Bencana
Kedaruratan Pemulihan
Pencegahan Mitigasi
Pembangunan Kesiapsiagaan
Pra Bencana
Pasca Bencana
Bahaya Langsung Yang Berpotensi Merusak Aset Bangsa dan Negara
amblesan due to tsunami, severe storms including hurricane, volcanoes, landslides and settlements.
2.5.1. Siklus Penanggulangan Bencana Alam
Pasal 1 ayat 5 UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi: penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi Gambar 11. Mitigasi bencana sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 47 UU No. 24 tahun 2007 dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan yang rawan bencana.
Oleh karena itu keberhasilan upaya mitigasi ini pada hakekatnya ditentukan oleh
kemampuan masyarakat untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Jika
kemampuannya tinggi maka risikonya kecil, dan jika kemampuannya rendah
maka risikonya besar. Dengan demikian diperlukan pemberdayaan masyarakat,
dan untuk itu motivasi mempunyai peran yang sangat besar. Mangkuprawira 2007 menyatakan bahwa motivasi dapat berasal dari masyarakat itu sendiri,
tetapi juga bisa dibangkitkan dari l uar. Oleh karena itu keberhasilan upaya mitigasi ditentukan oleh peran serta masyarakat.
Gambar 11. Siklus penanggulangan bencana
Sumber : Diolah dari UU No. 24 Tahun 2007 dan Manajemen Bencana, Carter 1991
Forum Mitigasi 2007 membedakan mitigasi bencana atas dua macam, yaitu mitigasi pasif non struktural dan mitigasi aktif struktural.
2.5.1.1. Mitigasi Pasif Non Struktural
• Penyusunan peraturan perundang-undangan.
• Penyesuaian rencana tata ruang berdasarkan peta risiko bencana serta
pemetaan masalah. •
Pembuatan pedomanstandarprosedur. •
Pembuatan brosurposter. •
Pembuatan rencana alternatif tindakan kedaruratan contigency plan. •
Penelitianpengkajian karakteristik bencanaanalisis risiko bencana •
Internalisasi penanggulangan bencana PB dalam muatan lokal pendidikan. •
Pembentukan satuan tugas bencana perkuatan unit-unit sosial masyarakat. •
Pengarusutamaan PB dalam pembangunan dan sosialisasi
2.5.1.2. Mitigasi Aktif Struktural
• Pembuatan dan penempatan tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana atau tanda peringatannya. •
Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan ke daerah aman. •
Pembangunan penampungan sementara, daerah jalur evakuasi. •
Pembuatan bangunan struktur Hanson, 2007 seperti: pengaman lereng
slope protectionseawalls,
pemecah ombak breakwaterdetached
breakwater, krib tegak lurus penahan gerakan sedimentasi sejajar gisik groyne, dan pengaman gisik beach protective.
Coburn et al., 1994 menyebutkan bahwa mitigasi struktural meliputi upaya fisik yang dimaksudkan untuk mengurangi risiko bencana. Selanjutnya
Hanson 2007 merinci bahwa mitigasi struktural antara lain sistem peringatan dini, pembangunan pemecah ombak breakwater, peredam abrasi bank
revetment, kribtanggul tegak lurus untuk mencegah gerakan sedimentasi sejajar gisik groyne pembuatan permukiman panggung, relokasi permukiman retreat,
coastal protection dunevegetation, dan slope protection sea wall. Kemudian Latief 2008 menambahkan bahwa dalam rangka stabilisasi pesisir diperlukan
upaya lain yaitu pengisian gisik beach nourishment, remangrovesasi, perlindungan gisik alami dengan menaikkan tanahpasir ditutupi vegetasi, serta
menumbuh kembangkan terumbu karang reef replantationartificial reef. Pemecah ombak breakwater adalah struktur yang berfungsi sebagai
pemecah gelombang, sedemikian rupa sehingga dibelakang struktur tercapai perairan yang tenang Latief, 2008. Peredam abrasi bank revetment adalah
suatu struktur yang dibangun untuk melindungi pantai beach protection dari gelombang, biasanya dibangun dari batu yang diletakan di permukaan yang
miring. Pengaman lereng slope protection seawall adalah suatu struktur yang dibangun di sepanjang pantai untuk melindungi pantai dan kerusakan lain dari
pukulan gelombang. Umumnya lebih padat dan mampu bertahan terhadap kekuatan gelombang besar dibandingkan dengan sebuah bangunan sekat bulk
head Puradimaja, 2007a. Pengisian gisik beach nourishment adalah kegiatan menambang pasir
di lepas-pantai dan ditempatkan di pantai untuk mengganti pasir yang tergerus oleh gelombang atau ombak. Hal ini dilakukan untuk melindungi fungsi dari
pantai dan rekreasi Wikipedia, 2008. Erchinger 1984 dalam Setyandito 2008, merumuskan bahwa tujuan utama pembuatan pantai pasir buatan antara lain:
• Pembuatan dan atau restorasi pantai rekreasi
• Reklamasi pantai
• Pemeliharaan garis pantai terhadap chronic abrasion atau lee-side abrasion
• Pengurangan energi gelombang datang ke pantai atau dune
Krib sejajar pantai groin adalah selain dengan krib tegak lurus pantai maka untuk menanggulangi erosi akibat tidak seimbang suplai sedimen dan
kapasitas angkutan Latief, 2008. Setyandito 2008 menambahkan bahwa groin adalah bangunan yang dipergunakan untuk :
• Mempertahankan agar gisik buatan artificial beach dapat bertahan dalam
waktu yang cukup lama •
Menekan biaya perawatan agar supaya tidak terlalu mahal; dengan adanya bangunan pelindung material pasir yang hilang dapat ditekan
Terumbu karang buatan artificial reef adalah bentuk bangunan atau benda yang di turunkan kedasar perairan sehingga berfungsi layaknya habitat
ikan. Banyak bentuk konstruksi dan jenis material yang diaplikasikan pada terumbu buatan, dari balok kayu biasa, papan, kotak beton, kotak besi dan kapal,
bus bekas dan bahkan ban bekas. Dewasa ini dalam kegiatan yang disebut sebagai perbaikan ekosistem terumbu karang, banyak dilakukan dengan cara
transplantasi terumbu karang dan pembuatan terumbu karang buatan artificial reef yang oleh masyarakat awam dikenal sebagai ‘rumpon’ Mawardi, 2003.
2.5.2. Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana Alam