D. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING YANG POSITIF PADA JANDA
LANSIA SUKU BATAK TOBA YANG TINGGAL DENGAN “ ANAK”
ANAK LAKI- LAKI
Setiap janda lansia pada dasarnya dituntut untuk memenuhi setiap tugas perkembangannya di masa tua Hurlock, 2000. Salah satu tugas perkembangan
janda lansia adalah pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan selanjutnya disebut living arrangement Papalia, 2007. Living arrangement berfungsi dalam
mengatur kembali kehidupan seorang janda lansia dengan mempertimbangkan cara pemenuhan kebutuhan janda lansia dan penentuan bersama siapa dirinya
tinggal dan melanjutkan kehidupannya Hurlock, 2000. Penentuan living arrangement tidak terlepas dari pengaruh nilai budaya
janda lansia tersebut Papalia, 2007. Setiap suku bangsa memiliki adat istiadat masing-masing dimana jika dilanggar akan memberi sanksi atas orang tersebut
misalnya suku bangsa Batak Toba Sihombing, 1986. Kehidupan masyarakat Batak Toba juga tidak terlepas dari nilai lainnya seperti hamoraon, hasangapon,
dan hagabeon. Hamoraon, hasangapon, dan hagabeon merupakan tiga tujuan hidup masyarakat Batak Toba yang harus terpenuhi Harahap dan Siahaan, 1987.
Prinsip keturunan patrilineal merupakan prinsip keturunan yang berlaku pada masyarakat Batak Toba. Anak laki-laki selanjutnya disebut anak akan
mendominasi semua aspek kehidupan dalam masyarakat Batak Toba Vergouwen, 1964. Bagi seorang wanita atau ibu khususnya, anak dianggap sebagai sosok
yang bertanggung jawab dalam keluarga seperti tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang suami terhadap istri dan keluarganya Rajamarpodang, 1992. Setiap
Universitas Sumatera Utara
nilai tersebut melahirkan suatu adat di tengah-tengah masyarakat Batak Toba bahwa orang tua yang sudah lansia diharuskan tinggal dengan anak. Kekukuhan
adat ini mendorong janda lansia untuk tinggal dengan anak dan diharapkan agar setiap tujuan hidup yaitu hamoraon, hasangapon, dan hagabeon dapat tercapai
pada diri janda lansia tersebut. Lingkungan tempat tinggal baru dan keluarga anak baik anak, menantu
perempuan selanjutnya disebut “parumaen”, dan cucu selanjutnya disebut “pahompu” menjadi suatu tantangan bagi seorang janda lansia. Seorang janda
lansia dituntut untuk mampu merealisasikan dirinya setelah berada di rumah anak. Seseorang yang mampu merealisasikan dirinya adalah mereka yang mengalami
pertumbuhan dan mampu memenuhi kebutuhannya Ryff Singer, 2006. Kemampuan merealisasikan diri merupakan poin penting penentu psychological
well-being Ryff Singer, 2006. Psychological well-being berupa perasaan yang mengarahkan seseorang bertindak dan kemampuan untuk mengembangkan
potensi yang terdapat dalam dirinya Walterman, 1984 dalam Ryff, 1989. Psychological well-being berfokus pada perkembangan manusia dan
eksistensi seseorang dalam menghadapi tantangan hidup Keyes, Ryff, Shmotkin, 2002. Setelah tinggal di rumah anak, banyak tantangan yang diperoleh seorang
janda lansia yang dapat mempengaruhi psychological well-being mereka. Salah satu tantangan tersebut adalah janda lansia sulit dalam menyesuaian diri terhadap
anak yang dalam hal ini keluarga anak dan sulit memahami kebutuhan dan keadaannya Hurlock, 2000. Selain itu, seorang janda lansia juga mengalami
ketergantungan terhadap keluarga anak baik secara ekonomi maupun kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
lainnya Hurlock, 2000. Kepada anak, janda lansia seringkali tidak melepaskan peran otoriternya sehingga tidak jarang ditemukan perselisihan antara janda lansia
dan pasangan anaknya yaitu parumaen Degenova, 2008. Tinggal dengan keluarga anak tidak jarang membuat janda lansia khawatir
akan keadaan keluarga anak sehingga dirinya akan membantu kesulitan keluarga anak Degenova, 2008. Sebagai seorang nenek, janda lansia juga dituntut untuk
mempersiapkan pahompu untuk masa depannya yang lebih baik Degenova, 2008. Tantangan lain yang dihadapi oleh seorang janda lansia adalah pensiun
dimana dirinya kehilangan status, peran, dan prestasi yang dicapainya selama ini Hurlock, 2000. Setiap tantangan ini tentu akan berdampak pada psychological
well-being janda lansia yang tinggal dengan keluarga anak Ryff, 1989.
Universitas Sumatera Utara
E. PARADIGMA BERPIKIR Janda Lansia Suku Batak Toba