RESPONDEN B Nenek DM

2. RESPONDEN B Nenek DM

a. Identitas Diri Tabel 4. Deskripsi Data Responden B No. Identitas Responden B 1. Nama Inisial Nenek DM 2. Usia 84 tahun 3. Agama Kristen Protestan 4. Latar Belakang Pekerjaan Petani 5. Lama Menjanda 47 tahun 6. Jumlah Anak 7 orang anak 6 anak dan 1 boru 7. Tinggal dengan Anak Ke- 7 8. Jumlah Cucu di Rumah 5 orang 9. Lama Tinggal dengan Anak 1 tahun 10. Latar Belakang Penyakit Beser urine b. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Tabel 5. Jadwal Wawancara Responden B No. Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara 1. 30 Mei 2014 18.15- 18.52 WIB Rumah anak responden 2. 31 Mei 2014 16.00- 16.56 WIB Rumah anak responden 3. 2 Juni 2014 15.00- 16.02 WIB Rumah anak responden 4. 4 Juni 2014 16.30- 17.10 WIB Rumah anak responden 5. 5 Juni 2014 15.30- 16.05 WIB Rumah anak responden 6. 6 Juni 2014 16.30- 17.05 WIB Rumah anak responden Universitas Sumatera Utara c. Gambaran Responden B Responden kedua bernama Nenek DM, seorang janda lansia suku Batak Toba berusia 84 tahun yang saat ini tinggal di desa Hutaginjang, Kelurahan Parongil. Nenek DM memiliki 7 orang anak yaitu 6 orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Sejak 47 tahun lalu, nenek DM telah menyandang status sebagai seorang janda. Kematian suami nenek DM disebabkan oleh penyakit yang dideritanya saat itu. Sepeninggalan sang suami, nenek DM mengalami duka yang mendalam dan kesusahan dalam menjalani hidupnya. Pada saat itu, ketujuh anaknya masih kecil sementara anak bungsunya berusia seminggu. Di awal masa jandanya, nenek DM menderita penyakit yang tidak diketahui penyebabnya dan dirinya menjadi sangat lemah. Banyak pengobatan baik medis maupun tradisional yang dilakukan namun penyakit tak kunjung sembuh dan keadaan ini membuat sebagian besar tanahnya di jual. Akhirnya, nenek DM kesulitan memenuhi kebutuhan anak- anaknya sebab penyakit membuatnya tidak mampu bekerja lagi. Pada masa itu juga terjadi kesulitan mendapat beras dan kedua orang tuanya telah meninggal dunia sehingga tidak ada bantuan yang diperolehnya. Saat melihat keadaannya, nenek DM selalu terbayang-bayang jika anak- anaknya tidak mendapat pendidikan yang baik kelak dan anak bungsunya tidak dapat bertahan hidup. Rencana kita bukanlah rencana Tuhan. Semua ketakutan nenek DM tidak terjadi. Nenek DM mendapat buah yang baik dari upayanya dalam membesarkan anak-anaknya. Keadaannya membaik dan semakin sehat sehingga nenek DM dapat kembali bekerja di ladang. Anak-anaknya dapat Universitas Sumatera Utara beranjak dewasa dan enam dari tujuh orang anaknya dapat menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA sementara anak keduanya dapat bergelar sarjana. Kehidupan nenek DM ternyata tidak selalu berjalan mulus. Ketika anak- anaknya telah dewasa, nenek DM kembali mengalami kehilangan dari orang yang sangat dikasihinya. Dua orang anak laki-lakinya meninggal dalam waktu yang berdekatan. Salah seorang anaknya meninggal karena kecelakaan kerja dan seorang yang lain meninggal karena menderita penyakit yang cukup parah. Nenek DM pun kembali berduka setelah kematian anak-anaknya. Duka yang dialami oleh nenek DM terobati dengan kehadiran keluarga yang baik, mengasihinya, dan sehati satu sama lainnya. Semua anaknya bekerja dengan baik dan satu-persatu memutuskan untuk menikah serta memulai kehidupan barunya dengan keluarga masing-masing. Saat itu nenek DM tetap bertani di ladangnya sebagai rutinitasnya sehari-hari. Setelah semua anak-anaknya menikah, akhirnya nenek DM tinggal sendiri di rumahnya. Kesendiriannya saat itu tidak membuatnya merasa sedih, kesepian, dan kesusahan. Nenek DM adalah sosok yang mandiri, tegas, dan bekerja keras sehingga tetap merasa nyaman walaupun tinggal sendiri di rumahnya. Saat itu, nenek DM mulai terlibat aktif di kegiatan rohani seperti mengikuti perkumpulan koor ibu-ibu di gereja dan di desanya dan aktif dalam kegiatan adat. Pernikahan anak-anaknya tidak membuat nenek DM lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Anak sulungnya yang berada di desa yang berbeda sering membuatnya tertekan dan sedih. Anak sulungnya memiliki emosional yang tidak baik dan terkadang ketika bermasalah di rumah tangganya akan menemui Universitas Sumatera Utara nenek DM dan sesekali mengancam untuk melakukan tindakan kriminal seperti membakar rumah nenek DM. Nenek DM sering terancam dengan perlakuan anak sulungnya saat itu namun sekarang anak sulungnya telah berubah setelah terlibat aktif di pelayanan gereja. Salah satu menantu perempuannya yang menikah dengan seorang anaknya di Siantar menjadi beban bagi nenek DM saat ini. Menantu perempuannya sering bepergian tanpa tujuan yang jelas dan terkadang tidak pulang ke rumah dan ternyata menantunya ini sering bergonta-ganti pasangan. Nenek DM sangat tidak menyukai perbuatan menantunya terutama perlakuan buruk menantu terhadap keenam anaknya. Bahkan sampai sekarang nenek DM selalu kesal jika mengingat perbuatan menantunya tersebut. Kesusahannya ini tertutupi oleh dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuannya yang selalu mengobati luka hatinya. Seorang anak laki-lakinya berada di Kalimantan, bergelar sarjana, dan memiliki pekerjaan dan keluarga yang baik. Setiap bulan anaknya itu mengirimkan sedikit bantuan dana kepadanya dan nenek DM sangat senang dengan anaknya tersebut. Selain itu kebahagiaan dari anak laki-lakinya itu, nenek DM juga merasa senang dengan anak perempuannya satu-satunya. Nenek DM memiliki menantu yang baik sehingga membuat nenek DM ingin memiliki dua anak perempuan dan dua menantu laki-laki. Setiap kali berkunjung, nenek DM selalu dibawakan pakaian baru oleh anak perempuannya dan setiap bulan dikirimi uang untuk dipergunakan sesuka hatinya. Anak bungsunya yang diduga tidak dapat bertahan hidup juga memberikan kebahagiaan bagi nenek DM. Jarak antara rumah nenek DM dan anak bungsunya Universitas Sumatera Utara sekitar 10 km. Anak bungsunya bekerja sebagai petani sementara istrinya sebagai pedagang di pasar dan petani juga. Anak bungsu memiliki 5 orang anak yaitu 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Nenek DM sangat dekat dengan anak perempuan dari anak bungsunya yang bernama Mey. Setahun terakhir, nenek DM tinggal di rumah anak bungsunya. Sebelum pindah ke rumah sana, terjadi penurunan drastis pada fisik nenek DM yaitu beser urine dan tidak dapat berdiri. Keadaan nenek DM ini membuat anak bungsunya berinisiatif untuk menyuruh anak-anaknya secara bergantian menjaga nenek DM di rumahnya. Mey merupakan cucunya yang paling sering mengkhawatirkan kondisinya dan merawatnya. Kebijakan ini terkadang tidak terlaksana dengan maksimal terutama ketika cucunya sekolah, nenek DM tetap sendiri di rumahnya. Anak bungsu dan istrinya mengkhawatirkan keadaan nenek DM bilamana nenek DM sendiri di rumah, terjatuh, dan tidak ada yang menolongnya. Oleh sebab itu, nenek DM diminta untuk tinggal dengan keluarga anak bungsunya. Pada awalnya nenek DM menolak kebijakan keluarga anak bungsunya. Kemudian nenek DM ditakut-takuti mengenai kejahatan yang mungkin terjadi saat dirinya sendiri di rumah. Akhirnya nenek DM mau pindah ke rumah anak bungsunya. Rumah anak bungsu nenek DM terletak di pinggir jalan raya dan berukuran sekitar 5x 30 meter dengan desain minimalis memanjang ke belakang dan terbuat dari papan. Pada bagian depan rumah nenek DM dijumpai jalan raya sementara di seberang rumah terdapat sebuah kebun kopi dan durian milik warga sekitar. Di sebelah kiri rumah terdapat sebuah rumah minimalis yang terbuat dari papan dan berukuran hampir sama besarnya dengan rumah nenek DM. Pada Universitas Sumatera Utara bagian sebelah kanan terdapat sebuah kuburan milik tetangga nenek DM. Di belakang rumah nenek DM terdapat kebun durian milik warga di mana banyak terdapat pohon durian yang tinggi. Rumah nenek DM tidak memiliki garasi sehingga pada malam hari sepeda motor dimasukkan ke dalam rumah dan becak barang milik anak bungsunya tetap berada di teras rumah sebagimana pada siang hari. Ketika memasuki rumah nenek DM, ruang tamu yang terkadang difungsikan juga sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti durian, salak, kopi, dan pisang merupakan ruangan pertama yang dijumpai di rumah nenek DM. Kemudian terdapat ruang keluarga yang cukup minimalis dan hanya diisi oleh sebuah TV dan lemari hias saja. Ruang keluarga di rumah nenek DM berbatasan langsung dengan dua buah kamar. Kamar pertama yang berukuran lebih besar merupakan kamar menantu dan ketiga cucu laki-laki nenek DM dan kamar kedua merupakan kamar nenek DM dengan kedua cucu perempuannya sementara anak bungsu biasanya tidur di ruang keluarga sambil menonton TV. Bagian terakhir dari rumah ini adalah dapur, kamar mandi, dan sebuah tungku yang biasanya juga digunakan untuk memasak oleh keluarga nenek DM. Setahun tinggal dengan keluarga anak bungsunya, kesehatan nenek DM kembali pulih. Frekuensi nenek DM bolak-balik kamar mandi karena beser urine telah berkurang dan saat ini nenek DM telah dapat berjalan sendiri walaupun terkadang dipapah karena kekhawatiran keluarga. Setelah di rumah anak bungsunya, nenek DM merasa senang, semakin sehat, dan setiap bebannya terasa ringan terutama mengenai menantu perempuannya di Siantar. Nenek DM Universitas Sumatera Utara mendapat perawatan yang baik dan berhubungan baik dengan keluarga anak bungsunya. Nenek DM merasa bahagia di tengah-tengah keluarga anak bungsunya. Nenek DM juga pindah ke rumah anaknya yang lain terutama anak perempuannya karena dirinya tidak mau melanggar adat yang berlaku. Sebagai orang yang bersuku Batak Toba, nenek DM memahami adat Batak Toba dengan sangat baik. Nenek DM memahami bahwa sebaik apapun dan senyaman apapun di rumah anak perempuan, seorang orang tua tetap harus tinggal dengan anak laki-laki. Nenek DM memahami bahwa apabila anak perempuan telah menikah maka dirinya menjadi bagian keluarga suaminya dan bertanggung jawab terhadap orang tua suaminya bukan orang tuanya. Nenek DM juga memahami bahwa bagi masyarakat Batak Toba, anak laki-laki dan anak perempuan memiliki tanggung jawab dan posisi yang berbeda termasuk dalam pengasuhan orang tua. Nenek DM beranggapan seburuk apapun atau sebaik apapun keluarga anak laki-laki, dirinya harus tetap tinggal di rumah anak laki-laki. Dirinya harus berupaya untuk menyesuaikan diri dan bertahan bersama keluarga anak laki-laki. Setelah tinggal di rumah anak bungsunya, nenek DM mendapatkan pelayanan yang baik dari keluarga anak bungsunya. Setiap kebutuhannya seperti air panas untuk mandi, makanan, dan tempat berdiang telah dipersiapkan oleh keluargnya. Sebagai kepala keluarga, anak bungsu sangat mengasihi semua orang di rumahnya. Terkadang apabila keluarga anaknya memberikan pelayanan yang Universitas Sumatera Utara kurang baik terhadap nenek DM, anak bungsu menjadi sangat marah terhadap mereka. Cucu-cucu nenek DM sangat taat terhadap setiap nasihat orang tuanya dan dirinya dan tidak seperti kebanyakan anak-anak yang ribut. Semua cucunya sangat mengasihi dirinya namun salah seorang cucu nenek DM yang benama Mey sangat peduli keadaan nenek DM. Hampir seluruh waktunya diberikan untuk menemani dan merawat nenek DM. Nenek DM sangat menyayanginya dan sering bercerita dengannya. Nenek DM juga memiliki menantu yang baik. Menantu nenek DM sangat memperhatikan keadaannya bahkan sampai hal kecil pun diam-diam disiapkan oleh menantu nenek DM seperti pakaian, sarung, dan ikat rambut. Menantunya selalu menyiapkan sayur untuk nenek DM karena nenek DM sangat menyukai sayur. Nenek DM sangat mengasihi menantunya sehingga ketika hatinya gundah gulana menantu menjadi tempat utama untuk nenek DM meluapkan perasaannya. Semua anggota keluarga anak telah mengenal dengan baik karakter nenek DM terutama anaknya. Nenek DM dikenal sebagai sosok yang tegas, mandiri, dan bijaksana. Hal ini membuat keluarga anak tidak ragu untuk meminta keputusan dari nenek DM. Perkataan nenek DM umumnya selalu dilaksanakan oleh keluarga anak karena setiap pendapat nenek DM dianggap benar oleh mereka. Anggota keluarga baik anak, parumaen, maupun pahompu selalu menaati perkataan nenek DM walaupun nenek DM saat ini memiliki keterbatasan dan sudah tua. Nenek DM merasa bahwa kehidupannya di rumah anak bungsu sangat menyenangkan bahkan untuk pindah ke tempat anaknya yang lain pun nenek DM Universitas Sumatera Utara tidak mau. Terkadang pelayanan yang kurang cepat dari keluarga anak bungsu membuat nenek DM menjadi marah dan kesal. Nenek DM selalu menginginkan agar setiap yang diinginkannya segera tersedia namun pihak keluarga terbatas karena memiliki aktivitas lain juga. Secara keseluruhan, nenek DM merasakan kebahagian yang mendalam ketika dirinya tinggal di rumah anak bungsu. Nenek DM juga mengharapkan agar untuk hari selanjutnya keutuhan, kesehatian, dan kebaikan keluarga anak semakin hari semakin bertambah. Nenek DM menyampaikan semua harapannya dengan berdoa kepada Tuhan agar harapannya dikabulkan. Pengambilan data pertama hingga ke enam dilakukan di rumah anak bungsu nenek DM, tempat nenek DM tinggal saat ini. Setiap wawancara berlangsung dengan baik dimana nenek DM dapat memberikan penjelasan yang mendalam, terperinci, dan terbuka dalam menceritakan pengalamannya. Secara umum, gangguan pada wawancara berasal dari keluarga nenek DM terkhusus cucunya yang beberapa kali melewati tempat wawancara, dan cuaca dingin yang membuat nenek DM merasa kelelahan, serta kendaraan yang lalu lintar di depan rumah nenek DM. d. Dimensi-dimensi Psychological Well-Being 1. Penerimaan Diri Keadaan nenek DM yang saat ini sudah lemah membuat nenek DM menyadari bahwa dirinya tidak dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala. Universitas Sumatera Utara Melihat keadaannya tidak membuat nenek DM tidak berkeinginan untuk menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi. Lemah secara fisik tidak membuat nenek DM lupa untuk mengingat Tuhan. Nenek DM berupaya untuk bersyukur atas apapun peristiwa hidupnya yang dialaminya selama ini, termasuk dalam hal tuntutan adat yang melatarbelakangi perpindahannya ke rumah anak. Nenek DM merasa senang dan berhasil telah memenuhi adat Batak Toba terutama karena adat yang dilakukannya baik dan tidak bertentangan dengan agama Kristen. “Enggak bisa lagi aku gerejalah. Kalau dulu selalu ku paksakan supaya bisa gereja. Tapi kalau berdoa, tidak pernah lupa sama Tuhan itu.” RB.W1.300614b.535-537h.25-26 “.. Kalau kita lakukan semua adat Batak itu, benar-benarlah kita jadi orang berhasil.” RB.W2.310514b.988-989h.20 Tinggal dengan keluarga anak membuat nenek DM memahami bahwa sebagai orang tua dirinya bertanggung jawab memiliki banyak tanggung jawab. Nenek DM bertanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan seluruh keluarga besarnya. Nenek DM juga menjadi tempat bertanya di tengah-tengah keluarga anak. Nenek DM menyadari bahwa dirinya harus memberi contoh yang baik terhadap keluarga anaknya. Sebagai seorang orang tua, nenek DM juga menyadari bahwa dirinya harus menjaga perilaku ketika berada di depan umum misalnya menggunakan sarung di acara adat atau gereja. “Sodara yang datang, itupun tanggung jawabku sebagai orang tua. Sodara disambut seperti apa, itupun aku yang pikirkan..” RB.W4.040614b.2397-2401h.16 Universitas Sumatera Utara “Ku pikirkan juganya seperti itu. Makanya risih aku kalau ku lihat orang tua enggak bawa sarung ke depan umum. Kenapa gampang kali ini datang ke depan umum sudah tua enggak pakai sarung. Yang enggak risihnya hatinya ini di depan umum enggak ada sarungnya. Langsung ku anggap orang gilaknya kalau seperti itu. Sudah gilak dia. Enggak sadar sudah tua enggak malu enggak dipakai sarungnya di depan umum. Kalau sudah tua harus seperti itu..” RB.W5.050614b.2861-2878h.13-14 Setelah setahun tinggal dengan keluarga anak, nenek DM merasa senang dan keadaannya semakin baik, semakin sehat, dan beban hidupnya berkurang. Nenek DM menganggap bahwa dirinya semakin panjang umur setelah tinggal bersama keluarga anak. Saat ini nenek DM merasa betah tinggal bersama keluarga anak. Bagi nenek DM, keharmonisan keluarga anak merupakan keunggulan yang dimilikinya sebagai seorang orang tua. “Tambah panjang umurku. Iya, makin panjang umur aku. Senang perasaanku, enggak ada beban setelah tinggal di sini.” RB.W6.060614b.3451-3453h.21 Keputusan tinggal di rumah anak juga menyadarkan nenek DM bahwa dirinya memiliki keterbatasan terhadap keluarga anak. Nenek DM merasa belum mampu memberikan banyak hal terhadap keluarga anak. Nenek DM terkadang kurang bersyukur atas setiap yang diperolehnya. Nenek DM juga memiliki kekerasan hatinya sehingga terkadang itu menjadi kelemahan bagi dirinya. “Janganlah langsung baik, sedang-sedang. Ku bilang aku baik padahal enggak ada yang mau ku kasih ke orang ini kan enggak pas. Harus ada dulu yang kita kasih baru dibilang baik. Kalau enggak ada yang mau dikasih langsung sama anak-anak ini apalah yang dibilang baik? Sedih yang ada. Ku bilang aku baik padahal apapun enggak ada ku kasih, enggak pantaskan?” RB.W3. 020614b.1606-1612h.17 Universitas Sumatera Utara “Memang banyak kelemahanku, inilah termasuk kurang bersyukur..” RB.W6.060614b.3312-3319h.14-15 “Itulah terus aku pun tetap keras kepala..” RB.W6.060614b.3328-3329h.15 Nenek DM menganggap bahwa kebaikan parumaennya merupakan upah yang diperolehnya karena tidak membalas perbuatan jahat mertuanya dulu. Nenek DM menganggap semua yang diperolehnya saat ini merupakan pertolongan Tuhan terutama mengenai kebaikan anak-anaknya. Nenek DM dapat membesarkan dan membiayai pendidikan anaknya dikarenakan bantuan Tuhan. Nenek DM selalu memperjuangkan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya dan saat ini ia tetap menanamkan pentingnya pendidikan itu kepada keluarga anaknya. Secara keseluruhan, setiap mengingat kehidupannya dulu hingga saat ini nenek DM selalu mengucap syukur kepada Tuhan. “Tuhanlah yang buat mereka bisa baik seperti ini. Aku dibantu mengajari mereka. Kalau karena kekuatankunya mana bisa buat seperti itu. Tuhan berkati aku, aku Tuhan kuatkan. Kau pikir kalau kekuatan kita sendiri mana bisa anak-anak kita jadi baik. Sedikitpun enggak bisa. Tapi kalau kita sudah dikuatkan, kita diberkati. Tuhan bantu kita mendidik anak-anak ini itulah bisa mereka baik.” RB.W2.310514b.902-908h.16 Secara keseluruhan, nenek DM dapat menerima keadaannya setelah tinggal dengan keluarga anak. Nenek DM merasa senang berada di tengah-tengah keluarga anak. Nenek DM mengenali kekurangannya bahwa dirinya sering kurang bersyukur dan bersifat keras. Nenek DM juga bersyukur atas setiap pengalaman dan perasaannya dari dulu hingga saat ini dan banyak pelajaran baik yang diperolehnya dari kehidupannya yang dulu. Universitas Sumatera Utara 2. Hubungan Positif dengan Orang Lain Setelah tinggal dengan keluarga anak, nenek DM merasa sangat dihargai dan disayangi oleh anaknya. Nenek DM merasa dipedulikan dan dipatuhi oleh seluruh keluarga anak. Nenek DM menganggap bahwa keluarga anak sangat baik padanya. Nenek DM memiliki anak yang sangat memperhatikan setiap keadaannya dan menghormatinya. Kehadiran seorang parumaen yang sangat baik, selalu menyediakan kebutuhannya, dan tidak pernah menyakitinya menambah kebahagiaan nenek DM. Selain itu, bagi nenek DM kelima pahompu adalah pahompu yang baik, taat orang tua, dan tidak pernah menolak permintaannya. “Semuanya baik-baik. Kalau disuruh gak pernah menolak. Sanalah kalian kalau ku suruh, iya katanya dan langsung pergi itu. Enggak pernah bisa menolak. Kalau hari Rabu, rajin kali membantu Mamaknya di pajak jualan goreng. Diantarilah kayu bakar itu supaya enggak cepat habis gas katanya. Rajin membantu.” RB.W3.020614b.1646-1651h.19 Nenek DM sangat menyayangi semua keluarga anak, terutama Mey, pahompu perempuan yang selalu memperhatikan keadaannya. Perlakuan baik yang ditunjukkan keluarga anak membuat nenek DM dengan senang hati rela membantu keluarga anak. Nenek DM tidak jarang memberi uangnya ketika keluarga anak mengalami kesusahan keuangan. Nenek DM juga menasihati keluarga anak mengenai banyak hal seperti pelaksanaan adat Batak Toba, pengasuhan dan pendidikan pahompu. Saat ini, semua kebun nenek DM dikelola oleh keluarga anak. Sejauh ini, nenek DM menganggap bahwa dirinya telah memberikan semua yang terbaik untuk keluarga anaknya. Universitas Sumatera Utara “Ya, ku kasih kalau di tanganku ada uang. Berat kali sebenarnya kalau sekolahkan anak-anak ini terus kurang. Kurang rasanya, enggak pernah cukup.” RB.W3.020614b.1688-1690h.20 “Semua yang baik sudah ku kasih sama orang ini.” RB.W6.060614b.3249h.11 Sebagai balasan kebaikan keluarga anak, nenek DM mau mengalah terhadap keluarga anak dan menuruti perkataan anak. Nenek DM yakin bahwa anak selalu memberikan saran yang terbaik untuk dirinya. Nenek DM juga memberikan kebebasan kepada anak untuk membuat keputusan sendiri tanpa harus menanyakannya terlebih dahulu. Selama tinggal dengan keluarga anak, nenek DM selalu berupaya untuk jujur dan memberi perhatian terhadap keluarga anak. Setiap keluarga anak mengalami kesusahan, nenek DM selalu bersedia membantu mereka. “Kadang kalau ditanya samaku kayak mana ini, Mak. Ku bilanglah kalian saja yang buat. Langsung dibilang orang ininya kalau semuanya harus tetap dikasih tahu samaku…” RB.W3.020614b.1750-1754h.23 Tidak hanya menunjukkan sikap baik terhadap anak, nenek DM juga sangat baik terhadap pahompu. Kebaikan pahompunya membuat nenek DM tidak berat hati memberi uang bahkan sengaja tidak menggunakan uangnya untuk diberikan kepada mereka. Nenek DM juga terbuka dengan pahompunya dan tidak malu bercerita tentang kisah hidupnya. Nenek sering menceritakan aturan-aturan dalam berpacaran terutama kepada kedua pahompu perempuannya. Terkadang nenek DM membantu pahompunya belajar sesuai kemampuannya. Keaktifannya Universitas Sumatera Utara di kegiatan kerohanian membuat nenek DM mengajarkan bahwa pahompu harus serius menekuni Kekristenan mereka. “Jangan langsung senyum-senyum kalau sama pacarnya..” RB.W5.050614b.2698-2702h.3 “.. Teruspun kalian gereja tetap harus serius. Jangan jadi main-main. Dilakukan apa yang diajarkan di gereja itu. Begini begini begini yang diajarkan di gereja. Kuatkan aku, Tuhan supaya bisa ku lakukan yang Tuhan mau..” RB.W5.050614b.2684-2691h.4-5 Hubungan yang baik tidak hanya terjalin antara nenek DM dengan anak maupun pahompu, tetapi juga pada parumaen. Nenek DM sering bercanda dan menceritakan tentang keluh kesahnya dengan parumaen. Nenek DM mengakui bahwa dirinya tidak pernah bertengkar dengan parumaen. Ketika anak dan parumaen bertengkar, nenek DM selalu membela parumaen. Nenek DM berusaha menjaga hubungan baik antara dirinya dengan parumaen. “Kalau sama suamimu itu harus sabarlah kita hadapinya. Apalah maksudnya bilang seperti itu samaku? Akupun sudah enggak bisa jalan lagi. Mau suruh kerja di ladang lagi mungkin itu. Pura-pura enggak Mamak dengar sajalah dia, gak usah dijawab-jawab. Semuanya dibilangnya itu, kata parumaenku inilah.” RB.W4.040614b.2257-2262h.9 Kebaikan yang diberikan oleh keluarga anak membuat nenek DM tidak ingin pindah dari rumah anak. Bagi nenek DM semua keluarga anak teramat baik. Universitas Sumatera Utara Nenek DM juga meyakini bahwa hubungan baik ini berasal dari perbuatan baik yang dilakukan bersama-sama baik dari dirinya maupun keluarga anak. “Di sini semuanya buat aku senang. Apalah yang buat tidak senang rupanya, baik kali mereka semua.” RB.W2.310514b.1115-1116h.26 Berdasarkan penjelasan di atas, nenek DM dapat menjalin hubungan yang positif dengan keluarga anak baik anak, parumaen, maupun pahompu. Nenek DM merasa senang berada di tengah-tengah keluarga anak. Nenek DM menganggap bahwa semua keluarga anak baik terhadapnya. Nenek DM juga berkeinginan untuk membantu keluarga anak sesanggup yang bisa dilakukannya. 3. Otonomi Keputusan tinggal dengan keluarga anak tidak membuat nenek DM kehilangan otoritas. Nenek DM tetap menjadi pembuat keputusan baik bagi dirinya bahkan keluarga anaknya juga. Nenek DM selalu berupaya agar pendapatnya dilakukan oleh keluarga anak. Nenek DM merasa yakin bahwa setiap pendapatnya maupun keputusannya merupakan keputusan yang terbaik, terlebih keputusan yang menyangkut keluarga anak. “Baguslah. Karena yang baiknya yang ku bilang. Takutlah semua.” RB.W6.060614b.3263-3264h.12 “Baiknya itu sebenarnya. Walaupun mungkin awalnya enggak berterima orang itu, tapi akhirnya dipikirkan juga memang yang ku bilang itu.” RB.W6.060614b.3275-3277h.13 Universitas Sumatera Utara Setelah tinggal dengan keluarga anak, nenek DM tetap merasa bebas mengungkapkan bahkan menolak pendapat keluarga anak walaupun saat ini dirinya berada di rumah anak. Nenek DM akan melakukan setiap keputusan anak yang sesuai dengan dirinya. Setiap pendapat keluarga anak terutama anak akan dipertimbangkannya kembali apakah sesuai dengan keinginan hatinya atau tidak. Nenek DM berupaya untuk selalu membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan tidak mau bertindak berdasarkan keputusan orang lain. Nenek DM juga akan memarahi keluarga anak terutama anak apabila tidak menuruti perkataannya. “Iya, walaupun aku di sini tetap seperti itu. Enggak takut aku itu.” RB.W5. 050614b.2817-2818h.11 “..Enggak tahulah aku. Pernah juga memang seperti itu. Tapi enggak mau aku ikuti yang dibilangnya itu kalau enggak cocok di hatiku.” RB.W5.050614b.2797-2799h.10 Salah satu contoh kebebasan nenek DM adalah mengelola keuangannya. Nenek DM memiliki hak penuh untuk menggunakan uang yang diperolehnya dari anak-anaknya yang lain. Nenek DM tidak dicampuri oleh keluarga anak mengenai untuk apa dan bagaimana uang tersebut digunakan. Nenek DM beranggapan bahwa pengelolaan keuangannya bergantung pada kehendaknya. “Suka-sukakunya sama uangku.” RB.W4.040614b.2195h.6 Secara keseluruhan, nenek DM merasa bahwa dirinya bebas untuk mengeluarkan pendapatnya dan menolak pendapat keluarga anak walaupun saat ini dirinya tinggal bersama mereka. Nenek DM tidak menjadi mengikuti kehendak keluarga anak terutama ketika keputusan tersebut tidak sesuai dengan dirinya. Universitas Sumatera Utara Nenek DM justru sering menuntut keluarga anak untuk melakukan setiap pendapatnya karena dia menganggap bahwa pendapatnya adalah selalu benar. Nenek DM juga menolak pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Nenek DM tetap merasa berotoritas dalam membuat keputusan untuk dirinya termasuk keluarga anaknya. 4. Penguasaan Lingkungan Setelah tinggal di rumah anak, nenek DM sering ambil peran dalam permasalahan keluarga anak. Nenek DM terlihat sering membantu keluarga anak menyelesaikan masalah mereka. Bagi nenek DM, pertengkaran bukanlah menjadi solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Setiap masalah akan dapat diselesaikan walaupun tanpa pertengkaran. Nenek DM beranggapan ketika seseorang selalu bertengkar untuk menyelesaikan masalahnya, maka orang tersebut akan dibenci banyak orang. “Iya, enggak perlu berantam. Semuanya yang di dunia ini selesainya. Kalau berantamnya terus, siapa lagi kawan nanti semua jadi lawan.” RB.W5.050614b.2738-2740h.7 Ketika membantu dalam mengatasi masalah keluarga anak, tak jarang nenek DM menegur dan menasihati keluarga anak yang bertindak tidak baik. Keluarga anak sering dinasihati mengenai pembuatan keputusan mereka dan diminta mempertimbangkan kembali setiap tindakannya. Nenek DM juga terkadang menegur pahompu apabila nakal dan bertengkar. Nenek DM sering menasihati pahompunya Mey ketika sedang membicarakan hal yang tidak baik Universitas Sumatera Utara atau mengenai orang lain. Nenek DM selalu berupaya untuk tetap menasihati pahompunya walaupun terkadang nasihat itu tidak mereka terima. “Aku marah kadang apalagi kalau berantam pahompu ini. Karena enggak salah aku orang tua marah. Kalau sudah berantam pahompu ini, marahlah aku. Apanya kalian buat ini? Ku bilanglah itu. Sudah bertumbuk semua, dipisahkanpun enggak mau pisah. Tapi kata parumaen inilah, sudahlah jangan Mamak pikiri semua. Mudah capek kalau marah-marah terus. Pendeklah umur kalau sudah capek. Biarkan sajalah mereka seperti itu, kata parumaenku ini. Karena dileraipun sudah enggak mau. Ya sudahlah, pikirku.” RB.W3.020614b.1414-1423h.8 Berperan sebagai penasihat keluarga, tidak membuat nenek DM kehabisan cara untuk membantu keluarga anak. Nenek DM mau memberi saran kepada keluarga anak mengenai rencana-rencananya terutama pendidikan pahompu. Nenek DM akan menolak keputusan yang dianggapnya kurang baik. Sebagai solusinya, nenek DM akan memberikan keputusan baru atau terkadang meminta keluarga anak memberi pendapatnya lalu dirinya menentukan keputusan. Selain menasihati dan memberi saran, nenek DM juga akan membantu keluarga anak ketika kesulitan dalam keuangan. Nenek DM akan memberikan uangnya sebagai bantuannya. “Gak tahu aku itu. Tidak cocok ku rasa. Kalian ganti itu. Harus seperti ininya yang benar, ku bilanglah itu. Iya ya, kata yang satu. Iya ya, kata yang lain. Akhirnya yang ku bilang itu juga yang diikuti.” RB.W3.020614b.1773-1776h.25 Ketika anak dan parumaen berselisih oaham, nenek DM menjadi penengah di antara mereka. Nenek DM akan mendamaikan dan menasihati anak dan parumaen. Nenek DM biasanya mengalihkan perhatian mereka dengan candaan. Nenek DM juga termasuk sering membela parumaen yang sedang Universitas Sumatera Utara bertengkar dengan anak. Anak akan ditegur terutama jika sedang memarahi parumaen dan pahompu. Di sisi lain, nenek DM mau menenangkan anak di tengah masalah yang dihadapinya. Anak diminta merenungkan kembali pendapatnya. “Iya. Kalau sudah dimarahi parumaen ini langsung marah aku..” RB.W4. 040614b.2131-2138h.3-4 “Mau. Sering. Ku bilanglah jangan jawab-jawabi orang mabuk, semua nanti dibilanginya. Mabuklah ku bilang anakku ini padahal minumpun enggak pernah. Ku belalah parumaenku ini. Karena enggak pernah salah yang dibuatnya.” RB.W4.040614b.2284-2288h.10-11 Membantu keluarga anak menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh nenek DM. Di samping membantu masalah anak, nenek DM selalu berupaya untuk memelihara hubungan baiknya dengan keluarga anak. Nenek DM mengakui bahwa dirinya terkadang tidak puas dengan perlakuan keluarga anak. Salah satu upaya yang dilakukan nenek DM adalah berupaya melengkapi setiap kekurangan keluarga anak. Selain itu, nenek DM juga akan menenangkan dirinya sendiri bahkan meluangkan waktu beribadah untuk berserah kepada Tuhan. “.. Ku usahakan supaya tertutupi yang kurang itu. Enggak jadi sakit aku, kalau ku lengkapi kekurangan anakku. Jadi kaupun harus seperti itu, sabar, lengkapi kekurangan orang lain..” RB.W2.310514b.1235-1242h.32 “Itulah enggak tahu aku. Karena terusnya orang ini berusaha buat aku senang, tapi terus juganya kurang perasaanku. Ku serahkanlah semua sama Tuhan supaya diobati hatiku, diperhatikan keluargaku. Itulah yang bisa ku bilang.” RB.W4.040614b.2445-2449h.18 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan gambaran di atas, terlihat bahwa nenek DM mampu menguasai lingkungannya. Nenek DM mampu mengatasi masalah dirinya sendiri dan keluarga anak. Nenek DM juga selalu berserah kepada Tuhan atas setiap masalah yang dialaminya. 5. Tujuan Hidup Hidup bersama selama setahun membuat nenek DM menaruh banyak harapan terhadap keluarga anak baik anak, parumaen, maupun pahompu. Di samping itu, nenek DM menyimpan sejumlah harapan yang ditujukan pada dirinya sendiri. Nenek DM sangat mengharapkan keberhasilan dan rezeki pada keluarga anak sehingga dapat menyediakan pendidikan yang baik untuk pahompu. Keluarga anak juga dikuatkan oleh Tuhan dalam segala hal terutama perekonomian. Keluarga anak bisa menyenangkan diri nenek DM dan memenuhi setiap kebutuhannya. “Malunya aku bilang harapanku ini. Ku bilang seperti itu karena semogalah harapan-harapanku ini dikabulkan Tuhan. Semogalah sehat- sehat semua keluargaku ini apalagi yang di rumah ini karena semua yang ku minta dikasihnya terus. Semogalah dikabulkan Tuhan. Sehat-sehat orang ini semua, semua permintaanku juga dikasih. Kalau sakitnya orang ini, kemanalah aku ceritakan semua yang ku rasakan ini.” RB.W3.020614b.1989-1996h.35 Kepada anak yang tinggal serumah dengannya nenek DM berharap agar anak dalam keadaan sehat selalu sehingga dapat memenuhi setiap permintaannya. Anak diharapkan dapat menjadi orang tua yang seperti nenek DM, dapat mendidik pahompu dengan lebih baik lagi, dan tanpa marah-marah, serta tidak memukul pahompu. Selain itu, parumaen menjadi parumaen yang baik terutama kepada Universitas Sumatera Utara keluarga besar bahkan hingga dirinya meninggal. Parumaen menjadi pengganti ibu yang baik di keluarga besar mereka seperti nenek DM. Nenek DM berharap agar parumaen memahami lebih lagi kebutuhannya seperti biasanya. “.. Sama-sama sehat supaya yang ku minta bisa dikasihnya.” RB.W3.020614b.2015-2016h.36 “Mauku jadi orang tua yang seperti akulah dia..” RB.W3.020614b.2019-2021h.36 “.. Semogalah melebihi baikku ini baiknya..” RB.W3.020614b.2058-2061h.38 Nenek DM juga mengharapkan keberhasilan setiap pahompunya. Nenek DM berharap pahompu tetap mematuhi perkataannya walaupun pahompu sudah dewasa kelak. Pahompu diharapkan mendapatkan pendidikan yang baik dan dapat menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang menyenangkan hatinya. Keharmonisan keluarga anak dengan seluruh keluarga besar mereka juga merupakan harapan nenek DM. Nenek DM berharap untuk dibawa jalan-jalan ke Jakarta dengan pesawat. Anak dan parumaen tidak bertengkar dan saling mengalah terhadap pasangan atau nenek DM. “Mauku bisalah semuanya sekolah yang bagus, makanya selalu ku doakan seperti itu.” RB.W3.020614b.2010-2011h.36 “Oh iya iya. Naik pesawatnya. Maunya aku dikasihlah seperti itu supaya ku lihat dulu dunia ini. Tapi sekarang enggak itu lagi ku minta. Sehatlah semua keluargaku, berhasil, jangan bertengkar kalau meninggal aku nanti. Itu saja yang ku minta sama Tuhan sekarang..” RB.W6.060614b.3045-3053h.2 Universitas Sumatera Utara Setelah tinggal di rumah anak, nenek DM mengungkapkan bahwa dirinya semakin membaik. Nenek DM hingga saat ini tetap berharap agar semakin hari keadaannya semakin sehat. Nenek DM mengharapkan umur yang lebih panjang lagi daripada usia 84 tahunnya yang sudah diberkati Tuhan. Salah satu harapan nenek DM adalah dirinya bisa sehat dan melihat pahompu mencapai keberhasilan dalam pendidikan mereka. Nenek DM berkeinginan untuk membantu banyak orang dan selalu jujur. Melalui bantuan yang diberikannya, nenek DM berharap agar kisah kehidupannya menjadi cerita dan pelajaran bagi orang lain. “Kalau aku ketawanya seperti itu. Tidak ada yang tidak mungkin buat Tuhan. Itulah ku bilang, apalagi kalau ku lihat pahompuku ini. Kalau bisa ku buat umurku lebih panjang lagi, ku buatnya terus saking senangnya aku.” RB.W6.060614b.3354-3357h.16-17 “.. Tapi semogalah semakin sehat supaya bisa sampai tamat sekolah pahompuku ini.” RB.W1.300614b.425-426h.20 Nenek DM merupakan sosok yang berpengharapan. Nenek DM memiliki banyak harapan yang ditujukan terhadap keluarga anak baik anak, parumaen, maupun pahompu. Nenek DM juga menaruh harapannya terhadap kehidupannya selanjutnya. Nenek DM berharap agar dirinya semakin sehat, sembuh dari penyakitnya, panjang umur, berkesempatan melihat pahompu berhasil, dan ingin membantu orang lebih banyak lagi. Tinggal di rumah keluarga anak tidak membuat nenek DM kehilangan pengharapannya namun semakin hari nenek DM semakin memiliki harapan yang baik untuk keluarga anak dan juga dirinya. Universitas Sumatera Utara 6. Pertumbuhan Personal Nenek DM menyadari bahwa sekarang di dalam dirinya telah terjadi perubahan yang sangat drastis jika dibandingkan dengan kehidupannya beberapa tahun yang lalu. Nenek DM mengakui bahwa saat ini dirinya sudah tidak sekuat dulu lagi. Nenek DM mengungkapkan bahwa sekarang dirinya sudah terbatas dalam melakukan apapun bahkan mungkin tidak mampu lagi. Jika dulu nenek DM sanggup melakukan banyak hal, sekarang dirinya menjadi tidak bertenaga saat ini. “Iya, dulu lebih kuat. Sekarang mana ada lagi tenagaku. Jauh bedalah orang dulu sama sekarang.” RB.W3.020614b.1538-1539h.14 Selain penurunan fisik, nenek DM juga menyadari ada pergeseran otoritas antara dirinya dengan keluarga anak. Jika dulu nenek DM bisa mengatur kehidupan anaknya, maka sekarang kehidupan nenek DM sudah diatur oleh anaknya. Nenek DM tidak dapat bertindak sebagai mana sedia kala terhadap keluarga anak terutama anak. “Dulu jahat aku sama anak-anak ini, sekarang mana bisa aku seperti itu lagi. Kalau jahat aku sama orang ini mana dikasih aku makan nanti.” RB.W6.060614b.3162-3165h.7 Keterbatasan yang dimiliki oleh nenek DM saat ini tidak membuatnya menjadi kehilangan keinginan untuk menjalani kehidupannya dengan lebih baik lagi. Hingga saat ini nenek DM tetap menginginkan dan berupaya untuk menciptakan kehidupannya dan keluarga anaknya yang lebih baik lagi. Salah satu upaya andalan bagi nenek DM untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik adalah dengan meningkatkan kualitas kehidupan spiritualnya. Universitas Sumatera Utara “Minta kekuatan aku sama Tuhan. Karena semuanya ada kalau ku minta. Tuhan itu terus mendengar apa yang kita minta termasuk supaya kita dikuatkan..” RB.W5.050614b.2659-2666h.3 “Kalau itu seperti yang ku bilang tadi memang harus berdoalah. Pagi, siang, sore, malam harus lipat tangan supaya Tuhan kasih kedamaian sama anak-anak ini.” RB.W6.060614b.3136-3138h.6 Bagi nenek DM segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya merupakan berasal dari Tuhan. Segala sesuatu dalam hidupnya juga akan menjadi lebih baik jika Tuhan membantu dan menguatkannya. Nenek DM menyadari bahwa di usianya sekarang dan dengan kemampuannya sekarang dirinya tidak mampu melakukan apapun lagi kecuali berserah kepada Tuhan. Nenek DM memiliki suatu hasrat yang akan diupayakannya untuk terpenuhi yaitu membelikan perhiasan kepada pahompunya, Mey. Pahompunya ini sangat baik dan memperhatikan keadaan nenek DM sehingga pahompunya ini menarik simpati dari nenek DM. Kepada seluruh keluarga anak nenek DM juga berkeinginan untuk mengajarkan banyak hal yang baik di sisa usianya saat ini. “Masih ada. Banyak mau ku kasih tahu sama mereka.” RB.W5.050614b.2696h.5 Nenek DM terlihat sangat menyadari adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan ini tidak menguburkan keinginannya untuk merealisasikan diri di usia tuanya. Meningkatkan kehidupan spiritualitas yang baik menjadi salah satu keinginan nenek DM yang mendalam. Nenek DM meyakini bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dalam kendali Tuhan. Nenek DM juga Universitas Sumatera Utara memiliki keinginan untuk mengajarkan banyak hal baik terhadap keluarga anak dan berkesempatan memberikan perhiasan kepada salah seorang pahompunya. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Rangkuman Analisis Psychological Well-Being Responden B NO DIMENSI GAMBARAN 1. Penerimaan Diri a. Menyadari setiap kekurangan yang dimilikinya, seperti: - Keterbatasan fisik - Kemampuannya memberi pada keluarga anak - Bersikap keras kepala - Kurang bersyukur b. Merasa telah berhasil dalam memenuhi adat Batak Toba c. Memahami setiap tanggung jawabnya. Hal ini terlihat dari: - Sebagai orang tua, membina hubungan baik dengan keluarga besar, tempat bertanya dan menjadi contoh, dan membantu keluarga anak - Sebagai seorang lansia, menjaga perilaku di depan umum d. Menganggap segala yang dimilikinya berasal dari Tuhan e. Menganggap parumaen sebagai upah perbuatan baiknya di masa lalu 2. Hubungan Positif dengan Orang Lain a. Merasa disayangi, dipedulikan, dan dipatuhi oleh keluarga anak. b. Menerima keadaan yang kurang menyenangkan di rumah anak c. Membantu keluarga anak dalam mengatasi masalahnya, seperti: - Menasihati keluarga anak. - Memberikan uang dan kebun kepada keluarga anak - Membantu pahompu belajar d. Bersikap jujur, perhatian, dan memberi yang terbaik bagi keluarga anak e. Bersikap terbuka dan memberi pengarahan bagi pahompu, seperti: - Menceritakan aturan-aturan dalam berpacaran - Mengajarkan hal-hal rohani mengenai Kekristenan f. Memiliki hubungan yang baik dengan parumaen. Hal ini terlihat dari: - Sering bercanda, menceritakan perasaannya, dan tidak bertengkar - Selalu membela parumaen ketika bertengkar dengan anak g. Mengalah, menuruti perkataan anak, dan memberi anak kebebasan 3. Otonomi a. Melakukan keputusan yang sesuai dengannya b. Bebas mengungkapkan pendapat dan menolak pendapat keluarga anak Universitas Sumatera Utara c. Merasa yakin pendapatnya benar dan baik terhadap keluarga anak d. Meminta penjelasan atas saran orang lain yang diberikan kepadanya 4. Penguasaan Lingkungan a. Memandang pertengkaran bukan solusi terbaik b. Menjadi penengah apabila anak dan parumaen berselisih paham c. Memberi saran dan solusi kepada keluarga anak d. Melengkapi setiap kekurangan keluarga anak e. Mampu menyelesaikan masalahnya 5. Tujuan Hidup a. Berharap dirinya semakin sehat dan berumur panjang b. Berharap keluarga besar tidak bertengkar c. Berharap agar keluarga anak berhasil, Tuhan kuatkan, kebutuhannya terpenuhi, semakin jujur, saling mengalah, dan mengganti kalungnya d. Berharap pahompu menaatinya, berpendidikan yang baik, dan berhasil mencapai cita-citanya e. Berharap agar anak menjadi orang tua seperti dirinya f. Berharap agar parumaen menjadi parumaen dan pengganti ibu yang baik di keluarga besar, serta lebih memahami kebutuhannya 6. Pertumbuhan Personal d. Menyadari perubahan dirinya sepanjang hidupnya. Hal ini terlihat dari: - Penurunan drastik pada kemampuan fisiknya - Pergeseran otoritas antara dirinya dengan keluarga anak. e. Meningkatkan kualitas kehidupan spiritual untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik f. Membelikan perhiasan kepada pahompunya, Mey g. Ingin mengajarkan banyak hal bagi keluarga anak di sisa hidupnya. Universitas Sumatera Utara

C. PEMBAHASAN