lintas sektor dengan tetap mempertahankan sektor perikanan sebagai salah satu leading sector.
• Semua kekuatan dan peluang sektor perikanan yang besar tersebut di
Indramayu akan lambat perkembangannya tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu dari awal semua pakar telah sepakat bahwa kontribusi
perusahan penambangan minyakgas bumi sangat dibutuhkan dalam hal ini Pertamina Unit IV Balongan. Demikian juga didalam mengatasi kelemahan
dan menghadapi ancaman dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut peran perusahaan penambangan tersebut sangat diperlukan. Hal ini dapat
saja diatur oleh pemerintah daerah Indramayu melalui peraturan daerah yang mewajibkan perusahaan penambangan minyak dan gas bumi untuk membina
dan mendampingi kegiatan masyarakat nelayan. Disini perusahaan penambangan selain memberikan motivasi bagi masyarakat nelayan
disekitarnya untuk menumbuhkembangkan usaha mereka, juga memberi bantuan pemberian modal, peralatan, serta pendampingan dalam melakukan
penetrasi pasar. Selain itu, menurut pakar, sektor perikanan di Indramayu masih potensial untuk dikembangkan di masa mendatang.
• Semua pakar sepakat bahwa pembangunan sektor pariwisata dan perikanan
harus diprioritaskan bersama dalam pembangunan wilayah pesisir di Kabupaten Ciamis. Dalam konteks ini, sektor pariwisata diharapkan dapat
menjadi komplemen pengembangan sektor perikanan, bukannya kompetitor. Hal ini disebabkan sektor pariwisata mempunyai efek multiplier terhadap
pendapatan masyarakat dan dapat menghasilkan derived demand untuk pengembangan usaha-usaha ekonomi lainnya di luar sektor perikanan,
seperti industri berbasis pesisir, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, sektor perikanan tetap dijadikan sebagai salah satu leading sector
pembangunan wilayah pesisir. •
Kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam migas sebagai national competence dapat meningkatkan kegiatan perikanan sebagai local
competence dengan mengarahkan nelayan kepada akses pasar dan permodalan, kegiatan pariwisata dapat meningkatkan permintaan terhadap
hasil perikanan derive demand, jadi saling melengkapi bukan kompetitor complementary.
VII. STUDI POTENSI BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR JAWA BARAT
ABSTRAK
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang pantai shoreline kedua,
Indonesia selain memiliki kekayaan sumber daya alam pesisir yang melimpah juga memiliki potensi bencana alam yang sangat tinggi. Konfigurasi empat pulau besar dan deretan pulau kecil yang
menempatkan Laut Jawa sebagai perairan dalam di tengah kepulauan Indonesia, memposisikan pantura Jawa menjadi sasaran gelombang badai pasang yang mengakibatkan abrasi parah di
pesisir Indramayu. Posisi lempeng tektonik di
sebelah selatan Jawa mengakibatkan Gempa bumi menimbulkan tsunami yang melanda dahsyat pesisir Ciamis . Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di pesisir tersebut. Data potensi bencana terdiri atas data pakar, sumber potensi bencana, dan pendapat pakar mengenai hubungan
kontekstual antars umber potensi bencana sesuai dengan teknik yang digunakan pada model ini yaitu interpretive structural modeling ISM. Hasil analisis data dan pendapat pakar menunjukkan
bahwa di Kabupaten Indramayu bencana alam gelombang badai pasang menempati peringkat tertinggi,diikuti oleh banjir dan abrasi. Selanjutnya di Kabupaten Ciamis bencana alam tsunami
menempati peringkat tertinggi, yang kemudian diikuti oleh Gempa bumi dan gelombang badai pasang.
Kata Kunci: potensi bencana, interpretive structural modelling, gelombang badai pasang
7.1. Pendahuluan
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir sekaligus potensi terjadinya bencana alam.
Hasil diskursus dengan pakar terkait menunjukan bahwa ada perbedaan antara penyebab bencana dan akibat bencana. Penyebab bencana contohnya adalah
gempa bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya tsunami. Gempa bumi juga terjadi disebabkan oleh gerakan dinamis berbagai lempeng di perut bumi. Contoh
lain adalah perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan perubahan iklim ini juga diakibatkan oleh pemanasan global. Dengan demikian diketahui ada
rangkaian gerakan di dalam bumi geologycal hazard dan di atmosfer hydro meteorologycal hazard yang menjadi penyebab terjadinya bencana alam
natural hazard dan akibat yang akan ditimbulkannya kemudian disaster di permukaan bumi Thome, 2006Lampiran 3. Oleh karena keterkaitan dan
sifatnya yang merugikan maka untuk kepentingan penelitian, diskursus dengan pakar menetapkan penyebab dan akibat bencana tersebut dianalisis sebagai
elemen potensi bencana. Bencana alam yang berpotensi terjadi tersebut antara lain gempa bumi, tsunami, gelombang badai pasang, banjir, erosi, abrasi, akresi,
gerakan tanah jenis amblesanperosokan dan longsorankeruntuhan, intrusi air laut, serta angin kencang. Bencana alam tersebut berisiko buruk bagi
masyarakat yang bermukim menggantungkan hidupnya di pesisir, dan juga bagi ekosistem pesisir itu sendiri.
Identifikasi potensi bencana alam disamping potensi sumberdaya alam merupakan salah satu aspek penting dalam pertimbangan perumusan kebijakan
pengembangan wilayah. Dengan memahami potensi bencana alam yang mungkin terjadi maka langkah preventif proaktif dan kesiapsiagaan sebelum
terjadinya bencana, serta langkah penanggulangan ketika terjadi bencana, dan langkah pemulihan setelah terjadi bencana dapat dimasukkan dalam rumusan
kebijakan pengembangan wilayah. Sejauh ini, identifikasi potensi bencana alam di kawasan pesisir belum dilakukan secara komprehensif. Hal ini terbukti dalam
kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang pada umumnya belum berdasarkan pada mitigasi bencana Forum Mitigasi Bencana, 2007. Penelitian
tahap ini bertujuan untuk mengetahui jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di pesisir, dengan mengambil kasus pantai utara pantura di Kabupaten
Indramayu dan pantai selatan pansela di Kabupaten Ciamis.
7.2.
Model Analisis Potensi Bencana Alam di Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Barat
Model analisis sumber potensi bencana digunakan untuk menentukan potensi bencana dengan menggunakan metode interpretrative structural
modelling ISM. Untuk itu perlu ditentukan dahulu elemen pembentuk ISM, yaitu jenis bencana yang potensial terjadi di pesisir pantura dan pansela, serta
menentukan keterkaitan pengaruh antara masing-masing elemen tersebut melalui diskursus dengan para pakar VAXO.
Gambar 35. Garis besar alat analisis ISM
Sumber : Saxena dalam Marimin 2005 Penentuan elemen pembentuk ISM
Penilaian ISM berdasarkan nilai VAXO Proses Pembentukan SSIM dan RM rata-rata
Proses Revisi SSIM dan RM rata-rata Hasil ISM :
SSIM dan RM final, Lokasi kuadran masing-masing elemen dan Elemen kunci