9. Akresi
Akresi muncul akibat adanya pendangkalan di muara sungai yang disebabkan oleh tingginya kandungan material tersedimentasi yang berasal dari
hasil erosi akibat aktivitas`manusia di bagian hulu. Oleh karena itu, kecepatan timbulnya akresi dapat diperlambat dengan aktivitas penghijauan di areal
tangkapan air dan sekitar bendungan.
10. Intrusi Air Laut
Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air
tanah secara berlebihan untuk berbagai keperluan pemukiman dan industri. Pengambilan air tanah yang tidak seimbang dengan pemasukan air dari
permukaan mengakibatkan air laut yang lebih berat masa jenisnya langsung masuk ke akuifer tempat penampungan air di dalam tanah hingga mengendap.
2.4. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan sustainable development merupakan gagasan ataupun konsep pembangunan yang sudah sejak lama dicanangkan
baik oleh sekelompok masyarakat tertentu, negara, maupun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Konsep tersebut dipicu oleh kekhawatiran manusia
terhadap kelestarian tempat dimana mereka tinggal, disamping upaya mencari kemungkinan tempat tinggal lain di luar planet bumi, tetapi yang lebih penting
bagi manusia adalah bagaimana melestarikan tempat tinggal yang ada saat ini sehingga generasi penerus atau anak cucu kita dapat ikut menikmatinya
WCED, 1984. Istilah pembangunan berkelanjutan mulai dipopulerkan setelah Konferensi
Tingkat Tinggi Bumi KTT-Bumi di Brazil pada tahun 1992. KTT-Bumi merupakan penegasan kembali kesepakatan bersama bangsa-bangsa di muka
bumi yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup atau pentingnya mengatasi masalah lingkungan global. Hal ini bisa terjadi karena pelestarian
lingkungan hidup sangat penting dan tidak dapat dipisahkan begitu saja prioritasnya dengan pembangunan sektor lainnya.
Pembangunan berkelanjutan juga didefinisikan sebagai ’upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan UU No. 23, tahun 1997.
Dalam definisi tersebut, dapat dipahami bahwa konsep pembangunan berkelanjutan didirikan atau didukung oleh tiga pilar atau tiga dimensi
keberlanjutan Triple-P, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi profit, keberlanjutan kehidupan sosial manusia people, dan keberlanjutan ekologi
alam planet. Ketiga pendekatan tersebut bukanlah pendekatan yang berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain sehingga
ketiganya harus diperhatikan secara seimbang Munasinghe, 1993. Dengan semakin terkonsentrasinya sebagian besar kegiatan manusia di
pesisir, hilangnya hutan mangrove, hancurnya terumbu karang, meningkatnya penambangan pasir pantai dan semakin banyaknya industri membuang
limbahnya ke wilayah pesisir, maka sudah sewajarnyalah jika pengembangan wilayah pesisir memperhatikan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan Salim, 1980 sebagaimana dijelaskan dalam No. UU
No. 23, tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan PBBL adalah konsep untuk mengelola pengembangan wilayah pesisir agar tidak bertambah semerawut dan
membahayakan generasi mendatang Sugandhy dan Hakim, 2007. Konsep ini
diperlukan untuk menjaga agar ambang batas tetap pada laju pemanfaatan
ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas
ini tidak bersifat mutlak karena tergantung kepada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer
untuk menerima dampak kegiatan manusia Peng et al., 2006.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Pengembangan Wilayah Pesisir PWP adalah pendekatan pengelolaan wilayah dengan ekosistem pesisir
yang sangat kompleks, dinamis dan memiliki kerentanan tinggi, karena memiliki kekayaan sumberdaya alam yang multiple use dan berpotensi menimbulkan
konflik serta masih berlakunya penguasaan ruang terbuka oleh kelompok tertentu. Sedangkan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
PBBL adalah konsep pembangunan untuk menjaga agar kegiatan manusia tidak melalui ambang batas pemanfaatan laju pemanfaatan alamiah. Oleh karena
itu, pendekatan PWP dan strategi PBBL adalah saling terkait dan saling
melengkapi complementary.
Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan PMB atau the sustainable livelihood approach SLA sebagai suatu integrasi kerangka kerja konseptual
dengan prinsip operasional untuk menyiapkan pedoman formulasi kebijakan dan
praktek pembangunan, sudah banyak diterapkan dalam penelitian pengembangan wilayah pesisir dan kehidupan nelayan. Program yang sudah
dilaksanakan di 25 negara pesisir Benua Afrika bagian Barat telah berhasil menyusun kebijakan inisiatif pengurangan kemiskinan poverty reduction iniative
policy, dan mengidentifikasi bahwa kemiskinan tidak langsung menjadi pemicu terjadinya eksploitasi sumberdaya ikan yang berlebihan over-exploited fish
resources . PMB SLA sebagai suatu penelitian yang dipersiapkan untuk menjadi
suatu kerangka kebijakan dan sudah diterapkan di 25 negara Afrika tersebut Allison dan Horemans, 2006, untuk dapat diterapkan di negara kepulauan yang
rawan bencana seperti Indonesia ini, nampaknya masih perlu disintesiskan dengan PWP dan berbagai konsep pembangunan lainnya agar terpadu. Guna
mewujudkan hal tersebut, penelitian ini diharapkan akan menghasilkan suatu arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang sesuai dengan
permasalah di dua lokasi penelitian di Indonesia.
2.5. Mitigasi Bencana Alam