Kalau kita simpulkan, peranan sosiolingistik terhadap bahasa ini pada intinya menilai bahasa tidak sekadar alat untuk berkomunikasi atau
menyampaikan gagasan, tetapi lebih jauh dan lebih kompleks dari itu. Sosiolingistik membuat kita tahu bahwa bahasa itu dinamis, tidak terpaku pada
satu ukuran, tetapi harus melihat hal-hal lain yang berhubungan dengan bahasa itu, dalam hal ini adalah sisi sosialnya. Melalui sosiolingguistik, kita dapat
memahami bahasa tidak dengan sudut pandang yang kaku. Dengan adanya sosiolinguistik, kita tidak bisa menghakimi bahasa
dengan sesuka hati. Kita juga tidak bisa menilai atau menetapkan suatu bahasa itu kasar atau tidak, berestetik atau tidak, dan sebagainya. Dengan
sosiolinguistik, kita menjadi menghargai keunikan tiap bahasa.
2.2 Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh terjadinya interaksi sosial yang dilakukan menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan
http:adegustian
. blogsome.com20090202ragam-bahasa- indonesia diakses tanggal 28 April 2011.
Perbedaan-perbedaan bahasa dari penutur yang beragam menghasilkan ragam-ragam bahasa. Dengan keadaan yang seperti itu bahasa menumbuhkan
varian-varian baik menurut pemakai maupun pemakaian. 19
Universitas Sumatera Utara
Kridalaksana 1996 : 2 mengemukakan bahwa varian menurut pemakai disebut dengan dialek dan varian menurut pemakaian disebut dengan ragam
bahasa. Variasi bahasa berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas dialek regional, dialek sosial, dialek temporal dan idiolek. Sedangkan variasi bahasa
berdasarkan pemakaian bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa menurut pokok pembicaraan, medium pembicaraan lisan atau tulisan dan sistem tutur
sapa dengan unsur-unsur persona. Untuk lebih lanjut jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Dialek regional Dialek sosial
Dialek temporal
Idiolek Pokok pembicaraan :
ragam adat, sastra
Medium pembicaraan : ragam percakapan
Surat-menyurat lisan dan tulisan
Tutur sapa : persona
Gambar 2.1 Variasi Bahasa Sumber: Kridalaksana, 1978
Nababan 1991: 14 menambahkan bahwa ragam bahasa berhubungan dengan daerah atau lokasi geografis disebut dialek; ragam bahasa yang
Variasi Menurut pemakai
bahasa
Menurut pemakaian bahasa
20
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan kelompok sosial disebut sosiolek; ragam bahasa yang berhubungan dengan situasi berbahasa danatau tingkat formalitas disebut
fungsiolek; dan ragam bahasa yang mana perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dalam suatu bahasa secara analog disebut kronolog.
Variasi bahasa berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu, sementara bila dikhususkan pada variasi perorangan disebut dengan idiolek. Variasi bahasa kronoleg atau dialek
temporal yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
variasi yang digunakan tahun limapuluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa berdasarkan penuturnya disebut sosiolek atau dialek
sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Chaer dan Leonie, 2004: 63-64.
Variasi dari segi pemakaian atau ragam menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang adat, bidang sastra,
pendidikan dan kegiatan keilmuan. Variasi berdasarkan bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak
digunakan dalam bidang lain. Namun demikian, variasi berdasarkan bidang kegiatan tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis Chaer, 2004 : 68.
Kridalaksana 1993 : 224 mendefinisikan variasi bahasa sebagai satuan yang sekurang-kurangnya mempunyai dua variasi yang dipilih oleh penutur
tergantung dari faktor-faktor seperti jenis kelamin, umur, status sosial dan 21
Universitas Sumatera Utara
situasi. Variasi dianggap sistematis karena merupakan interaksi antara faktor sosial dan faktor bahasa. Secara singkat dapat diformulasikan bahwa variasi
bahasa ada karena perpaduan antara bahasa itu sendiri dan faktor yang ada di luar bahasa.
Nababan 1991 : 25 menempatkan pembagian variasi pada dua bagian yang saling terkait, yaitu variasi dari segi penutur yang mencakup dialek,
idiolek, sosiolek dan dari segi pemakaian yang dikenal dengan ragam dan fungsiolek yang berhubungan dengan situasi berbahasa danatau tingkat
formalitasnya. Kajian variasi bahasa dari segi penggunaannya akan sangat jelas terlihat
dari keberadaan kosa kata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain, contohnya, dalam kegiatan adat masyarakat Pakpak yang menggunakan bahasa
Pakpak dapat ditemukan pada kosa kata kepeng ’uang’ dan riar ’uang’; baka ’sumpit’ dan kembal ’sumpit’; belagen ’tikar’ dan peramaken ’tikar’.
Contohnya : 1.
Kula- kula terhadap berru: Enggo ku jalo kami riar tokor berru nami. ‘Sudah kami terima uang mahar anak kami’.
Riar ’uang’ digunakan dalam konteks adat sedangkan dalam bahasa sehari – hari disebut kepeng.
2. Kula–kula terhadap berru: Baing ke mo berras i kembal i, embahen
berrunta ‘Masukkanlah beras dalam sumpit untuk dibawa berrunta.’ Kembal ’ sumpit’ digunakan dalam konteks adat sedangkan dalam bahasa
sehari – hari disebut baka. 22
Universitas Sumatera Utara
3. Berru terhadap kula – kula: Kundul mo kene i peramaken i. ‘Duduklah
kalian di tikar itu’ Peramaken ’ tikar’ digunakan konteks adat sedangkan dalam bahasa sehari–
hari disebut belagen. Ragam bahasa itu dapat juga ditemukan pada tingkat frasa, penggunaan
ungkapan idiom dan bahasa estetis dengan menggunakan umpama ’pantun’ dari kedudukan yang berbeda dari penuturnya seperti kula-kula ’rombongan
pihak perempuan’ dan berru ’rombongan pihak laki-laki’ dan sinina ’rombongan yang semarga baik dari pihak perempuan maupun laki-laki’.
Contoh : 1. Ragam diksi penggunaan kata
ipesoh ‘diberikan’ konteks adat ibere ‘diberikan’ bahasa sehari-hari
2. Ragam diksi frasa Merorohken pedasna ‘makanan ala kadarnya’ konteks adat
Mangan silotna ‘makanan ala kadarnya’ bahasa sehari-hari 3. Ragam diksi mengenai pantun
Ketak-ketik mbelgah palu-paluna, bagen pe siboi ipe tupa kami mbelgah mo pinasuna. artinya sederhanapun makanan yang dihidangkan pihak si
gadis tetapi besarlah berkat yang ditimbulkannya 4. Ragam diksi ungkapan
Tubuhen matawari mo kene. Ungkapan yang dikatakan kepada pengantin agar memperoleh anak laki-laki.
23
Universitas Sumatera Utara
5. Ragam diksi kata sapaan Tingkat tata krama kata sapaan
a. Sebutan kehormatan tingkat tata krama Contoh: kula-kula nami kata sapaan
b. Kekerabatan tingkat tata krama Contoh: puhun’paman’, silih ‘ipar laki-laki’kata sapaan
Ragam bahasa terjadi akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Andaikan penutur bahasa itu adalah kelompok
yang homogen, baik etnis, status sosial maka variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan
di dalam masyarakat sosial Chaer, 1985: 81.
Ragam bahasa
Penelitian ragam bahasa dari segi penggunaan tidak dapat terlepas dari segi penuturnya. Hartman dan Stork dalam Chaer dan Leoni 2004:62
menyatakan bahwa variasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria latar belakang geografi dan sosial penutur, medium yang digunakan, dan pokok pembicaraan.
adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
Dengan demikian, dapat disederhanakan bahwa sosial penutur dalam penelitian ini adalah masyarakat Pakpak yang menggunakan bahasa Pakpak
dengan medium lisan serta pokok pembicaraan adalah : upacara adat
perkawinan. 24
Universitas Sumatera Utara
2.3 Upacara Adat