi secara serentak
dengan hasil sebagai berikut:
Uji Statistik secara Partial a. Pengaruh Produksi Terhadap Pengembangan Wilayah
Koefisien regresi 18.982 pada variabel investasi artinya secara statistik setiap peningkatan investasi Rp.1,- akan berpengaruh terhadap peningkatan PDRB
Sektor Industri Kabupaten Serdang Bedagai sebesar Rp.18.982,- pada saat konstanta ceteris paribus .
Universitas Sumatera Utara
Variabel nilai produksi industri pengolahan kayu tidak memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan pada pengujian
α = 5 terhadap pengembangan wilayah dengan indikator PDRB Sektor Industri, di mana t
–stat
lebih kecil dari t
- tabel
t
–stat
t
–tabel
Produksi pengolahan kayu yang beragam seperti kayu gergajian, moulding maupun kayu lapis banyak diekspor keluar negeri karena adanya kebijakan
pemerintah tentang peningkatan industri terpadu yang berintikan kayu lapis. Dengan adanya kebijakan ini, sebagian besar kayu bulat dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan industri kayu lapis sehingga pasokan bahan baku untuk industri kayu gergajian menjadi berkurang. Kemudian dengan adanya kebijakan
peningkatan pajak ekspor kayu gergajian yang bertujuan untuk lebih mendorong industri pengolahan kayu lanjutan. Di lain pihak industri pengolahan kayu lanjutan
belum siap, sehingga terjadilah kelebihan produksi kayu gergajian dalam negeri karena tidak bisa diekspor. Keadaan ini mengakibatkan industri menurunkan
produksinya. Adanya pemberlakuan kembali ekspor kayu bulat juga mempengaruhi produksi kayu lapis. Kemampuan produksi industri kayu lapis
melebihi kapasitas terpasang industri. Secara teoritis, suatu industri tidak dapat berproduksi melebihi kapasitas terpasangnya. Akan tetapi peningkatan produksi
dapat dilakukan dengan penambahan waktu kerja kerja lembur atau menambah shift, misalnya dari satu shift menjadi dua shift dalam sehari kerja. Peningkatan
produksi dilakukan terutama apabila permintaan pasar meningkat dengan tingkat ; -1.014 1,740.
Universitas Sumatera Utara
harga yang menguntungkan, juga dapat terjadi apabila persediaan kayu bulat sudah terlampau banyak. Namun kemampuan produksi kayu lapis semakin menurun.
Suatu industri berproduksi di bawah kapasitas terpasang kemungkinan disebabkan karena kekurangan bahan baku, kemampuan pasar untuk menampung barang
produksi menurun, peralatan produksi rusak atau pertimbangan kebijaksanaan khusus pengusaha. Jika dilihat dari rendemennya, efisiensi penggunaan bahan
baku untuk industri kayu lapis masih rendah. Industri kayu lapis termasuk industri yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga dalam proses produksinya
memerlukan mesin-mesin yang memadai dan ketrampilan tenaga kerja yang cukup. Selain menghasilkan produk kayu lapis, produk lain yang dihasilkan oleh
industri tersebut adalah block board. Produk block board belum begitu berkembang di Sumatera Utara dibandingkan kayu lapis, sehingga produksinya
pertahun relatif kecil. Block board hampir sama dengan kayu lapis, namun lapisan inti atau lapisan tengahnya menggunakan papan-papan yang direkat. Selain
menggunakan bahan veneer, block board juga menggunakan bahan baku dari kayu gergajian.
Pemasaran hasil produksi ternyata lebih banyak disalurkan ke luar daerah. Beberapa perusahan hulu ternyata sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan
hilir di luar daerah. Oleh karena hal tersebut hendaknya pemerintah membuat kebijakan agar hasil produksi tidak hanya dipasarkan keluar tetapi juga di dalam
daerah.
Universitas Sumatera Utara
Hasil produksi pengolahan kayu yang kebanyakan berupa barang setengah jadi menjadikannya tidak signifikan karena pada PDRB Sektor Industri barang yang
dihitung adalah barang jadi. Kemudian daerah lain yang ternyata lebih kuat dalam memproduksi barang jadi membuat produksi pengolahan kayu di Kabupaten
Serdang Bedagai tidak berpengaruh terhadap pengembangan wilayahnya. Hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya pengaruh nilai produksi terhadap
pengembangan wilayah yang seharusnya apabila dilihat dari tingginya nilai produksi, kemungkinan diakibatkan karena alasan tersebut diatas tadi dan juga
kelemahan data yang diambil oleh peneliti yang hanya mengambil data per tahun yang kemudian dipecah menjadi pertriwulan dengan metode Insukrindo. Maka
untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data yang lebih rinci dan akurat seperti data dari Kantor Penanaman Modal Asing.
b. Pengaruh Investasi Terhadap Pengembangan Wilayah