C11C3 saja, dari tahun ke tahun soal yang digunakan hampir sama dan tak ada perubahan yang berarti.
.
Studi literatur, setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang dapat mengatasi masalah tersebut. Sugiyono, 2010: 411. Pada studi literatur
ini peneliti akan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional, teori tentang berpikir kritis, serta penelitian terdahulu
yang terkait. Selain itu, peneliti juga mencari referensi mengenai kriteria pengembangan
keterampilan berpikir
kritis serta
indikator1indikator keterampilan berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis yang
digunakan yaitu menurut Ennis 1985 ada 11 indikator yang digunakan.
4.3.2 Desain produk
Desain produk ini diawali dengan langkah1langkah sebagai berikut:
.
Menyusun kisi1kisi soal pengembangan keterampilan berpikir kritis. Kisi1kisi soal memuat indikator keterampilan berpikir kritis dan indikator
kurikulum KTSP. Dalam hal ini terdapat dua model soal yaitu model tes esai analisis TEA dan tes problem solving TPS sehingga terdapat dua kisi1kisi
yang berbeda. Selain soal, terdapat lembar pengamatan aktivitas siswa yang berkenaan dengan keterampilan berpikir kritis selama pembelajaran
berlangsung.
.
Menyusun soal untuk mengembangkan instrumen penialaian yang mengacu pada keterampilan berpikir kritis. Ada dua model soal yaitu tes esai
analisis TEA yang terdiri dari 8 soal uraian dan tes problem solving TPS terdiri dari 4 soal uraian. Pada lembar aktivitas siswa terdapat 10 aspek yang
disusun berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis.
. 1 +
Menyusun kunci jawaban disertai penyekoran tiap nomor. Kunci jawaban dan penskoran disesuaikan dengan tiap nomor soalnya. Lembar
aktivitas siswa setiap aspek memiliki skor tertinggi sama dengan 3.
. .
,
Validasi desain, dilakukan oleh pakar penelitian pendidikan, pakar keterampilan berpikir kritis, pakar kimia, dan praktisis lapangan. Instrumen
penilaian yang telah divalidasi oleh pakar dan dinyatakan valid, maka instrumen penilaian dapat diuji cobakan.
4.3.3 Pengembangan
Pengembangan terdiri atas beberapa tahapan, diantaranya yaitu:
. 2
Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi pengerjaan soal oleh siswa yang telah mendapat materi asam basa sebelumnya, dalam hal ini diuji
cobakan pada kelas XII sebanyak 36 siswa. Kemudian dianalisis, dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,705 untuk TEA dan 0,71 untuk TPS. Instrumen penilaian
dikatakan reliabel apabila memiliki Alpha Croncach ≥ 0,70, sehingga
instrumen penilaian dapat digunakan pada tahap uji coba skala terbatas.
. 2
Uji coba skala terbatas, bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai instrumen penilaian yang telah dikembangkan. Uji coba skala
terbatas ini dilakukan pada siswa kelas XI kelompok ekstrakurikuler olimpiade sebanyak 9 siswa, dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,734 untuk TEA, 0,817
untuk TPS dan 0,88 untuk reliabilitas lembar aktivitas siswa. Pada uji coba skala terbatas ini, terdapat revisi pada soal tes esai analisis, yaitu bagian soal
yang kurang lengkap dan kata1kata yang masih janggal.
. 2
Uji coba skala luas dilakukan di kelas XI IPA 4 dengan jumlah 40 siswa. Pada uji coba skala luas reliabilitas untuk TEA adalah sebesar 0,858,
TPS sebesar 0,863, dan lembar aktivitas siswa memiliki reliabilitas sebesar 0,925. Pada tahap uji coba skala luas terdapat revisi soal problem solving pada
nomor 4.
4.3.4 Implementasi