Gambar 27. Potensi pengembangan wilayah pesisir Kabuipaten Indramayu 107
6.3.1.2. Pertanian dan Perkebunan
Komoditi tanaman pangan yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu terdiri dari tanaman seperti kacang panjang, cabe, terong, kangkung,
ketimun dan bawang merah. Produksi tanaman pangan di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Produksi komoditi sayuran wilayah pesisir di Kabupaten Indramayu
No Kecamatan
Pesisir Komoditi
K acang
panjang Cabe
Terong Kang
- kung
Ketimun Bawang
merah
1 Krangkeng
2.475,00 10,00
120,00 10,00
318,00 -
2 Karangampel
- -
172,00 -
315,00 -
3 Juntinyuat
2.413,00 -
2.338,00 -
1.510,00 -
4 Balongan
532,60 -
- -
200,00 -
5 Indramayu
330,00 25,00
- -
- -
6 Sindang
- -
- -
- -
7 Cantigi
300,00 -
- -
375,00 -
8 Arahan
177,00 -
- -
52,00 -
9 Losarang
83,36 21,20
49,00 -
231,00 -
10 Kandanghaur
216,00 96,50
- -
320,00 -
11 Sukra
1.053,83 -
641,54 -
12.170,00 15.739,20
Jumlah
7580,79 152,7
3320,54 10
15491 15.739,20
Sumber : Kabupaten Indramayu dalam Angka tahun 2005
6.3.1.3. Perikanan
Dari enam kabupatenkota yang ada di wilayah pesisir utara Jawa Barat, Kabupaten Indramayu merupakan daerah pesisir dengan tingkat kontribusi
produksi perikanan terbesar. Rata-rata produksi perikanan di daerah ini adalah sebesar 58.243,80 tontahun, dengan jumlah alat tangkap rata-rata sebanyak
6.329 unit, maka hasil tangkapan rata-rata per satuan unit alat tangkap dapat dihitung sebesar 9,33 ton per unit alat tangkap CPUEcatch per unit effort
6.3.1.4. Pariwisata
Kabupaten Indramayu memiliki beberapa potensi wisata bahari yang tersebar di sepanjang 161,72 kilometer garis pantai. Potensi lokasi wisata yang
telah banyak dikenal ada 3 tiga, yaitu Pantai Tirtamaya, Koloni Kera, dan Pulau Biawak yang semuanya di luar lokasi penelitian. Obyek wisata yang terdapat di
lokasi adalah kegiatan wisata lainnya yang sudah merupakan tradisi di setiap daerah nelayan adalah pesta laut yang diadakan setiap tahun.
6.3.1.5. Aplikasi Metode ASWOT dalam Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir Indramayu
Hasil analisis SWOT yang tercantum dalam Gambar 28 digunakan untuk studi potensi pengembangan wilayah pesisir Indramayu, telah menunjukkan
bahwa kekuatan pendorong strength utama dalam pengembangan pesisir Indramayu adalah sebagai tempat pemasaran hasil-hasil perikanan domestik dan
ekspor S5. Ini terlihat dari nilai skoring pendapat pakar yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.077 7,7 dibandingkan dengan faktor kekuatan lainnya. Untuk
pengembangan ke depan, peluang opportunities yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah
pesisir O1 dimana para pakar memberikan nilai skoring sebesar 0,091 9,1. Kelemahan yang perlu mendapat perhatian serius adalah terjadinya kondisi alam
dengan gelombang pasang W3 dengan nilai skor 0,074 7,4 dan ancaman yang perlu perhatian serius adalah berubahnya orientasi generasi muda yang
lebih memilih pekerjaan lain daripada menjadi nelayan T6 dengan nilai skoring 0,087 8,7.
Selanjutnya hasil analisis SWOT tersebut dimasukkan ke dalam struktur ASWOT yang dikemas dalam program aplikasi MKP2B2MB. Analisis ASWOT
untuk Kabupaten Indramayu dalam aplikasi MKP2B2MB dimulai dengan menginputkan penilaian pakar menggunakan perbandingan berpasangan
pairwise comparison yang dapat dilihat seperti pada Gambar 28.
Gambar 28. Contoh input penilaian pakar dengan pairwise comparison metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Indramayu
Hasil analisisnya direkam dalam laporan input pakar termasuk consistency index CI dan consistency ratio CR. Secara keseluruhan CR=0.1
yang menunjukkan penilaian pakar konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Contoh laporan penilaian pakar dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29. Laporan input pakar metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Indramayu
Hasil analisis ASWOT dapat dilihat pada Gambar 30. Gambar tersebut menunjukkan bahwa sektor minyak dan gas bumi serta perikanan merupakan
potensi pengembangan wilayah pesisir yang perlu mendapatkan perhatian utama untuk dikembangkan di Indramayu. Hal ini terlihat dari nilai skoring yang lebih
tinggi hasil penilaian oleh pakar dengan nilai skoring masing-masing sebesar 0,246 24,6 untuk sektor minyak dan gas bumi dan 0,244 24,4 untuk sektor
perikanan. Selanjutnya disusul oleh potensi pertanian sebagai prioritas ketiga, perkebunan sebagai prioritas keempat dan pariwisata sebagai prioritas kelima
dengan nilai skoring masing-masing 0,191 19,1, 0,186 18,6 dan 0,132 13,2.
Penilaian pakar yang mensejajarkan prioritas pembangunan minyakgas bumi dan perikanan dalam pengembangan wilayah pesisir di Indramayu telah
menunjukan adanya pemikiran yang baru untuk mensinergikan kedua sektor tersebut dalam porsi pembangunan yang sama. Sepertinya pakar sepakat bahwa
pola pembangunan yang ego sektoral sudah tidak tepat lagi dijalankan untuk saat ini dan di masa mendatang. Pengalaman di masa lalu telah membuktikan
bahwa pengembangan wilayah pesisir yang bersifat sektoral sering kali menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antar kegiatan ekonomi.
Di Indramayu, terjadi konflik antar kegiatan yaitu penambangan minyak dan gas bumi di lepas pantai yang selalu dianggap nelayan mengganggu aktifitas
perikanan tangkap. Masyarakat nelayan merasa terusik dengan keberadaan penambangan tersebut, oleh karena zona tangkapan ikannya menjadi
menyempit, sehingga mengurangi perolehan pendapatan. Di pihak lain, manajemen penambangan minyak dan gas bumi di wilayah tersebut tampaknya
kurang memperhatikan keberadaan nelayan yang hidupnya sangat tergantung dengan tangkapan ikan. Meskipun penambangan minyak dan gas bumi
menghasilkan petro dolar dalam jumlah yang besar, namun efek multiplier yang dirasakan masyarakat nelayan sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak ada.
Akibatnya kesenjangan pendapatan dan penguasaan aktifitas ekonomi antara nelayan dengan penambangan minyak dan gas bumi terlihat sangat mencolok.
Dilandasi oleh kenyataan ini akhirnya setiap pakar beranggapan bahwa prioritas minyak dan gas bumi serta perikanan semestinya ditempatkan dalam
posisi yang sama, harus ada kontribusi pembangunan dari sektor minyak dan gas bumi terhadap sektor perikanan. Meskipun hal tersebut tidak muncul dalam
proses produksinya, namun sudah seyogyanya sektor tersebut membantu kenaikan produksi perikanan yang dapat dilakukan melalui pengembangan
kelembagaan kemasyarakatan seperti membuat community based development CBD dalam rangka meningkatkan program ekonomi kerakyatan seperti
pemberdayaan ekonomi mayarakat pesisir PEMP dan kredit untuk rakyat KUR di sektor perikanan.
Program PEMP dengan dana yang berasal dari APBN dan dana kompensasi BBM, telah dilaksanakan di 265 kabupatenkota, dan telah
menghasilkan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir-Mikro Mitra Mina LEPP-M3 sebanyak 323 buah Saad dalam Direktorat Jenderal Kelautan,
2005. KUR adalah Kredit Modal Kerja KMK dan atau Kredit Investasi KI dengan plafon kredit Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil,
menengah dan koperasi UMKM-K Retnadi, 2008. Realisasi KUR hingga 31 Maret 2008 menunjukkan realisasi KUR dari 6 bank pelaksana telah mencapai
Rp. 3,2 Trilyun dengan jumlah debitur 188000 pengusaha mikro dan kecil. Untuk itu, manajemen penambangan minyak dan gas bumi hendaknya
bekerjasama dengan perguruan tinggi lokal dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat pesisir dengan cara perguruan tinggi melakukan pendampingan, dan manajemen penambangan minyak dan gas bumi mendanai upaya
pendampingan tersebut. Sebagai suatu kegiatan sosial dari PT Pertamina Unit IV Balongan kepada masyarakat pesisir Indramayu, program corporate sosial
responsibility CSR ini diharapkan dapat mempercepat pemahaman masyarakat pesisir terhadap berbagai program pemerintah seperti PEMP dan KUR yang
bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.
113
Gambar 30. Hirarki identifikasi potensi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Indramayu
Keterangan : Lihat Tabel 19. IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN
WILAYAH PESISIR
STRENGTH WEAKNESS
OPPORTUNITIES THREATS
S1 0,017
Minyak dan Gas
Bumi 0,246
Pertanian 0,191
Perkebunan 0,186
Perikanan
0,244
Pariwisata 0,132
Level 1. Fokus
Komponen SWOT
Level 2. Faktor
SWOT
Level 3. Potensi
Pengembangan Wil. Pesisir
S2 0,033
S3 0,029
S4 0,047
W1 0,035
W2 0,023
W3 0,074
W4 0,025
O1 0,091
O2 0,056
O3 0,039
T1 0,036
3 T3
0,029 T4
0,028 S5
0,077
T2 0,038
7 S6
0,048
W5 0,030
W6 0,034
O4 0,063
W7 0,029
T5 0,031
T6 0,087
113
6.3.1.6.
Kesimpulan Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir di Indramayu
Hasil analisis ASWOT menunjukkan bahwa faktor strength, weakness, opportunities, dan threats SWOT menghasilkan dua sektor utama yang menjadi
potensi utama wilayah pesisir Indramayu yaitu sektor minyak dan gas bumi dengan skor sebesar 0,246 24,6 dan sektor perikanan dengan nilai skor
0,244 24,4. Semua kekuatan dan peluang sektor perikanan yang besar tersebut akan
lambat perkembangannya tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu dari awal semua pakar telah sepakat bahwa kontribusi perusahan penambangan
minyakgas bumi dalam meningkatkan kapasiktas masyarakat pesisir sangat dibutuhkan dalam hal ini Pertamina Unit IV Balongan. Program Corporate Sosial
Responsibility CSR diharapkan dapat mempercepat pemahaman masyarakat pesisir terhadap berbagai program pemerintah seperti PEMP dan KUR yang
bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Program CSR ini dapat diatur oleh pemerintah daerah Indramayu melalui
peraturan daerah yang mewajibkan perusahaan penambangan minyak dan gas bumi untuk membina dan mendampingi kegiatan masyarakat nelayan.
Manajemen penambangan minyak dan gas bumi hendaknya bekerjasama dengan perguruan tinggi lokal dengan cara perguruan tinggi melakukan
pendampingan, dan manajemen penambangan minyak dan gas bumi mendanai upaya pendampingan tersebut. Disini kolaborasik perusahaan penambangan
dengan pemerintah daerah selain memberikan motivasi bagi masyarakat nelayan disekitarnya untuk menumbuhkembangkan usaha mereka dalam melakukan
penetrasi pasar. Mengingat sektor perikanan Kabupaten Indramayu merupakan yang
terbesar di Provinsi Jawa Barat 49,41 dan kedekatannya dengan pusat pasar domestik sebagai kekuatan utama S1= 0,077, maka sekalipun perikanan di laut
Jawa sudah over fishing, tetapi karena wilayah pesisir menjadi basis kegiatan perikanan yang dapat dijadikan indikator yang baik bagi pengelolaan pesisir
Dahuri, 2004, maka perikanan sebagai suatu sistem yang kompleks dan dinamis dalam tataran empiris dapat melakukan sharing dengan sumberdaya lain
dalam konteks karakteristik dan spasial. Berdasarkan hasil diskursus dengan pakar ditetapkan bahwa sektor perikanan di Indramayu masih potensial untuk
dikembangkan di masa mendatang.
6.3.2. Kabupaten Ciamis
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten di pesisir laut selatan Jawa Barat yang memiliki potensi pesisir yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat daerah. Adapun potensi pesisir Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 31.
6.3.2.1. Pertambangan
Daerah pesisir Jawa Barat bagian selatan adalah daerah tektonik aktif, sehingga kemungkinan adanya potensi minyak dan gas bumi adalah kecil.
Daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat dapat dikatakan memiliki keragaman sumberdaya mineral yang cukup potensial. Bahan galian yang terdapat di
sepanjang daerah pesisir sebagian besar telah dimanfaatkan. Potensi pertambangan kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Potensi pertambangan di Kabupaten Ciamis
No Potensi tambang
Lokasi Keterangan
1 Batu gamping
Kec. Kalipucang, pamarican, padaherang, cimerak, banjarsari,
parigi, cigugur, banjarsari, cijulang - Dalam tahap eksploitasi
- Jumlah 127.410.000 ton - Cadangan sangat besar
2 Fosfat
Kec. Padaherang, parigi, cijulang, dan Banjarsari
- Jenis endapan guano - Tahap eksplorasi
- Cadangan besar 3
Dolomitan Kec. Kalipucang, pamarican,
padaherang, cimerak, banjarsari, parigi, cigugur, banjarsari, cijulang
- Cadangan besar - Tahap eksplorasi
- Untuk pertanian
4 Kaolin
Kec cihaeurbeuti - Jumlahnya 95.600 ton
- Cadangan besar - Tahap eksplorasi
5 Zeolit
Kec. Kalipucang, padaherang - 9.6 juta ton
- Cadangan besar - Tahap eksplorasi
6 Tras
Kec. Rancah, Parigi, Cigugur - 620 ribu ton
- Cadangan besar 7
Emas Kec. Cimerak
- Tahap eksplorasi 8
Pasirbesi Kec. Cijulang-Cimerak
- 125 ribu m³ - Sangat Potensial
- Tahap eksploitasi Sumber : Puradimaja 2007
Gambar 31. Potensi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Ciamis 116