Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi Industri Pengolahan Kayu

Variabel Investasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada pengujian α = 5 terhadap produksi industri pengolahan kayu di mana nilai t –stat lebih besar dari t -tabel 3:20 t –stat t –tabel Investasi merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Semakin tinggi investasi maka akan semakin tinggi pula produktifitas industri yang berimbas pada pembangunan daerah. Pemerintah hendaknya gencar menarik investor baik dari luar maupun dalam meningkatkan pertumbuhan industri di daerahnya. Kemudahan perizinan usaha menjadi pendorong minat investor. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dalam hal perizinan sudah menggunakan sistem perizinan terpadu sehingga memudahkan investor dalam mengurus perizinan usahanya. ; 4,809 1.746. Menurut Stern 2002 iklim usaha atau investasi yang kondusif adalah iklim yang mendorong sesorang melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin di satu sisi, dan bisa menghasilkan keuntungan jangka panjang setinggi mungkin. Pengembangan pembangunan ekonomi akan terlaksana bila pembentukan modal berjalan baik. Oleh sebab itu pembangunan yang berhasil akan tetap berusaha meningkatkan modalnya.

b. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi Industri Pengolahan Kayu

Koefisien regresi 24083984,509 pada variabel tenaga kerja artinya secara statistik setiap peningkatan tenaga kerja 1 orang akan meningkatkan produksi industri Universitas Sumatera Utara pengolahan kayu sebesar Rp.24083984,509,- pada saat konstanta ceteris paribus. Variabel jumlah tenaga kerja tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap produksi pengolahan kayu pada pengujian α = 5 terhadap produksi industri pengolahan kayu di mana nilai t –stat lebih kecil dari t -tabel 5:20 t –stat t –tabel Tenaga kerja tidak memberikan pengaruh yang signifikan dikarenakan tingkat keahlian dan potensi dari pekerja yang kurang memadai. Para pekerja masih hanya mengandalkan kekuatan tenaganya sedangkan kualitas sumber daya manusianya masih kurang untuk menunjang peningkatan kualitas produksi kayu. Tidak adanya pelatihan yang diberikan mengakibatkan tenaga kerja tidak memiliki keahlian yang spesifik untuk mendukung kinerjanya. ; 1.309 1.746. Pada industri pengolahan kayu hilir tergolong padat karya, yakni industri yang banyak menyerap tenaga kerja dikarenakan industri ini mengolah barang setengah jadi yang lebih banyak membutuhkan tenaga manusia. Sedangkan pada industri hulu yang mengolah barang jadi lebih ke padat modalteknologi dikarenakan membutuhkan teknologi yang tinggi untuk efisiensi industri. Semakin berkembangnya teknologi dan penerapan efisiensi industri berdampak pada menurunnya penyerapan kerja. Oleh karena itu pemerintah memberlakukan pemberian insentif bagi industri yang padat karya labour intensif dalam bentuk tax allowance yaitu pemberian keringanan pajak. Namun Menteri Perindustrian Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa dalam penambahan tenaga kerja disertai dengan pelatihantraining untuk menjadi skill labour atau semi skill labour. Tujuannya agar tenaga kerja benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidangnya sehingga dapat meningkatkan produktifitas industri.

c. Pengaruh Bahan Baku terhadap Produksi Industri Pengolahan Kayu