Teori Asam dan Basa

lebih besar diperoleh ketika peserta didik tetap pada posisi yang relatif sama dalam satu kelompok pengujian ke pengujian berikutnya. Dengan kata lain, peluang selisih dan perubahan posisi dalam kelompok dapat memperbesar koefisisen reliabilitas. Tingkat Kesukaran . Tingkat kesukaran soal yang ideal untuk meningkatkan koefisien reliabilitas adalah soal yang menghasilkan sebaran skor berbentuk kurva normal. Objektifitas , menunjukkan skor tes kemampuan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Objektivitas prosedur tes yang tinggi akan memperoleh reliabilitas hasil tes yang tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran. Tes yang reliabel adalah apabila koefisien reliabilitasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya standard error of measurement rendah. Reliabilitas instrumen penilaian dalam penelitian ini menggunakan formula Cronbach Alpha, karena instrumen penelitian berupa lembar angket, tes esai analisis, tes problem solving, dan lembar aktivitas berpikir siswa.

2.6 Asam Basa

2.6.1 Teori Asam dan Basa

Teori mengenai laruatan asam basa telah dikemukakan oleh berbagai ahli kimia sejak jaman dahulu. Salah satunya adalah teori Svante Arrhenius 1884 yang menyatakan bahwa asam adalah zat yang dapat meningkatkan konsentrasi ion hidrogen, H + dalam air, sedangkan basa dalah zat yang dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida, OH 1 . Secara umum, reaksinya sebagai berikut : HA aq ⇄ H + aq + A 1 aq Asam ion hidrogen BOH aq ⇄ B + aq + OH 1 aq Basa ion hidroksida Teori yang diungkapkan oleh Arrhenius masih memiliki keterbatasan yaitu hanya memandang aspek reaksi asam basa di dalam pelarut air dan jika suatu reaksi tidak membentuk OH 1 atau H + tidak dapat dikatakan sebagai basa. Oleh karena itu, Johanes Bronsted dan Thomas1Lowry mengungkapkan sebuah teori yang menyatakan bahwa asam adalah pemberidonor proton H + dan basa adalah penerimaakseptor proton H + . Teori ini dikenal dengan nama teori asam basa Bronsted1Lowry. Teori ini mampu menjelaskan reaksi asam basa dengan pelarut bukan air. Jika suatu asam memberi proton, maka sisa asam tersebut mempunyai kemampuan untuk menerima proton atau bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut dinamakan basa konjugasi dari asam semula. Demikian pula, jika suatu basa menerima proton, maka basa yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk melepas proton tersebut atau bertindak sebagai asam. Asam yang terbentuk ini disebut sebagai asam konjugasi dari basa semula. Pasangan asam dengan basa konjugasinya masing1masing disebut juga pasangan asam basa konjugasi. Berikut adalah contoh reaksi asam basa: NH 4 + + NH 2 1 ⇄ NH 3 + NH 3 Asam 1 Basa 2 Asam 2 Basa 1 Asam 1 kehilangan proton dan menjadi basa 1. Basa 2 mendapat proton dan menjadi asam 2. Basa 1 disebut sebagai basa konjugat dari asam 1, sedangkan asam 2 adalah asam konjugat dari basa 2. NH 3 pelarut adalah basa konjugat dari asam NH 4 + dan juga merupakan asam konjugat dari basa NH 2 1 . Kelemahan utama teori Bronsted1Lowry adalah bahwa untuk pelarut yang tidak mengandung proton tidak dapat digunakan. Selain itu, sifat suatu zat tidak pasti, sangat bergantung pada pasangan reaksinya. Misalnya air bersifat basa jika bereaksi dengan CH 3 COOH dan bersifat asam jika bereaksi dengan NH 3 . Menurut Lewis, asam adalah partikel ion atau molekul yang dapat bertindak sebagai penerima akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah partikel ion atau molekul yang dapat bertindak sebagai pemberi donor pasangan elektron. Reaksi asam1basa menurut teori Lewis berkaitan dengan transfer pasangan elektron yang terjadi pada ikatan kovalen koordinasi. Perhatikan reaksi berikut. H H H N + H + → H N H H H Basa Asam Berdasarkan reaksi tersebut, NH 3 bertindak sebagai basa dan NH 4 + bertindak sebagai asam. Perhatikan reaksi antara NH 3 dan BF 3 berikut ini. Pada reaksi antara NH 3 dan BF 3, BF 3 bertindak sebagai asam, sedangkan NH 3 bertindak sebagai basa. Ikatan koordinasi terjadi karena adanya pasangan elektron dari satu atom yang berikatan. Contohnya pada pembentukan ion kompleks, antara ion logam transisi penerima pasangan elektron dan ion nonlogam pemberi pasangan elektron. Perhatikan reaksi berikut ini. Fe 3+ + 6CN 1 → [FeCN 6 ] 31 Ion Fe 3+ memiliki orbital kosong yang menerima pasangan elektron dari ion CN 1 . Jadi, ion Fe 3+ bertindak sebagai asam, sedangkan ion CN 1 sebagai basa.

2.6.2 Sifat Asam dan Basa