namun hal ini dianggap sulit oleh beberapa lansia. Pada masa lansia, setiap lansia akan bergabung dengan kelompok yang sebagian besar dan ditolak oleh
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan ageism yang muncul pada masyarakat. Sebagai akibatnya, lansia kurang termotivasi untuk terlibat dengan masyarakat
dan muncul anggapan bahwa itu tidak menghasilkan suatu kebanggaan bagi mereka Hurlock, 2000.
4. Perubahan pada Lansia
a.
Perubahan Kemampuan Motorik pada Lansia
Beberapa perubahan fisik terjadi pada masa lansia dan sering dikaitkan dengan aging pada lansia. Kulit lansia menjadi lebih pucat, berbercak, kurang
elastis, dan kulit keriput. Urat nadi mulai terlihat pada bagian tangan. Rambut beruban dan menjadi lebih tipis. Lansia terlihat lebih pendek dikarenakan
penipisan tulang yang terlihat pada bagian belakang leher. Keadaan ini menyebabkan lansia khususnya lansia wanita dapat mengalami osteoporosis
Papalia, 2007. Kebanyakan lansia akan mengalami penurunan yang tajam baik pada
kemampuan sensori maupun psikomotor. Beberapa lansia lainnya menunjukkan adanya penurunan fungsi diri yang terjadi dengan lambat. Hal ini tidak terlepas
dari faktor perbedaan individu seperti life style. Masalah penglihatan dan pendengaran merupakan masalah yang paling sering muncul pada lansia.
Penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan sering menjadi pemicu terganggunya lansia dalam berhubungan sosial dan mandiri. Sementara penurunan
Universitas Sumatera Utara
motorik akan membatasi lansia dalam melakukan berbagai tindakan Papalia, 2007.
b. Hubungan dengan Anak dan Cucu
1. Hubungan dengan Anak
Hubungan antara orang tua lansia dengan anak pada umumnya semakin hari kurang memuaskan. Keadaan ini tidak terlepas dari pengaruh kemampuan
lansia dalam menyesuaikan diri terhadap anak serta memahami kebutuhan dan keadaan mereka di usia saat ini Hurlock, 2000. Di samping itu, hubungan orang
tua lansia dan anak di masa lalu juga dapat menentukan hubungan yang dijalin saat ini Hurlock, 2000. Hubungan baik yang terjalin di masa lalu akan dapat
melahirkan hubungan baik di masa mendatang, dan sebaliknya Wilson, Shuey, dan Elder, 2003; Santrock, 2009. Terkhusus bagi wanita, pada umumnya
hubungan ibu dan anak menjadi lebih baik dibandingkan dengan hubungan ayah dan anak. Wanita dianggap lebih luwes menyesuaikan diri dengan anak daripada
pria. Selain itu, hubungan ibu dan anak dianggap sebagai suatu hubungan yang berkelanjutan sejak anak lahir Hurlock, 2000.
Setelah memasuki masa lansia, kebanyakan lansia cenderung akan ketergantungan terhadap anak baik ketergantungan secara ekonomi maupun
kebutuhan lainnya yang dibantu oleh anak. Di sisi lain, anak memiliki tanggung jawab lainnya seperti merawat anak-anak dan mencukupi kebutuhan keluarga.
Ketergantungan ini pada dasarnya menjadi suatu tantangan yang sangat berat bagi seorang lansia dalam menjalani kehidupannya Hurlock, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Di samping ketergantungan pada lansia, kebanyakan lansia merasa sulit melepaskan peran otoriternya terhadap anak Hurlock, 2000. Lansia kesulitan
menyesuaikan diri dengan “kehilangan” anaknya dan memunculkan masalah seperti overprotective dan ikut campur masalah keluarga anak. Beberapa anak
terkadang lebih menghiraukan perkataan orang tua dibandingkan pasangannya sehingga tidak jarang terjadi masalah antara pasangan anak maupun orang tua
lansia Degenova, 2008. Ketergantungan dan peran otoriter orang tua menjadi suatu hal negatif
dalam hubungan antara orang tua dan anak namun di sisi lain terdapat suatu hal yang dapat menciptakan hubungan baik antara orang tua dan anak. Di masa tua,
kebanyakan lansia menganggap dirinya tidak berguna dan hal ini berpengaruh terhadap well-being lansia tersebut. Di ketidakberdayaannya kebanyakan lansia
akan mengalami perasaan positif ketika mereka mampu menyediakan bantuan bagi orang lain yang membutuhkan. Salah satu contohnya adalah banyak lansia
yang khawatir dengan keadaan anak tanpa menghiraukan usia anak saat ini Newman dan Newman, 2006.
Bagi seorang lansia, perhatian dan dukungan keluarga dapat mengurangi stress yang dialaminya dan melindunginya dari konsekuensi negatif seperti
penyakit dan depresi Muller dan Norris, 1991; Newman dan Newman, 2006. Setiap lansia merasa nyaman dengan kebutuhannya yang selalu disediakan namun
seorang lansia akan mengalami perasaan negatif ketika tidak ada kesempatan baginya untuk membantu orang lain yang membutuhkan Liang, Krause, dan
Bennett, 2001; Newman dan Newman, 2006. Ketika anak mengalami masalah
Universitas Sumatera Utara
seperti masalah pernikahan, keuangan, kesehatan, dan masalah lainnya, orang tua akan merasa terbeban dengan keadaan tersebut. Tak jarang orang tua akan terlibat
dalam membantu setiap masalah yang dialami oleh anaknya. Orang tua akan merasa senang apabila dirinya dapat membantu anak sebaik bantuan yang
diterimanya dari anak Marks, 1995; Degenova, 2008. Memberikan bantuan terhadap anak walaupun tidak dibalas akan berpengaruh terhadap psychological
well-being seorang orang tua daripada hanya menerima bantuan dari anak. Oleh karena itu dikatakan bahwa kehidupan anak dapat mempengaruhi psychological
well-being seorang orang tua Degenova, 2008. 2.
Hubungan dengan Cucu Seorang kakek atau nenek dapat membantu cucu dalam menciptakan
kehidupannya yang lebih baik lagi. Sebagai kakek atau nenek dalam hal ini nenek dapat menciptakan perasaan nyaman dan berbagi kasih sayang dengan cucu.
Kasih sayang seorang nenek akan membantu pertumbuhan cucu, memberi rasa nyaman, dan percaya bagi cucu. Cucu akan dibantu belajar memahami suatu
keadaan, percaya, dan mengerti akan orang lain. Seorang nenek juga berperan dalam menyediakan suatu pondasi bagi cucu dalam menjalani kehidupannya di
masa depan. Melalui pengalaman hidup yang bernilai dan pelajaran di masa lalu, seorang nenek dapat mengajarkan cucu hal-hal yang baik. Ketika anak mengalami
keterbatasan baik dalam waktu maupun uang, seorang nenek bertugas mengawasi cucunya. Banyak peran baik yang dapat dilakukan seorang nenek ataupun kakek
terhadap cucunya Degenova, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Suatu hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan cucu dan nenek atau kakek akan sangat dipengaruhi oleh usia cucu Hurlock, 2000. Cucu yang berusia
remaja pada dasarnya lebih mampu memahami perkataan nenek atau kakeknya mengenai keadaan yang terjadi dibandingkan anak-anak Degenova, 2008.
Ketika cucu masih berusia kanak-kanak, nenek atau kakek biasanya berperan sebagai babysitter cucu atau teman bermain cucu terutama jika tinggal serumah.
Apabila cucu sudah memasuki usia tengah baya, cucu turut bertanggung jawab terhadap kakek atau nenek mereka. Pada umumnya, lansia menganggap cucu
merupakan gambaran kepribadian dan nilai-nilai dimilikinya selama ini Craig, 1996.
c. Kehidupan Pensiun
Pensiun menjadi suatu pengalaman traumatik yang dialami oleh seorang lansia. Pensiun mengakibatkan hilangnya status, peran, dan prestasi yang pernah
dicapai oleh seorang lansia. Pada dasarnya, setiap lansia telah mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiun namun seorang lansia akan mengalami identity
crisis yang diungkapkan oleh Erikson. Lansia akan memiliki identitas yang berbeda dengan ketika dirinya masih dewasa, terkadang diperlakukan seperti
anak-anak, terkadang sebagai orang tua, dan terkadang sebagai orang dewasa. Identity crisis terjadi sebagai akibat dari perubahan drastis pada lansia dimana
pada kehidupan awal sebagai pekerja yang sibuk berubah menjadi seorang pengangguran yang tidak menentu Hurlock, 2000.
Universitas Sumatera Utara
D. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING YANG POSITIF PADA JANDA