4. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah satu strategi belajar yang memiliki cadar CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar yang menggunaka
pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. 5. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah dan simulation
artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. 6. Metode Demontrasi
Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan uraian diatas jenis-jenis metode mengajar antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode
simulasi, dan metode demontrasi.
2.2.6 Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Matematika
Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika adalah bagaimana cara siswa untuk mengolah inforamasi sensori mengenai aktivitas guru
dalam mengorganisasi sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar matematika secara efektif dengan menggunakan suatu
rencana atau pola pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa sangatlah penting dalam
proses belajar karena dapat menarik dan meyakinkan siswa untuk rajin belajar
matematika. Melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pengertian dan bantuan apabila siswa mempunyai kesulitan dalam belajar. Guru mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelas. Kartono, 1985 :20-24.
Suasana kelas yang tegang akibat sikap dan tindakan guru yang otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti siswa akan berlainan pengaruhnya terhadap
para siswa dibandingkan dengan suasana dimana guru dapat menciptakan iklim belajar-mengajar yang hangat, demokratis, dan mengerti serta menghargai
pendapat para siswanya. Sikap saling menghargai tidak mungkin tumbuh pada siswa-siswa bila guru sendiri tidak dapat menunjukan sikap menghargai terhadap
para siswanya. Pandangan siswa terhadap guru yang efektif berbeda-beda karena adanya
perbedaan tingkat perkembangan mental dan emosional. Guru yang baik di tandai oleh ciri-ciri memiliki kewaspadaan profesional, meyakini nilai atau manfaat
pekerjaannya, tidak lekas tersinggung oleh adanya larangan kebebasan pribadi, memiliki seni hubungan manusiawi, berkeinginan terus tumbuh dan berkembang.
Sedangkan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat apabila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa dan sebaliknya
apabila sebagian besar siswa tidak mencapai tujuan dari pembelajaran berarti hasil pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikarenakan mata pelajaran matematika
dianggap sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang sukar dan memerlukan konsentrasi tinggi. Selain itu masih adanya sistem belajar yang menyamaratakan
kemampuan siswa mengakibatkan sebagian siswa belum menguasai materi dasar dan sudah ditambah materi lain yang diberikan oleh guru matematika.
Metode mengajar dapat dikatakan efektif apabila terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa di kelas misalnya siswa dapat memahami secara jelas
apa yang telah disampaikan oleh guru selama mengajar di kelas, metode mengajar yang efektif juga dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di
kelas seperti adanya kemauan untuk bertanya kepada guru ketika mempunyai masalah belajar. Metode mengajar yang terjalin secara efektif antara guru dan
siswa di kelas dapat di lihat dari beberapa jenis-jenis metode mengajar yaitu metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, dan metode
demontrasi yang ada pada saat mengajar di kelas. Guru diharapkan dapat menciptakan suatu bentuk metode mengajar yang
sangat menyenangkan di kelas. Maka proses belajar akan berjalan dengan lancar sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Pada kenyataan
sekarang ini guru matematika masih memberikan kesan yang membosankan. Guru di kelas cuek terhadap siswa, guru di kelas hanya menyampaikan materi pelajaran,
dan memberikan tugas kepada siswa, tanpa menjalin hubungan yang dekat dengan siswa di kelas. Siswa mengungkapkan guru dalam mengajar sering diam yang
menyebabkan siswa malas untuk mengikuti pelajaran. Kedekatan guru dan siswa di kelas sangat mendukung kelancaran kegiatan
belajar. Guru sebagai seorang komunikator bagi siswa yang mencapai tujuan belajar, siswa sebagai subjek didik yang dijadikan ukuran dari proses kegiatan
belajar. Kunci keberhasilan belajar di sekolah terletak pada cara mengajar guru yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi positif pada siswa. Persepsi
positif terhadap cara mengajar guru dan siswa di kelas diwujudkan melalui adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa di kelas.
2.3
Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Minat Belajar Matematika
Djamarah 2010:32 menyatakan bahwa guru memiliki peranan penting dalam proses interaksi edukatif khususnya pelajaran matematika, metode
mengajar guru akan menentukan respon siswa didik terhadap pelajaran yang diajarkan. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Djamarah 2010:40 menyatakan bahwa kepribadian guru adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam
pandangan siswa didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi dari seorang guru, masalah
kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melakssiswaan tugas sebagai peserta didik. Kepribadian dapat menetukan apakah
guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataupun akan akan menjadi perusak bagi hari depan siswa didik, terutama bagi siswa didik yang masih kecil
tingkat Sekolah Dasar.
Hamalik 2012:35 menyatakan bahwa para siswa menyerap sikap-sikap gurunya,
merefleksikan perasaan-perasaannya,
menyerap keyakinan-
keyakinannya, meniru tingkah lakunya, dan mengutip pertanyaan-pertanyaannya. Pengalaman menunjukan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin,
tingkah laku sosial, prestasi dan minat belajar yang terus menerus itu bersumber pada kepribadian guru.
Kartono 1985:18 kegiatan belajar di kelas dipengaruhi oleh pribadi guru dimana guru bertugas untuk memberikan pengajaran, pendidikan dan
bimbingan, murid akan terdorong untuk belajar. Namun jika mempunyai guru yang mempunyai rasa ingin tahu, bersikap terbuka, sanggup mengadakan
pembaharuan antusias, dan mempercayai siswa didiknya. Ada dua macam sikap guru didalam kelas yang dapat mempengaruhi siswa yaitu sikap guru didalam
kelas yang dapat berkembang dan mengaktualisisr diri. Sebaliknya ada guru yang bersikap ingin beristirahat mencari yang mudah, mengeluarkan tenaga sedikit
mungkin. Guru yang mempunyai sikap yang pertama, sifatnya penuh inisiatif, senang mengadakan eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan mutu kerjanya.
Sedangkan sikap guru yang kedua selalu cenderung mencari yang gampang biasanya guru lari pada alat pendidikan konvensioanal yaitu hukuman, ancaman,
hadiah dan mempergunakan nilai sebagi alat untuk mendorong, menakan, atau juga membuat siswa selalu menurut.
Kartono 1985:21 guru sebagai seoarang pembimbing memiliki kemampuan untuk memahami berkomunikasi, menolong, mendorong dan
merangsang siswa didiknya. Guru beruhasa untuk menciptakan komunikasi yang
baik dengan siswa dalam menghadap dan mengatasi masalah dan tantangan hidupnya. Memperhatikan siswa secara individual berusaha untuk menolong
penyelesaian masalah secara individual. Beradasarkan uraian diatas maka dapat memunculkan berbagai macam
persepsi pada diri siswa terhadap cara mengajar guru di kelas. Setiap siswa dapat mempunyai persepsi yang bermacam-macam, ini dipengaruhi oleh sifat
karakteristik yang ada pada siswa yang tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lain. Persepsi yang muncul pada siswa bermacam-macam yaitu ada siswa
yang mempersepsikan positif terhadap metode mengajar guru di kelas dan siswa pada saat di kelas dan ada juga siswa yang mempersepsikan negatif terhadap
metode mengajar guru terhadap siswa di kelas. Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru di kelas meliputi persepsi
terhadap keterbukaan guru pada saat mengajar di kelas, keterbukaan guru terhadap pendapat-pendapat yang datang dari siswa, guru tidak memandang remeh
pendapat yang datang dari siswa selalu mempertimbangkan saran-saran dari siswa pada saat mengajar di kelas. Empati guru dengan siswa pada saat guru mengajar
di kelas, guru dapat merasakan keadaan yang sedang dialami oleh siswa di kelas, mengetahui apakah siswa sedang malas, atau tidak bersemangat pada pelajaran.
Guru yang mempunyai empati yang kuat terhadap siswa, maka guru akan dapat mencari cara bagaimana agar siswa tidak bosan pada saat pelajaran di kelas,
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kartono 1985:23 guru hendaknya berusaha selalu memiliki dan
menciptakan suasana kejiwaan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga suasana
tidak kaku, statis dan beku, melainkan di dalamnya siswa justru terdorong untuk tumbuh dan berkembang sehingga terciptanya kondisi belajar
yang menyenangkan.
Persepsi positf terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mendorong siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas,
siswa akan semakin menarik pada pelajaran dan selalu berusaha untuk selalu mengerjakan setiap tugas yang diberikan, tidak pantang menyerah apabila
menghadapi kesulitan serta mau bertanya kepada guru apabila tidak mengerti dalam pelajaran. Selanjutnya akan mendorong siswa untuk selalu mempunyai
keinginan dan ketertarikan untuk mempelajari dan menguasai materi yang belum diajarkan oleh guru.
Persepsi negatif siswa terhadap metode mengajar guru di kelas akan semakin mendorong siswa untuk menjauhi pelajaran matematika di kelas. Siswa
semakin malas untuk memperhatikan pelajaran, tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan guru, serta membuat siswa untuk malas memperhatikan pelajaran,
tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, serta membuat siswa malas memperhatikan pelajaran dan akhirnya siswa memperoleh nilai-nilai yang
tidak memuaskan pada saat ujian matematika. Perasaan tidak senang siswa terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mempengaruhi siswa saat harus
memusatkan konsentrasi atau perhatian pada pelajaran matematika yang diajarkan guru di kelas.
2.4
Kerangka Berfikir
Minat siswa yang meningkat menyebabkan tingginya persepsi pada siswa SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Ketika Minat siswa mengalami penurunan maka
persepsi siswa akan merendah. Berikut akan dijelaskan mengenai alur berpikir mengenai hubungan antara Minat Belajar Siswa terhadap Persepsi siswa dalam
sebuah kerangka berfikir.
Gambar 2.1. Model Kerangka Berfikir Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa
Minat belajar matematika dipengaruhi ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Di dalam minat belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal
Minat Belajar Matematika
Internal Eksternal
Fisik Psikologi
- Kesehatan - Cacat tubuh
- Intelegensi
- Perhatian
- Minat
- Bakat
- Motivasi
- Kematangan
- Kesiapan
- Keluarga
- Sekolah
- Masyarakat
Persepsi siswa terhadap metode mengajar matematika
itu sendiri dapat disebabkan oleh fisik dan cacat tubuh. Sedangkan yang dipengaruhi oleh faktor internal yang lain ada psikologis yaitu intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kematangan. Minat belajar matematika yang kedua dipengaruhi oleh faktor eksternal. Yang meliputi faktor
eksternal antara lain ada pihak dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari dua faktor di atas yang mempengaruhi minat belajar dari segi
internal yaitu ada fisik dan psikologis, sehingga dari segi tersebut tidak mendukung maka juga akan mempengaruhi hasil persepsi siswa terhadap metode
mengajar. Begitu juga dari segi eksternal yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat jika hal tersebut tidak mendukung akan mempengaruhi persepsi siswa
terhadap metode mengajar matematika.
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian, patokan duga, yang kebenarannya dapat dibuktikan dalam penelitian tersebut Azwar
2003:49. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah.
Berdasarkan dasar teori yang dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada korelasi positif antara persepsi terhadap metode mengajar
guru matematika dengan minat belajar matematika, artinya semakin baik persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika maka makin tinggi minat
belajar matematika dan semakin buruk persepsi terhadap metode mengajar guru matematika maka semakin rendah minat untuk belajar matematika.