Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan preventive, berperan untuk meminimalkan atau meniadakan kemungkinan terjadi cacat yang
disebabkan OPK, bukan pengobatan curative yang diilakukan dalam rangka pengendalian mutu atau kualitas, mencakup kualitas bahan baku dan produk serta
memperpanjang umur pakai kayu. Biasanya penggunaan pengawet kayu mengacu pada penggunaan pestisida bahan kimia pengawet yang dimasukkan ke dalam kayu
Barly,1990. Dalam hal ini, persyaratan bagi bahan pengawet kayu antara lain harus memiliki sifat efikasi terhadap OPK, mampu menembus ke dalam kayu dan tidak
mudah luntur atau terikat di dalam kayu, tetapi beberapa jenis bahan pengawet larut air bersifat korosif Kadir dan Barly, 1974. Istilah bahan pengawet kayu sekarang
termasuk bahan kimia atau kombinasi bahan yang dapat mencegah kerusakan kayu terhadap satu atau kombinasi antara; pelapukan decay, serangga termite, binatang
laut marine borer, api fire, cuaca weathering, penyerapan air dan reaksi kimia Anonim, 1976.
2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Industri
Menurut beberapa ahli geografi ekonomi seperti Renner, Alexander, dan Robinson perkembangan suatu industri ditentukan oleh faktor pokok dan faktor
tambahan. Yang termasuk faktor pokok adalah bahan mentah modal, tenaga kerja, sumber tenaga, transportasi dan pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah faktor pokok yang menetukan perkembangan industri. 1.
Faktor – faktor pendukung pembangunan industri. Apabila semua faktor tersebut dapat terpenuhi, kegiatan industri dapat berjalan
lancar tanpa hambatan. Bagi Indonesia, terdapat banyak faktor yang dapat mendukung pembangunan industri. Faktor-faktor berupa kekayaan negara, antara
lain sebagai berikut: a
Bahan mentah bahan baku, b modal, c tenaga kerja, d sumber tenaga, e transformasi, f pemasaran hasil industri, g pemerintahan yang stabil,
h kondisi perekonomian: 1. pendapatan perkapita, 2. saluran distribusi, i kemajuan teknologi, j semangat rakyat untuk membangun, k iklim yang baik
dan l kebudayaan. 2.
Faktor – faktor penghambat pembangunan industri. a.
Modal yang kurang. b.
Terbatasnya tenaga ahli dan tenaga terampil. c.
Pemasaran yang kurang lancar. d.
Kualitas barang.
2.4. Dampak Pembangunan Industri
1. Dampak Positif
a. Mengurangi ketergantungan akan hasil industri dari negara lain.
b. Menambah pemasukan devisa negara
c. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
d. Perbaikan dan pengembangan sarana umum
e. Berkembangnya sektor informal
2. Dampak Negatif
a. Berkurangnya lahan pertanian
b. Pencemaran lingkungan
c. Perubahan cara hidup
2.5. Faktor Produksi dalam Pembangunan Ekonomi
2.5.1. Tanah
Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabriknya hasil- hasil pertanian yaitu tempat di mana produksi berjalan dan darimana hasil produksi
itu keluar. Oleh sebab itu tanah sebagai unsur produksi mempunyai kedudukan paling penting dewasa ini, hal ini terbukti bahwa besarnya balas jasa yang diterima oleh
tanah masih lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Tanah sebagai unsur produksi biasanya terdiri dari barang ekonomi yang
diberikan oleh alam yang meliputi permukaan tanah, air dan segala yang terkandung berada di dalamnya.
Menurut David Ricardo menunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa
tanah. Dengan berkembangnya penduduk maka nilai tanah akan terus naik karena tanah adalah satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat dibuat oleh manusia
Mubyarto, 1977.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Modal
Pengertian modal diartikan sebagai tabungan masyarakat yang setiap saat dapat digunakan untuk membeli saham perusahaan atau obligasi pemerintah ataupun
yang dipinjamkan kepada orang lain. Modal dinyatakan nilainya dalam bentuk uang yang merupakan sebagai alat pengukur nilai dari modal tersebut.
Pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Karena modal
menghasilkan barang-barang baru atau merupakan alat untuk memupuk pendapatan maka akan menciptakan dorongan dan minat untuk menyisihkan kekayaannya
maupun hasil produksi dengan maksud yang produktif dan tidak untuk maksud keperluan yang konsumtif.
Modal dapat diciptakan untuk menahan diri dalam bentuk konsumsi, dengan tujuan pendapatannya akan dapat lebih besar lagi di masa yang akan datang.
Pengembangan pembangunan ekonomi akan terlaksana bila pembentukan modal berjalan baik. Oleh sebab itu pembangunan yang berhasil akan tetap berusaha
meningkatkan modalnya.
2.5.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan resources, tepatnya human resources atau sumber daya manusia yang berperan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Peranan
tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat besar terhadap perkembangan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, demikian pula pada sektor industri yang banyak berorientasi kepada sektor padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja.
Pengertian tenaga kerja dalam www.nakertrans.go.id adalah: setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat UU Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun 1969. Dalam hubungan ini maka pembinaan
tenaga kerja merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.
Pengertian bekerja menurut indikator ketenagakerjaan adalah: “Jika telah melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh pendapatan atau
keuntungan paling sedikit satu jam secara tidak terputus selama satu minggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja yang tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi”. Menurut BPS 2001 membagi tenaga kerja employed atas 3 tiga macam,
yaitu: a.
Tenaga kerja penuh full employed, adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam kerja
≥ 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.
b. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran under employed, adalah
tenaga kerja dengan jam kerja 35 jam dalam seminggu. c.
Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja unemployed, adalah tenaga kerja dengan jam kerja
≤ 1 jam per minggu.
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak 1998 menyatakan tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari
dan: 1 golongan yang bekerja, 2 golongan yang menganggur atau mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari: 1 golongan bersekolah,
2 golongan yang mengurus rumah tangga, dan 3 golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga kelompok dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu
dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering juga dinamakan potential labor force.
Menurut Sukirno 2000, golongan penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berumur di antara 15-64 tahun.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.5.4. Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan dasar yang dibutuhkan dalam proses pengolahanindustri. Dalam industri pengolahan kayu, bahan baku yang dipakai
tentunya adalah kayu. Kayu yang merupakan hasil hutan dari kekayaan alam merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang jadi dengan
menggunakan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus maupun kayu yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini ialah
sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk
kayu pertukangan, kayu industrI bakar Dumanauw J.F, 1990. Produk paling penting dari pengolahan kayu secara kimia adalah pulp. Kimia
kayu dan komponen-komponennya tidak dapat dipisahkan dari strukturnya. Kayu tidak hanya merupakan senyawa kimia, atau jaringan anatomi, atau bahan tetapi
merupakan gabungan dari ketiganya. Kesemuanya ini merupakan hasil hubungan yang erat dari komponen-komponen kimia yang membentuk unsur-unsur ultra
struktur, yang kemudian bergabung menjadi suatu sistem yang berderajat tinggi yang membentuk dinding sel yang akhirnya membentuk jaringan kayu Fengel. D, 1995
Selama periode prasejarah dan sesudahnya kayu tidak hanya digunakan untuk bahan bangunan tetapi juga semakin penting sebagai bahan mentah kimia untuk
pembuatan arang digunakan dalam peleburan besi, getah digunakan untuk mengawetkan dan melapisi lambung kapal, dan kalium digunakan dalam pembuatan
gelas dan sebagai bahan pemucat kain dan tekstil kapas. Namun di sisi lain kayu merupakan bahan dasar yang sangat modern. Kubah-kubah kayu yang besar dan
perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahannya. Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, papan partikel dan papan serat, kayu telah menjadi
bahan bangunan yang berharga. Disamping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp dan kertas, serat, film, aditif dan banyak produk lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet: 1.
Kelas awet I sangat awet, missal: kayu sonokeling dan jati. 2.
Kelas awet II awet, missal: kayu merbau dan mahoni. 3.
Kelas awet III kurang awet, missal: kayu karet dan pinus. 4.
Kelas awet IV tidak awet, missal: kayu sengon. 5.
Kelas V sangat tidak awet.
2.5.5. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai kesempatan berusaha atas semua
pekerjaan yang tersedia pada lapangan kerja di mana tenaga kerja tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.
Dengan keterbatasan penambahan jumlah kesempatan kerja akibat keterbatasan peningkatan jumlah investasi dan penempatan tenaga kerja yang
diciptakan, maka akan menimbulkan kerawanan pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka langkah-langkah untuk memperluas kesempatan kerja
adalah merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, untuk itu diambil kebijaksanaan menyeluruh dan terpadu dalam memperluas kesempatan kerja yang menyangkut
kepada pengarahan investasi dan pembangunan yang berorientasi kepada perluasan kesempatan kerja, pendidikan dan ketarmpilan yang menunjang pembangunan dan
dapat terserap oleh lapangan kerja yang tersedia Kamaluddin Rustian, 1983.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pengembangan Wilayah
Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang tercakup dalam sektor pemerintah maupun dalam masyarakat,
dilaksanakan dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya adalah bersifat
meningkatkan pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk- produk maupun melalui berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh
peningkatan kawasan. Peningkatan pada kawasan dapat pula diartikan sebaga peristiwa
pengembangan wilayah pada wilayah yang bersangkutan sehingga keseluruhan usaha yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat
dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses berkembangnya wilayah Purnomosidi, 1981 dalam Parluhutan, 2001.
Hartshone dalam Hanafiah 1992 memformulasikan pengertian wilayah sebagai berikut:” Suatu area dengan lokasi spesifik dan dalam beberapa aspek tertentu
berbeda dengan area lain”. Unit area ini adalah merupakan objek konkrit dengan karakteristik yang unik. Struktur wilayah akan mempunyai watak dari pada “mosaik”
dari tiap-tiap bagian yang memiliki kesamaan. Wilayah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu unit kesatuan.
Pengertian unit geografi adalah ruang, sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu meliputi aspek lain seperti aspek biologi, ekonomi, sosial
dan budaya Wibowo, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Miraza 2005, pengembangan wilayah adalah pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakan secara fully
dan effeciency agar potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Sasaran pembangunan harus diterjemahkan dari tujuan pembangunan nasional. Di mana tujuan pembangunan daerah harus konsisten dengan tujuan
pembangunan nasional yang umumnya terdiri atas: a.
Mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat. b.
Menyediakan kesempatan kerja yang cukup. c.
Pemerataan pendapatan. d.
Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah.
e. Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah Hadjisaroso,1994.
Pemerintah melakukan berbagai program pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan tersebut berlandaskan pada pengertian
sebagai pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Suryana 2000 mengatakan bahwa pembangunan diartikan sebagai suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial, sikap mental yang sudah terbiasa, dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan. Oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis dan bukan sebagai konsep statis, di mana pembangunan adalah suatu orientasi-orientasi
dan kegiatan usaha tanpa akhir. Berdasarkan uraian diatas, maka wilayah pembangunan hendaknya sesuai
dengan wilayah administratif dan juga mempunyai ciri wilayah modal. Dalam praktek, apabila membahas mengenai perencanaan pembangunan daerah, pengertian
daerah administratif paling banyak digunakan karena alasan kemudahan koordinasi dan tersedianya data untuk perencanaan. Wilayah pengembangan dipakai untuk
wilayah yang berdasarkan homogneity dan bertujuan lebih banyak untuk analisis informasi dalam wilayah itu guna keperluan pengembangan. Batas wilayah tidak
terikat pada batas administratif dan tidak perlu mempunyai pusat. Misalnya satu propinsi mungkin mempunyai wilayah pengembangan seperti wilayah pantai timur,
wilayah pantai barat, wilayah pegunungan dan wilayah kepulauan yang masing- masing mempunyai ciri geografis, fauna dan flora yang sama.
Jadi dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi adalah merupakan suatu proses, di mana dengan proses itu akan terlihat adanya perubahan yang besar dalam
struktur sosial, sikap mental yang telah terbiasa, pertumbuhan ekonomi serta pemberantasan kemiskinan dan pengangguran, pemberantasan letimpangan dalam
pendapatan perkapita melalui perluasan kesempatan kerja yang memadai, pendidikan dan juga dengan cara membebaskan masyarakat dari sikap ketergantungan terhadap
orang lain serta mengangkat kesadaran akan harga diri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sirojuzilam 2005, kenyataannya banyak fenomena yang timbul dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi wilayah. Masalah utama dalam
pembangunan wilayah adalah ketimpangan ruang wilayah. Artinya ketimpangan juga terjadi antar daerah, karena itu pemerataan pembangunan berarti juga suatu
usaha dalam menyeimbangkan kemampuan wilayah untuk berkembang. Mengurangi kesenjangan wilayah Regional Imbalances adalah salah satu
tema pokok dalam pembangunan wilayah Regional Development. Masalah pokok yang dihadapi sekarang adalah bukan ada atau tidaknya kesenjangan wilayah, namun
bagaimana pembangunan wilayah dapat dikonsepsikan dalam perspektif jangka panjang. Dalam konteks perkembangan sosial ekonomi dunia dewasa ini, maka arah
yang dituju dalam pembangunan wilayah jangka panjang adalah wilayah harus mandiri dan cukup memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam
sistem perekonomian nasional maupun global. Salah satu upaya yang sangat strategis adalah memobilisasi seluruh kelembagaan pembangunan di wilayah serta
menciptakan interaksi yang erat melalui networking diantara kelembagaan tersebut dengan tujuan menciptakan kemampuan dan kemandirian ekonomi wilayah lokal.
Unsur-unsur strategis dalam networking untuk pembangunan ekonomi wilayah meliputi perguruan tinggi setempat, asosiasi industri, lembaga peneliti, pengusaha
menengah dan kecil, lembaga keuangan dan perbankan, serta tentu saja pemerintah daerah sendiri. Kegiatan riset terapan dalam teknologi untuk meningkatkan kualitas
industri dan produk jasa unggulan, serta hasilnya harus terbuka bagi para penguasaha
Universitas Sumatera Utara
lokal Departemen Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah.
2.7. Penelitian Sebelumnya