Model Discovery Learning KERANGKA TEORI

55

2.1.8 Model Discovery Learning

2.1.8.1 Pengertian Model Discovery Learning Pengertian model Discovery Learning sering dipertukarkan dengan model inquiry. Hamdani 2011: 184-185 mengungkapkan pengertian discovery adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Kemendikbud 2013: 1 mengungkapkan pengertian model Discovery Learning sebagai teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi apabila tidak disajikan dalam bentuk final, namun siswa diharapkan untuk mengorganisasi sendiri. Sedangkan menurut Hosnan 2014: 280-282 Discovery Learning adalah model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan. Dengan belajar penemuan, siswa dapat belajar berpikir analitis dan memecahkan permasalahannya sendiri untuk ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inquiry dan problem solving. Discovery Learning lebih menekankan pada penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, serta masalah yang dihadapkan pada siswa merupakan masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inquiry masalahnya bukan hasil rekayasa sehingga siswa haru berpikir dan terampil lebih keras untuk mendapatkan temuan melalui proses penelitian. Pada problem solving, lebih menekankan pada kemampuan penyelesaian masalah. 56 Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning adalah model pembelajaran yang berfokus pada kegiatan penemuan konsep-konsep baru yang belum diketahui oleh siswa. Melalui Discovery Learning siswa didorong untuk belajar dan menemukan sendiri konsep dan informasi baru melalui keterlibatan aktif untuk memperoleh pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan oleh siswa. 2.1.8.2 Tujuan Pembelajaran Discovery Learning Bell dalam Hosnan 2014: 284 mengemukakan tujuan spesifik pembelajaran dengan penemuan, antara lain: 1 kegiatan penemuan siswa mempunyai kesempatan untuk terlibat aktif; 2 siswa belajar menemukan pola dalam situasi abstrak maupun konkret, juga dapat meramalkan informasi tambahan yang diberikan; 3 siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakannya untuk memperoleh informasi; 4 siswa dapat membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling berbagi informasi, dan mendengar ide orang lain; 5 keterampilan, konsep, dan prinsip yang dipelajari menjadi bermakna; 6 keterampilan yang dipelajari lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi yang baru. 2.1.8.3 Karakteristik Model Discovery Learning Ciri utama belajar menemukan menurut Hosnan 2014: 284 yaitu: 1 memecahkan masalah untuk menggeneralisasikan pengetahuan; 2 berpusat pada 57 siswa; 3 kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Terdapat beberapa ciri proses pembelajaran yang ditekankan oleh teori konstruktivisme yang mendasari Discovery Learning, antara lain: 1 mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar siswa; 2 siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai; 3 berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses, bukan hasil; 4 mendorong siswa mampu melakukan penyelidikan; 5 menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar; 6 mendorong berkembangnya rasa ingin tahu alami siswa; 7 penilaian belajar menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa; 8 mendasarkan proses belajar pada prinsip kognitif; 9 menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan pembelajaran; 10 menekankan penti ngnya “bagaimana” siswa belajar; 11 mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam dialog dan diskusi; 12 mendukung terjadinya belajar kooperatif; 13 menekankan pentingnya konteks dalam belajar; 14 memperhatikan keyakinan dan sikap belajar siswa; dan 15 memberikan kesempatan siswa membangun pengetahuan baru didasari oleh pengalaman nyata. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan karakteristik model Discovery Learning berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Discovery Learning mempunyai ciri khusus yaitu kegiatan penemuan konsep sendiri yang dilakukan oleh siswa secara lebih bermakna. Materi yang disampaikan oleh guru bukan dalam bentuk akhir, tapi siswa sendiri yang menemukan dan memecahkan konsep yang baru tersebut melalui stimulasi guru. 58 2.1.8.4 Langkah-Langkah Model Discovery Learning Syah 2014: 243 menjabarkan prosedur yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran dengan model Discovery Learning, sebagai berikut: 2.1.8.4.1 Stimulation stimulasipemberian rangsangan Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri, misalnya: pengajuan masalah, anjuran membaca buku, dan aktivitas lain yang mengarah pada pemecahan masalah. Stimulasi ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan kompetensi siswa dalam mengeksplorasi bahan. 2.1.8.4.2 Problem Statement pernyataanidentifikasi masalah Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan materi, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis. 2.1.8.4.3 Data Collection pengumpulan data Saat kegiatan eksplorasi berlangsung, siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis melalui berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba, dan sebagainya. 2.1.8.4.4 Data Processing pengolahan data Kegiatan mengolah data dan informasi diperoleh siswa untuk selanjutnya ditafsirkan dengan cara tertentu. Pada tahap ini berfungsi sebagai pembentukan 59 konsep atau generalisasi. Dari generalisasi tersebut, siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. 2.1.8.4.5 Verification pembuktian Siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. 2.1.8.4.6 Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. 2.1.8.5 Kelebihan Model Discovery Learning Hosnan 2014: 287-288 mengungkapkan beberapa kelebihan penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran, yaitu: 1 membantu siswa meningkatkan keterampilan dan proses kognitif; 2 meningkatkan kemampuan pemecahan masalah problem solving; 3 memungkinkan siswa berkembang cepat dan sesuai kecepatan sendiri; 4 membantu siswa memperkuat konsep dirinya; 5 berpusat pada siswa, guru dan siswa aktif mengeluarkan gagasan; 6 siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; 7 mengembangkan ingatan dan transfer pada proses belajar yang baru; 8 mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; 60 9 mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis; 10 memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; 11 situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; 12 menimbulkan rasa senang pada siswa; 13 proses belajar meliputi siswa menuju pembentukan manusia seutuhnya; 14 mendorong keterlibatan keaktifan siswa; 15 dapat meningkatkan motivasi; 16 dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu; dan 17 melatih siswa belajar mandiri.

2.1.9 Media Audiovisual

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT BERBANTUAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS VB SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

1 12 354

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 8 306

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI NGALIYAN 01 SEMARANG

1 5 372

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS VB SDN GISIKDRONO 03 SEMARANG

1 20 211

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL LEARNING CYCLE BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 1 KOTA SEMARANG

0 9 447

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

0 14 264

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN KEMBANGARUM 01 KOTA SEMARANG

0 5 224

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 17 287

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 04 KOTA SEMARANG

0 5 308