HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 KERYATASA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012 2013

(1)

i

METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN

MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS

V SD NEGERI 03 KERYATASA BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh Inung Widoretno

1550407008

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

“Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,10 September 2013

Inung Widoretno 1550407008


(3)

(4)

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

MOTTO

1. Jangan suka mengeluh tentang berbagai macam kekurangan pada diri sendiri, karena dibalik kekurangan itu tersembunyi sesuatu kelebihan.

2. Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan. Tapi aku percaya Tuhan telah merencanakan semuanya jauh lebih indah dari apa yang aku pikirkan.

PERUNTUKAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ibu, bapak, adik dan suami tercinta

Teman-teman Psikologi angkatan 2007 Almamater: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang


(5)

v

Alhamdulillahirrabil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan karunia yang telah diberikan selama menjalani proses

pembuatan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013” sampai dengan selesai.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Edy Purwanto, M. Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sugeng Hariyadi, S. Psi., M. S. Penguji Utama yang telah memberikan saran dan berbagai ilmu sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Dra. Tri Esti Budiningsih, M. A. Dosen Pembimbing I dengan sabar memberikan bimbingan untuk terselesaikannya skripsi ini.

5. Rahmawati P, S. Psi., M. Si. Dosen Pembimbing II yang sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

vi

6. Ibu Lusiyah dan Bapak Sukar Chamdi yang selalu memberikan doa, nasihat, cinta, kasih sayang, dan semangat yang tidak pernah putus kepada penulis. 7. Hayi Aji Rahmatillah, satu-satunya adik tersayang yang selalu memberikan

canda tawa dan semangat.

8. Wisnu Ajat Sudrajat, suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua dosen Psikologi FIP UNNES, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Psikologi FIP UNNES.

10. Seluruh guru dan siswa SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara, yang telah membantu penelitian ini.

11. Teman-teman Psikologi angkatan 2007 pada umumnya terimakasih atas kebersamaan yang terjalin selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat Allah, SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat.


(7)

vii

V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Tri Esti Budiningsih, M. A. dan Pembimbing II Rahmawati P, S. Psi., M. Si.

Kata kunci: persepsi, minat siswa.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari fenomena mengenai rendahnya minat belajar matematika di SDN 03 Kertayasa Banjarnegara masih banyak murid yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata dan kurangnya pemahaman terhadap pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan. Hal tersebut diperkirakan karena persepsi yang dimiliki siswa adalah minat yang kurang baik atau negatif. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengetahui hubungan antara persepsi dengan minat siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Subjek pada penelitian ini berjumlah 53 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Persepsi siswa diukur dengan skala persepsi siswa. Skala minat siswa mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,881. Skala persepsi siswa terdiri dari 28 item yang valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,301 sampai dengan 0,706. Sedangkan minat siswa diukur dengan skala minat. Skala minat mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,858. Skala minat terdiri dari 25 item yang valid dengan rentang koefisien validitas dari 0,395 sampai dengan 0,634. Uji korelasi menggunakan teknik korelasi product moment yang dikerjakan menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan variabel persepsi siswa tergolong dalam kriteria tinggi. Demikian juga dengan variabel minat tergolong dalam kriteria tinggi. Persepsi yang baik menciptakan minat yang baik juga. Dalam persepsi, minat merupakan bentuk dari persepsi yang berkaitan dengan aspek pengharapan. Lebih tepatnya pada indikator kemauan siswa terhadap jenis penggunaan metode mengajar guru. Persepsi yang positif cenderung membuat siswa memiliki minat belajar yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi dengan minat siswa. Korelasi antara persepsi dengan minat siswa diperoleh koefisien r = 0,768 dengan signifikansi atau p = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi dengan minat siswa pada kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara.


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERNGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kontribusi Penelitian ... 12

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Minat Siswa ... 14

2.1.1 Pengertian Minat ... 14

2.1.2 Pengertian Belajar ... 15


(9)

ix

2.1.7 Minat Belajar Matematika ... 26

2.2 Persepsi ... 27

2.2.1 Pengertian Persepsi ... 27

2.2.2 Aspek-aspek Persepsi ... 28

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 30

2.2.4 Proses-proses Persepsi ... 32

2.2.5 Metode Mengajar ... 34

2.2.5.1 Pengertian Metode Mengajar ... 34

2.2.5.2 Jenis-jenis Metode Mengajar ... 35

2.2.6 Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara... 36

2.3 Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 39

2.4 Kerangka Berfikir ... 43

2.5 Hipotesis ... 45

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 46

3.2 Variabel Penelitian ... 47


(10)

x

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.2.3 Hubungan Antar Variabel ... 48

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.3.1 Populasi ... 49

3.3.2 Sampel ... 49

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 55

3.5.1 Validitas ... 55

3.5.1.1 Hasil Validitas ... 56

3.5.1.2 Hasil Validitas Skala Minat Siswa ... 56

3.5.2 Reliabilitas ... 59

3.6 Metode Analisis Data ... 60

BAB 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Persiapan Penelitian ... 62

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ... 62

4.1.2 Proses Perijinan ... 64

4.2 Penyusunan Instrumen ... 65

4.2.1 Penyusunan Instrument Penelitian ... 65

4.2.2 Menentukan Karakteristik Jawaban yang dikehendaki ... 66

4.2.3 Menyusun Format Instrument ... 66

4.3 Pelaksanaan Penelitian ... 68


(11)

xi

4.4.1.1 Uji Normalitas ... 69

4.5 Analisis Deskriptif ... 70

4.5.1 Gambaran Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 70

4.5.1.1 Gambaran Umum Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 70

4.5.1.2 Gambaran Spesifik Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 73

4.5.1.2.1 Aspek Perhatian ... 73

4.5.1.2.2 Aspek Ketertarikan ... 75

4.5.1.2.3 Aspek Keinginan ... 77

4.5.1.2.4 Aspek Keyakinan ... 78

4.5.2 Gambaran Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 82

4.5.2.1 Gambaran Umum Persepsi Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 82

4.5.2.2 Gambaran Spesifik Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 84

4.5.2.2.1 Aspek Pengetahuan ... 85

4.5.2.2.2 Aspek Pengharapan ... 86

4.5.2.2.3 Aspek Evaluasi ... 88

4.6 Pembahasan ... 92 4.6.1 Pembahasan Hasil Analisis Hubungan antara Persepsi Siswa


(12)

xii

Banjarnegara ... 92

4.6.2 Minat Siswa pada Kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara ... 95

4.6.3 Persepsi Siswa pada Kelas V di SD Negeri Kertayasa Banjarnegara 99 4.7 Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 102

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(13)

xiii

3.1 : Susunan Penskoran Item Skala Minat ... 52

3.2 : Blue Print Skala Minat ... 53

3.3 : Susunan Penskoran Item Skala Persepsi ... 54

3.4 : Blue Print Skala Persepsi ... 54

3.5 : Hasil Skala Minat ... 57

3.6 : Hasil Skala Persepsi ... 58

3.7 : Interpretasi Reliabilitas ... 60

4.1 : Alternatif Jawaban dan Skoring Skala Minat ... 66

4.2 : Alternatif Jawaban dan Skoring Skala Persepsi ... 66

4.3 : Hasil Uji Hipotesis ... 69

4.4 : Penggolongan Kriteria Analisis Minat Berdasar Mean Hipotetik ... 71

4.5 : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden ... 72

4.6 : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Perhatian ... 74

4.7 : Distribusi Frekuensi Minat Siswa Responden Ditinjau dari Aspek Ketertarikan... 76

4.8 : Distribusi Frekuensi Minat Responden Ditinjau dari Aspek Keinginan ... 77

4.9 : Distribusi Frekuensi Minat Responden Ditinjau dari Aspek Keyakinan ... 79

4.10 : Ringkasan Analisis Minat Tiap Aspek ... 80


(14)

xiv

4.12 : Penggolongan Kriteria Analisis Persepsi Berdasar Mean

Hipotetik ... 82 4.13 : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden ... 84 4.14 : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau

dari Aspek Pengetahuan ... 86 4.15 : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden ditinjau dari

Aspek Pengharapan ... 87 4.16 : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Responden Ditinjau dari

Aspek Evaluasi ... 89 4.17 : Ringkasan Analisis Persepsi Siswa Tiap Aspek ...90 4.18 : Perbandingan Mean Teoritik dan Mean Empirik Persepsi Siswa


(15)

xv

2.1 : Kerangka Berpikir ... ... 43

3.1 : Hubungan Antar Variabel ... 49

4.1 : Diagram Gambaran Umun Minat Siswa ... 72

4.2 : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Perhatian ... 74

4.3 : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Ketertarikan ... 76

4.4 : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Keinginan ... 78

4.5 : Diagram Minat Siswa Ditinjau dari Aspek Keyakinan ... 80

4.6 : Analisis Minat Siswa Tiap Aspek ... 81

4.7 : Diagram Gambaran Umum Persepsi Siswa ... 84

4.8 : Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Pengetahuan ... 86

4.9 : Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Pengharapan ... 88

4.10: Diagram Persepsi Ditinjau dari Aspek Evaluasi ... 90


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 : Instrumen Penelitian ... 107

2 : Tabulasi Data Skor Penelitian ... 117

3 : Tabulasi Data Penelitian Per Aspek ... 138

4 : Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 157

5 : Hasil Uji Asumsi ... 201


(17)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Dalam lembaga pendidikan sekolah merupakan lembaga yang diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperoleh, meningkatkan dan mempertahankan kemampuan setiap individu serta mendapatkan keterampilan, pengetahuan dan nilai budaya. Sekolah sebagai wadah dalam mewujudkan seluruh kemampuan siswa dan lingkungannya, sehingga dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa. Sekolah mempunyai peranan penting dalam pengembangan setiap kemampuan siswa, serta meningkatkan minat belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan semaksimal mungkin.

Proses belajar disekolah berjalan dengan lancar apabila didukung dengan adanya minat belajar pada siswa. Minat belajar merupakan suatu kekuatan yang bersifat intrinsik mampu menarik perhatian seseorang. Menurut Slameto, (2010:180) minat adalah perasaan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhinya. Minat belajar siswa ditunjukan melalui pengamatan terhadap suatu objek tersebut. Menurut Hurlock, (1990:114) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melalukan apa yang mereka inginkan, maksudnya minat yang ada mendorong siswa untuk melalukan kegiatan yang berhubungan dengan minat yang ada dalam diri siswa tersebut.


(18)

2

Proses pembelajarannya yang dilakukan oleh guru matematika di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah kurangnya strategi yang digunakan oleh matematika, termasuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan topik yang diajarkan. Menurut Slameto (2003:60), faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah faktor keluarga, sekolah, metode mengajar, kurikulum, kebudayaan, alat pelajaran.

Minat siswa dalam proses belajar dapat ditujukan dengan adanya suatu ketertarikan untuk belajar secara sungguh-sungguh, kemauan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar, keaktifan siswa dikelas dapat kita lihat melalui kemampuannya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam belajar, rasa ingin tahu yang besar dalam belajar. Selain itu juga adanya keinginan untuk dapat menguasai setiap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas. Dengan munculnya beberapa sikap siswa seperti diatas dalam proses belajar di kelas, maka dapat diketahui bahwa siswa mempunyai suatu rasa ketertarikan yang lebih terhadap mata pelajaran yang diajarkan di kelas.

Matematika adalah suatu kurikulum pendidikan yang diajarkan dalam kegiatan belajar di sekolah. Sudah sejak lama matematika diajarkan di sekolah-sekolah mulai di tingkat sekolah-sekolah yang paling rendah yaitu TK, SD, SMP, SMA


(19)

serta pada tingkat perguruan tinggi. Meskipun pelajaran matematika sudah diajarkan mulai jenjang pendidikan yang paling dasar, kebanyakan siswa merasakan kesulitan dalam belajar matematika sehingga mengakibatkan kebanyakan siswa merasa malas untuk belajar matematika.

Pada kenyataan saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Nilai matematika dalam Ujian Nasional (UN) tidak boleh kurang dari standart yaitu 4,50. Meraih nilai minimal 3,25 dari matematika bukanlah perkara mudah. Masih banyak siswa cemas dan takut saat akan menghadapi ujian matematika, siswa merasa takut apabila tidak dapat mengerjakan soal ujian dengan baik sehingga mengakibatkan siswa tidak dapat percaya diri.

Matematika masih dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa SD. Apabila jika guru dalam mengajar kurang bisa membangkitkan minat siswa untuk tertarik belajar matematika, dengan demikian mengakibatkan motivasi siswa mempelajari matematika semakin rendah. Oleh karena itu diharapkan guru matematika lebih dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Menjalin hubungan komunikasi yang dekat dengan siswa agar siswa merasa dekat dan tidak ada jarak antara guru dan siswa yang menyebabkan siswa merasa takut dan tidak berminat mempelajari matematika. (http://www.pikiranrakyat.com/forumguru.html)

Prestasi siswa yang rendah dalam pelajaran matematika sebagai bukti bahwa siswa tidak berminat dalam pelajaran matematika ini menyebabkan


(20)

4

pembelajaran matematika di sekolah tersebut selama ini masih belum dapat merangsang siswa supaya aktif dalam pembelajaran matematika. Bahkan ada siswa yang yang takut ketika pelajaran matematika karena merasa tidak bisa. Ada juga yang menjadi malas karena hanya disuruh mengerjakan tugas dan menghitung. Kondisi belajar seperti ini membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu kurangnya dukungan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang menyebabkan siswa untuk malas belajar.

Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa sangatlah penting dalam proses belajar karena dapat menarik dan meyakinkan siswa untuk rajin belajar matematika. Melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pengertian dan bantuan apabila siswa mempunyai kesulitan dalam belajar. Guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelas. Kartono, (1985 :20-24).

Guru hendaknya dapat menciptakan suatu bentuk komunikasi yang sangat menyenangkan di kelas. Maka proses belajar akan berjalan dengan lancar sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Pada kenyataan sekarang ini guru matematika masih memberikan kesan yang membosankan. Guru di kelas cuek terhadap siswa, guru di kelas hanya menyampaikan materi pelajaran, dan memberikan tugas kepada siswa, tanpa menjalin hubungan yang dekat dengan siswa di kelas. Siswa mengungkapkan guru dalam mengajar sering diam yang menyebabkan siswa malas untuk mengikuti pelajaran.


(21)

Kedekatan guru dan siswa di kelas sangat mendukung kelancaran kegiatan belajar. Guru sebagai seorang komunikator bagi siswa yang mencapai tujuan belajar, siswa sebagai subjek didik yang dijadikan ukuran dari proses kegiatan belajar. Kunci keberhasilan belajar di sekolah terlrtak pada cara mengajar guru yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi positif pada siswa. Persepsi positif terhadap cara mengajar guru dan siswa di kelas diwujudkan melalui adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa di kelas.

Slameto (2003:180) minat belajar matematika adalah suatu rasa suka, ketertarikan, dan suatu kecenderungan untuk mempelajari matematika yang berasal dari dalam diri siswa tanpa adanya suatu tekanan dan paksaan dari luar diri siswa. Rendahnya minat belajar matematika di SDN 03 Kertayasa Banjarnegara masih banyak murid yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata dan kurangnya pemahaman terhadap pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar tersebut diduga akibat motivasi, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah sehingga terlihat banyak siswa kurang siap dalam menerima materi pelajaran setiap pertemuan. Akibat dari rendahnya minat belajar matematika menjadikan anak tertinggal materi pelajaran selanjutnya, rendahnya nilai hasil akhir ujian matematika, dapat juga tidak naik kelas bahkan sampai terancam tidak lulus Ujian Nasional. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pestasi belajar matematika murid SDN 03 Kertayasa Banjarnegara, baik yang berasal dari dalam diri murid misalnya, motivasi belajar, minat belajar, sikap terhadap matematika. Sedangkan faktor yang berasal dari luar misalnya kemampuan guru dalam mengola proses belajar, sarana belajar, dan lingkungan pendukung.


(22)

6

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 12 Oktober 2012 dengan Tuti Wahyuningsih dan Teguh Budi Astuti guru matematika di SD N 03 Kertayasa diketahui bahwa minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika saat ini memang rendah, dalam satu kelas yang berisi 54 siswa dan bisa di hitung siswa yang bisa memahami apa yang sudah disampaikan oleh guru selama pelajaran. Namun masih banyak siswa yang masih kurang mengerti akan penyampaian guru terhadap pelajaran matematika di kelas. Banyak inovasi yang harus dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar matematika, terutama untuk siswa yang hendak menghadapi ujian. Guru tersebut juga menjelaskan bahwa banyak cara atau metode yang sudah diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, misalnya dengan menambah jam pelajaran pada tiap minggunya selama 6 jam perminggunya, namun hal ini justu menimbulkan kebosanan siwa terhadap pelajaran matematika.

Peneliti juga mengadakan wawancara dengan 5 siswa kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. Rata-rata mereka kurang menyukai pelajaran matematika, padahal siswa harus menghadapi mata pelajaran ini selama 6 jam tiap minggunya. Siswa-siswa menyebutkan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan harus didukung kemauan yang kuat serta tenaga pengajar yang bisa menjelaskan dengan baik sehingga mereka dapat memahami dengan mudah. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat dalam menerima pelajaran ini dan banyak pula pandangan siswa yang negative terhadap matematika disebabkan karena ketidakmampuan guru dalam menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan harapan para siswa.


(23)

Siswa tidak suka terhadap mata pelajaran matematika karena guru kurang jelas dalam mengajar. Pada saat guru mengajar di kelas sering duduk, sehingga siswa kurang paham apa yang diajarkan oleh guru. Sehingga membuat siswa malas dan mengantuk pada saat pelajara. Selain itu siswa menilai guru matematika pada waktu mengajar dalam memberikan materi sering di bolak balik atau tidak runtun yang membuat siswa semakin bingung pada materi yang diajarkan, karena tidak didukung oleh guru pada saat mengajar, dimana guru tidak dapat menerangkan materi yang efektif dengan siswa di kelas. Sehingga saat ulangan nilai-nilai yang diperoleh siswa selain tidak memuaskan dan pada akhirnya mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk belajar matematika di sekolah.

Kebanyakan siswa tidak menguasai pelajaran matematika karena siswa menilai guru dalam mengajar kurang dapat dipahami oleh siswa. Pada saat siswa bertanya kepada guru, guru hanya menerangkan sedikit dan memberikan jawaban yang kurang dipahami oleh siswa. Sehingga siswa menilai guru kurang bisa mengajar dengan baik, karena setiap masuk ke kelas hanya menerangkan sebentar dan memberikan tugas yang harus dikerjakan seperti mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) tanpa menerangkan begitu cukup di mengerti oleh siswa. Guru dinilai siswa terlalu singkat dan cepat meninggalkan ruangan ketika siswa pada saat mengerjakan tugas di kelas.


(24)

8

Tabel 1.1

Daftar Nilai Semester dan Kenaikan Kelas Mata Pelajaran Matematika

No Nama Nilai Semester

Nilai Kenaikan Kelas

1 Aditya 4,75 5,4

2 Agung 4,25 5,1

3 Aji Z 7 6,8

4 Alifah 8,5 7,9

5 Alifia K 7,5 7,2

6 Aufa 9,75 9,3

7 Choirul A 6,5 6,6

8 Cahya A 8,75 8,1

9 Devina S 6 6,2

10 Dena N 9,5 8,6

11 Diana D 8 7,8

12 Dodi S 8 7,4

13 Eli W 4 5

14 Fareza A 8,5 7,9

15 Fina Z 6,75 6,7

16 Furkhon F 8 7,5

17 Hariyanto 4,75 5,4

18 Iis I 4,25 5,1

19 Ikada Z 6,5 6,7

20 Intan M 7,25 7

21 Jalil H 7,5 7,3

22 Julian S 7,25 7

23 Nadifah N 8 7,5

24 Nanda R 8 7,6

25 Ngafiatut D 9,75 8,7

26 Nidi N 9 8,4

27 Okta A 7,5 7,3

28 Pratama N 7,75 7,5

29 Puput N 9,25 8,6

30 Putri F 7,75 7,5

31 Putri M 8,75 8,1

32 Reni V 4,25 5,1

33 Rian S 6,75 6,7

34 Rodiatul J 9 8,4


(25)

36 Roma A 5,5 5,9

37 Septiani 5 5,6

38 Setio W 6,82 7,8

39 Sinta N 7 6,8

40 Sofiyan H 6,51 7,6

41 Sri H 9,5 8,7

42 Supriatin 7,5 7,2

43 Sahril S 6,75 6,9

44 Tofik F 8,75 7,9

45 Tohirotul A 7,5 7,4

46 Triyanisa 8 7,7

47 Tusmiyati 5,75 6,2

48 Untung S 6,5 6,4

49 Wahyu S 6,5 6,5

50 Wigit A 7,5 7,2

51 Yanti A 9,5 8,8

52 Yogi N 7,5 7

53 Yusuf A 6,75 6,7

Guru memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas siswa dalam belajar matematika dan guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, dan sekaligus merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga pelajaran tersebut menjadi efektif Slameto, (2003:97).

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efesien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses


(26)

10

pembelajarannya, juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman-temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Carmichael (2009:62) menyatakan bahwa siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang matematika, perasaan siswa terhadap matematika, dan persepsi siswa terhadap metode yang digunakan guru dalam mengajar matematika. Hastuti (2004:85) juga menyatakan dalam penelitiannya bahwa persepsi siswa terhadap metode mengajar guru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat belajar matematika. Persepsi positif terhadap cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi menjadikan siswa mempunyai ketertarikan untuk mengikuti pelajaran. (Astuti, dalam Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro).

Penelitian lain mengeksplorasi tentang hubungan antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika adalah ada hubungan positif antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika. (Fitri dalam Jurnal Psikologia, Vol.1, No.2, Desember 2005:76 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Dra. Intan Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang (2010/2011) menunjukan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa kepada guru matematika dan minat belajar matematika siswa. ( Intan, 2010/2011 ).


(27)

Berdasarkan pada fenomena yang ada di tempat penelitian bahwa siswa mewujudkan adanya minat belajar yang rendah terhadap matenatika. Selain itu juga dapat dilihat dari sikap siswa yang kurang memperhatikan pada saat pelajaran berlangsung, siswa mengobrol sendiri dengan temannya saat pelajaran berlangsung di kelas, hal tersebut menunjukan tanda melemahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa siswa kelas V di SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara siswa belum sepenuhnya minat dengan belajar matematika. Ini dapat dimungkinkan karena metode mengajar guru matematika yang kurang efektif. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan ini adalah: Apakah Ada Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara?


(28)

12

1.3

Tujuan

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk : Mengetahui Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara.

1.4

Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pengembangan psikologi khususnya Psikologi pendidikan dalam upaya peningkatan minat belajar siswa demi tercapainya tujuan belajar secara efektif dan efesien. 1.4.2 Manfaat praktis

1) Bagi Peneliti

Dapat menjadi salah satu rujukan dan bahan perbandingan apabila penelitian yang sama dilakukan diwaktu-waktu mendatang.

2) Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan persepsi positif terhadap metode mengajar di sekolah. Persepsi positif terhadap terhadap metode pembelajaran yang di berikan oleh guru diharapkan dapat semakin menumbuhkan minat belajar siswa, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar


(29)

dapat sesuai tujuan. Siswa juga diharapkan meningkatkan keinginan untuk belajar matematika dan aktif dalam kegiatan belajar.

3) Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar pihak sekolah dapat terus menerapkan metode mengajar yang baik dalam kegiatan belajar matematika, karena siswa memiliki respon positif dan memiliki minat belajar yang tinggi ketika metode mengajar guru yang baik diterapkan dalam kegiatan belajar. Guru dapat menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Pihak sekolah juga diharapkan dapat menerapkan kebijakan dalam meningkatkan kompetisi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar guru, misal dengan memberikan perhatian.

4) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk menumbuhkan motivasi dalam perbaikan pengajaran dan pengembangan minat belajar siswa, khususnya minat belajar matematika.


(30)

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

Landasan teori yang kuat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. Landasan teori merupakan dasar yang mendukung peneliti untuk menuju ke lapangan. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan akan mengarahkan alur berpikir pada proses penelitian, sehingga akan memunculkan hipotesis yang kemudian akan diuji dalam penelitian. Variabel yang akan dijelaskan dalam landasan teori pada penelitian ini adalah minat belajar dan persepsi siswa.

2.1.

Minat

2.1.1 Pengertian Minat

Minat merupakan aspek psikologis untuk menaruh suatu perhatian yang lebih ingin terhadap kegiatan tertentu dan menjadikan faktor pendorong untuk mencapai suatu tujuan. Tinggi rendahnya suatu perhatian dan dorongan psikologis setiap orang tidak sama, sehingga tinggi rendahnya minat terhadap suatu objek pada setiap orang berbeda pula.

Djaali (2012:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hubungan antara diri sendiri


(31)

dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Walgito (2002:90) menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan ketika seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikan lebih lanjut tentang situasi tersebut.

Menurut Hurlock (1996 : 114) minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang diinginkan apabila bebas memilih.

Berdasarkan beberapa pengertian minat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu kesediaan jiwa atau timbul keinginan untuk menerima dan atau melakssiswaan aktivitas. Demikian halnya apabila siswa sudah mempunyai minat terhadap suatu pelajaran Matematika ia suka dan sangat memperhatikan pelajaran tersebut, maka dari dalam dirinya timbul suatu kesediaan untuk belajar Matematika secara aktif.

2.1.2 Pengertian Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses untuk memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Dalam pengertian ini belajar mengandalkan 2 hal yaitu proses dan hasilnya (out come) atau manifestasi (eksternal). Proses diartikan sebagai sebagai perubahan internal dalam diri individu (ini tidak dapat diukur) dan sebetulnya perubahan internal inilah yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Sedangkan perbuatan belajar (performance) merupakan hasil belajar yang sudah dinyatakan dengan ukuran tertentu.


(32)

16

Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Purwanto (2011:85) belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.

Anni (2007:2) belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.

Suryabrata (2012:232) mendefinisikan bahwa belajar itu membawa perubahan, sedangkan perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Sobur (2003:234) belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan mengenai belajar yaitu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan sehingga terdapat perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap, nilai, yang bersifat konstan dan relatif menetap.


(33)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010:54), hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu individu iti sendiri. Individu ini dapat mempengaruhi hasil persepsi dari dua sumber yaitu, yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis.

a. Faktor Jasmaniah 1) Kesehatan

Sehat berarti dalam kedaan baik segenap dalam peserta bagian-bagiannya dari penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal yang sehat. Kesehatan pada diri seseorang akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Agar seseorang dapat belajar dengan nyaman dan baik maka harus mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

2) Cacat tubuh

Adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan ini juga akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

b. Faktor Psikologis 1) Intelegensi

Inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru


(34)

18

dengan cepat dan efektif, untuk mengetahui konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelgensi ini besar pegaruhnya dalam kemajuan PBM, dalam situasi yang sama, bila siswa mempunyai tingkat intelgensi yang tinggi maka akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2010:56) adalah keaktifan jiwa yang ditertinggi, jiwa pun akan tertuju pada semata-mata suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin dalam hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa, maka akan timbul suatu kebodohan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

3) Minat

Menurut Hilgrat rumusan tentang minat adalah “interest is persisting

tendency to pay attention to and enjoy same activity or content”, jadi minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Dengan demikian minat sangat besar pengaruhnya bagi persepsi siswa dalam PBM.

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: “the kapacity to learn”. Maka bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat sangat besar mempengaruhi persepsi siswa pada guru dalam PBM, karena bila pelajaran yang dipelajari siswa


(35)

sesuai dengan bakatnya. maka dalam hasil belajarnya akan baik karena sesuai dengan bakatnya.

5) Motivasi

Motivasi itu sangat erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau tidak. Akan tetapi dalam mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif, sebagai penggerak dan pendorong. Maka dalam belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa dalam belajarnya sehingga dapat belajar dengan baik.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Maka sebelum belajar dimulai harus mempunyai persiapan dulu, kalau sudah matang atau siap maka belajar akan lebih berhasil.

7) Kesiapan

Kesiapan atau readiness adalah kesiapan untuk memberi respons atau bereaksi. Maka dalam belajar harus mempunyai kesiapan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal atau lingkungan, ini dilatarbelakangi oleh stimulus yang akan berpengaruh dalam persepsi yaitu bisa yang jadi objek persepsi adalah manusia. Karena objek dan lingkungan yang melatar belakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit untuk dipisahkan faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:


(36)

20

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga ini merupakan hal yang penting bagi peserta didik, karena siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga adalah lingkunagan yang paling dekat dengan anak.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini yang mencakup dalam metode pemgajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, juga sarana dan prasarana dalam sekolah.

c. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat ini, merupakan faktor yang ekstern yang juga akan berpengaruh dalam belajar siswa, karena pengaruh itu terjadi dari keberadaannya siswa dalam masyarakat. Lingkungan masyarakat juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam mengajar. Lingkungan masyarakat yang baik akan memberi pengaruh positif sedangkan lingkungan yang kurang baik akan membawa pengaruh yang negatif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar ada faktor internal yaitu meliputi jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu meliputi keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.


(37)

2.1.4Aspek-aspek Minat

Aspek-aspek minat menurut Hurlock (1996:116) aspek-aspek minat seseorang yaitu :

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya, aspek kognitif dari minat siswa terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan tempat mereka akan mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa prasekolah.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif miinat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya. Sebagai contoh, siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang positif terhadap sekolah.

Aspek-aspek minat menurut Jefkins (1996 : 242-243 ) aspek-aspek minat seseorang yaitu :

1. Attention atau perhatian

Yaitu pemusatan pengamatan dari individu satu atau lebih pada objek yang menurut individu itu cukup menarik.


(38)

22

2. Interest atau ketertarikan

Yaitu adanya perhatian seseorang individu mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar, ketertarikan ini ditunjukan dengan usaha untuk berhubungan dan melakukan tindakan mendekati objek tersebut.

3. Desire atau keinginan

Yaitu suatu dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang objek tersebut.

4. Conviction atau keyakinan

Yaitu suatu aspek yang muncul setelah orang mempunyai informasi yang cukup terhadap suatu objek sehingga merasa tertarik. Keyakinan yang ada dalam diri siswa akan membuat siswa menjadi peminat dalam belajar matematika.

5. Dari beberapa aspek minat, peneliti mengambil kesimpulan tentang aspek-aspek minat belajar yaitu: attention atau perhatian, interest atau ketertarikan, desire atau keinginan, conviction atau keyakinan.

2.1.5 Ciri-ciri Minat

Menurut Hurlock (1996:139) yang mempengaruhi minat anak pada sekoalah yaitu sebagai berikut :

1. Pengalaman Dini Sekolah

Anak yang secara fisik dan intelektual telah siap untuk kelas satu mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sekolah dibandingkan anak yang belum siap untuk sekolah.


(39)

2. Pengaruh Orang Tua

Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru.

3. Sikap Saudara Kandung

Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama pada sikap anak terhadap sekolah seperti orang tua.

4. Sikap Teman Sebaya

Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan terhadap berbagai kegiatan sekolah sangat diarahkan oleh teman sebaya.

5. Penerimaan Oleh Kelompok Teman Sebaya

Hubungan yang baik dengan guru dan nilai yang bagus tidak dapat mengimbangi kurangnya penerimaan oleh teman sebaya.

6. Keberhasilan Akademik

Besarnya pengaruh keberhasilan akademik pada sikap anak terhadap sekolah akan bergantung pada besarnya nilai keberhasilan akademik dalam kelompok teman sebaya

7. Sikap terhadap Pekerjaan

Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak harus bahagia dan bebas, biasanya mengembangkan sikap negatif terhadap setiap kegiatan yang menyerupai pekerjaan.


(40)

24

8. Hubungan Guru dan Murid

Banyak atau sedikitnya minat anak terhadap sekolah dipengaruhi sikapnya terhadap guru.

9. Suasana Emosional Sekolah

Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang digunakan.

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat sebenarnya bersifat subyektif karena subyektif masing-masing orang dapat berbeda-beda minatnya. Perbedaan ini disebabkan oleh keunikan pada setiap orang. Minat erat sekali hubunganya dengan perasaan suka atau tudak suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau tidak senang.

Minat timbul bila ada perhatian, dengan kata lain minat merupakan sebab serta akibat dari perhatian. Sedangkan perhatian kepada sesuatu kegiatan sangat erat hubungannya dengan perasaan suka atau senang. Dalam kaitannya dengan belajar, seseorang mempunyai minat terhadap sesuatu yang dipelajari maka dia mempunyai sikap yang positif dan merasa senang terhadap hal tersebut. Sebaliknya perasaan tidak senang akan menghambat proses belajar.

Menurut Santoso (1998:11) faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa disekolah yaitu :

1. Motivasi dari guru

Motivasi dari guru pembimbing pelajaran akan sangat penting sekali karena akan sangat membangkitkan semangat siswa dalam belajar, guru harus meyakinkan kepada siswa bahwa pelajaran tersebut sebenarnya mudah.


(41)

2. Sikap terhadap guru

Sikap positif dan perasaan senang terhadap guru atau pelajaran akan membangkitkan dan mengembangkan minat siswa, sebaiknya sikap yang menjauhi, membenci guru dan memandang mata pelajaran terlalu sulit akan memperlemah minat belajar siswa.

3. Keluarga

Adanya perhatian, dukungan dan bimbingan dari orang tua atau saudara akan mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Jika orang tua tidak perhatian terhadap belajar dapat mengakibatkan siswa malas belajar dan minat belajar semakin menurun.

4. Cara guru dan fasilitas sekolah

Cara guru mengajar dan penguasaan bahan yang tidak baik dapat mengakibatkan siswa menjadi malas memperhatikan pelajaran dan menjadikan minat untuk belajar rendah. Demikian pula dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai dapat memperlemah minat belajar.

5. Teman pergaulan

Sesuai dengan masa perkembangan, siswa senang bergaul dan membuat kelompok yang diminati. Apakah teman sepergaulan mempunyai minat yang besar dalam belajar maka minat seorang anggota kelompok akan terpengaruh dan jika ada teman yang tidak berminat belajar maka anggota kelompok yang lain juga akan terpengaruh.


(42)

26

6. Media massa

Media massa (video, TV, radio) dapat mempengaruhi minat belajar siswa, jika siswa berminat menggunakan media tersebut untuk membantu proses belajar maka minat belajar dapat dikembangkan, sebaliknya jika media massa digunakan tanpa ada kaitannya dengan belajar maka dapat mengakibatkan menurunnya minat belajar.

Besar kecilnya minat dipengaruhi oleh beberapa faktor kebutuhan, rasa ingin tahu, motivasi dengan perasaan, kesan yang diterima Purwanto (2010:65). Minat dipengaruhi oleh faktor kebutuhan anak artinya kebutuhan akan sesuatu hal dapat mendorong siswa menjadi berminat terhadap sesuatu, seorang anak merasa butuh memiliki sesuatu maka akan menimbulkan minat pada anak.

2.1.7 Minat Belajar Matematika

Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya yang menyuruh. Dengan kata lain minat adalah penerimaan terhadap suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang berada diluar dirinya. Menurut Slameto (2003:2) belajar suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Minat belajar Matematika adalah suatu rasa suka, ketertarikan, dan suatu kecenderungan untuk mempelajari Matematika tanpa adanya paksaan dari dalam dan luar diri siswa.

Minat mempunyai peranan yang besar untuk mencapai suatu keberhasilan belajar siswa, dengan adanya minat belajar siswa akan semakin terdorong untuk


(43)

mempelajarinya. Kemauan untuk belajar lebih dalam dapat dilihat dari adanya kemauan siswa untuk mencari buku-buku referensi atau buku-buku tambahan, sehingga dapat menambah kemampuannya dalam belajar Matematika.

Minat siswa terhadap belajar Matematika dapat ditunjukan melalui sikap dan perbuatannya yaitu seperti memberikan perhatian yang penuh pada guru pada saat mengajar di kelas, mengikuti pelajaran dengan serius, serta mengerjakan segala tugas-tugas yang diberikan oleh guru, perasaan ingin tahu yang besar pada siswa dapat mendorong siswa untuk berusaha mengulang atau bertanya kepada guru apabila kurang paham terhadap materi pelajaran.

Minat belajar Matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal yaitu minat siswa muncul karena perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa atau pun yang ditimbulkan karena orang lain.

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Menurut Walgito (2003:53) persepsi adalah stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu.

Sobur (2003:445) persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Slameto (2003:102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.


(44)

28

Rakhmat (2011:50) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menimbulkan informasi dan penafsiran pesan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.

2.2.2 Aspek-aspek Persepsi

Menurut Calhoun (1990:285) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu apa yang kita ketahui (atau kitang anggap tahu) tentang pribadi orang lain dari wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya.

2. Pengharapan

Pengharapan yaitu gagasan atau harapan kita terhadap seseorang dan kemauan kita ingin menjadi apa orang tersebut.

3. Evaluasi

Evaluasi yaitu kesimpulan yang telah kita peroleh tentang seseorang yang menjadi objek persepsi kita, yang kita dasarkan pada bagaimana seseorang apakah sudah sesuai dengan pengharapan yang ada dalam diri kita.


(45)

Menurut Suharnan (2005:24) mengungkapkan aspek-aspek persepsi, yaitu:

1. Pencatatan Indera (Sensory Register)

Pencatatan indera disebut juga dengan ingatan sensori atau penyimpanan sensori. Pencatatan indera menangkap informasi dalam bentuk yag masih kasar, belum diproses sama sekali, dan masih dalam prakategorik untuk waktu yang sangat pendek sesudah stimulus fisik dihadirkan (diterima). Pencatatan indera merupakan system ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman (record) mengeni informasi yang diterima oleh sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan system yang terdapat pada alat indera organ tubuh tertentu yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kkulit tubuh yang merespon energi fisik dari lingkungan.

2. Pengenalan Pola

Ingatan indera menyimpan informasi yang diterima melalui system indera dalam bentuk masih kasar, dan belum diproses sama sekali. Semntara itu proses pengenalan pola merupakan tahap lanjutan setelah pencatatan indera. Pengenlan pola merupakan proses transformasi dan mengorganisasikan informasi yang masih kasar itu, sehingga memiliki makna atau arti tertentu. Dengan demikian, pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses membandingkan stiulus indera dengan informasi yang disimpan di dalam ingatan jangka panjang.\


(46)

30

3. Perhatian

Perhatian (Attention) adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Proses perhatian melibatkan pemusatan pikiran pada tugas tertentu, sambil berusaha mengabaikan stimulus lain yang mengganggu, misalnya ketika seseorang sedang mengikuti ujian. Perhatian juga menunjuk pada proses pengamatan beberapa pesan sekaligus, kemudian mengabaikannya kecuali hanya satu pesan (Matlin, 1989). Dengan kata lain, perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa obyek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu obyek, sementara obyek-obyek yang lain diabaikan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa aspek-aspek persepsi adalah pengetahuan, pengharapan dan evaluasi.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Krech dan Cructchfield (dalam Sobur, 2003:460) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Faktor Fungsional

Yaitu faktor yang dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati, dan pengalaman masa lalu seseorang individu).

2. Faktor Sruktural

Yaitu faktor yang timbul atau dihasilkan dari struktur bentuk stimulus dan efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.


(47)

3. Faktor Situasional

Yaitu faktor ini berkaitan dengan bahasa non verbal petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk para linguistik, dan beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.

4. Faktor Personal

Yaitu faktor yang terdiri dari pengalaman motivasi dan kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi antara individu yang satu dengan yang lain terlihat pada prinsip persepsi-persepsi dari Slameto (2003:103) dalam memahami prinsip-prinsip persepsi yaitu:

1. Persepsi itu relatif bukan absolut

Dasar pertama dari perubahan rangsang dirasakan lebih besar daripada rangsang yang datang kemudian. Keadaan ini tidak mutlak, mengingat faktor lain yang berperan, misalnya intensitas perhatian.

2. Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsang saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yangg pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.

3. Persepsi itu mempunyai tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika


(48)

32

rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demiikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan.

5. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama

Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dan siswa di kelas masing-masing berbeda, meskipun objek yang menjadi objek persepsi sama. Hal ini disebabkan karena setiap siswa dalam mengamati suatu objek dipengaruhi oleh faktor-faktor persepsi antara lain : faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, serta faktor personal.

2.2.4 Proses-proses Persepsi

Proses persepsi menurut Walgito (2002:90) adalah objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenal alat indera atau receptor, proses ini disebut proses fisik. Misalnya orang melihat baju berwarna merah maka stimulusnya adalah baju berwarna merah, sedangkan alat indera yang dikenai adalah mata karena orang tersebut menggunakan matanya untuk mengolah informasi.


(49)

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut proses fisiologis. Maksudnya adalah ketika seseorang telah menerima stimulus, maka stimulus tersebut akan diteruskan oleh susunan saraf menuju saraf pusat yaitu keotak, misalnya apabila seseorang telah melihat baju yang berwarna merah maka informasi mengenai stimulus tersebut akan sampai keotak.

Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus melalui alat indera. Proses ini disebut psikologis, misalnya informasi mengenai baju merah tadi akan disadari oleh individu setelah dia melihatnya.

Taraf terakhir dalam proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat. Ini menimbulkan respon sebagai akibat dari persepsi individu dengan berbagai macam bentuk, misalnya setelah individu menyadari stimulus berupa baju merah tadi, maka ia akan mendekati atau menyentuhnya.

Berdasarkan proses-proses persepsi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenal alat indera atau receptor, proses ini disebut proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, proses ini disebut proses fisiologis, kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, proses ini disebut proses psikologis.


(50)

34

2.2.5 Metode Mengajar

2.2.5.1 Pengertian Metode Mengajar

Moedjiono (2010:3) metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.

Moedjiono (2010:3) mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.

Menurut Sudrajat (dalam Akhmad Sudrajat. Files. Wordpress. Com/2007/06/model-pembelajaran) metode mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam set-ting pengajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode mengajar terhadap siswa adalah suatu proses komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar di kelas, yang ,meliputi suatu proses penyampaian informasi secara timbal balik dari guru kepada siswa dan begitu juga sebaliknya.


(51)

2.2.5.2 Jenis-jenis Metode Mengajar

Menurut Moedjiono (2010:13) menyatakan beberapa metode mengajar yaitu :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah sangat ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Namun kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.

2. Metode Tanya Jawab

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar serta membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

3. Metode Diskusi

Metode Diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, memberi kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.


(52)

36

4. Metode Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah satu strategi belajar yang memiliki cadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar yang menggunaka pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

5. Metode Simulasi

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).

6. Metode Demontrasi

Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan uraian diatas jenis-jenis metode mengajar antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode simulasi, dan metode demontrasi.

2.2.6 Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Matematika

Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika adalah bagaimana cara siswa untuk mengolah inforamasi sensori mengenai aktivitas guru dalam mengorganisasi sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar matematika secara efektif dengan menggunakan suatu rencana atau pola pembelajaran yang baik.

Komunikasi yang efektif antara guru dan siswa sangatlah penting dalam proses belajar karena dapat menarik dan meyakinkan siswa untuk rajin belajar


(53)

matematika. Melalui komunikasi yang efektif guru dapat memberikan pengertian dan bantuan apabila siswa mempunyai kesulitan dalam belajar. Guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat belajar siswa di kelas. Kartono, (1985 :20-24).

Suasana kelas yang tegang akibat sikap dan tindakan guru yang otoriter, suka mencela, dan tidak mau mengerti siswa akan berlainan pengaruhnya terhadap para siswa dibandingkan dengan suasana dimana guru dapat menciptakan iklim belajar-mengajar yang hangat, demokratis, dan mengerti serta menghargai pendapat para siswanya. Sikap saling menghargai tidak mungkin tumbuh pada siswa-siswa bila guru sendiri tidak dapat menunjukan sikap menghargai terhadap para siswanya.

Pandangan siswa terhadap guru yang efektif berbeda-beda karena adanya perbedaan tingkat perkembangan mental dan emosional. Guru yang baik di tandai oleh ciri-ciri memiliki kewaspadaan profesional, meyakini nilai atau manfaat pekerjaannya, tidak lekas tersinggung oleh adanya larangan kebebasan pribadi, memiliki seni hubungan manusiawi, berkeinginan terus tumbuh dan berkembang. Sedangkan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat apabila tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa dan sebaliknya apabila sebagian besar siswa tidak mencapai tujuan dari pembelajaran berarti hasil pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dikarenakan mata pelajaran matematika dianggap sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang sukar dan memerlukan konsentrasi tinggi. Selain itu masih adanya sistem belajar yang menyamaratakan


(54)

38

kemampuan siswa mengakibatkan sebagian siswa belum menguasai materi dasar dan sudah ditambah materi lain yang diberikan oleh guru matematika.

Metode mengajar dapat dikatakan efektif apabila terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa di kelas misalnya siswa dapat memahami secara jelas apa yang telah disampaikan oleh guru selama mengajar di kelas, metode mengajar yang efektif juga dapat terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan belajar di kelas seperti adanya kemauan untuk bertanya kepada guru ketika mempunyai masalah belajar. Metode mengajar yang terjalin secara efektif antara guru dan siswa di kelas dapat di lihat dari beberapa jenis-jenis metode mengajar yaitu metode tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, dan metode demontrasi yang ada pada saat mengajar di kelas.

Guru diharapkan dapat menciptakan suatu bentuk metode mengajar yang sangat menyenangkan di kelas. Maka proses belajar akan berjalan dengan lancar sehingga siswa akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Pada kenyataan sekarang ini guru matematika masih memberikan kesan yang membosankan. Guru di kelas cuek terhadap siswa, guru di kelas hanya menyampaikan materi pelajaran, dan memberikan tugas kepada siswa, tanpa menjalin hubungan yang dekat dengan siswa di kelas. Siswa mengungkapkan guru dalam mengajar sering diam yang menyebabkan siswa malas untuk mengikuti pelajaran.

Kedekatan guru dan siswa di kelas sangat mendukung kelancaran kegiatan belajar. Guru sebagai seorang komunikator bagi siswa yang mencapai tujuan belajar, siswa sebagai subjek didik yang dijadikan ukuran dari proses kegiatan


(55)

belajar. Kunci keberhasilan belajar di sekolah terletak pada cara mengajar guru yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi positif pada siswa. Persepsi positif terhadap cara mengajar guru dan siswa di kelas diwujudkan melalui adanya sikap keterbukaan antara guru dan siswa di kelas.

2.3

Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Minat Belajar Matematika

Djamarah (2010:32) menyatakan bahwa guru memiliki peranan penting dalam proses interaksi edukatif khususnya pelajaran matematika, metode mengajar guru akan menentukan respon siswa didik terhadap pelajaran yang diajarkan. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Djamarah (2010:40) menyatakan bahwa kepribadian guru adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan siswa didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi dari seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melakssiswaan tugas sebagai peserta didik. Kepribadian dapat menetukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataupun akan akan menjadi perusak bagi hari depan siswa didik, terutama bagi siswa didik yang masih kecil (tingkat Sekolah Dasar).


(56)

40

Hamalik (2012:35) menyatakan bahwa para siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefleksikan perasaan-perasaannya, menyerap keyakinan-keyakinannya, meniru tingkah lakunya, dan mengutip pertanyaan-pertanyaannya. Pengalaman menunjukan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi dan minat belajar yang terus menerus itu bersumber pada kepribadian guru.

Kartono (1985:18) kegiatan belajar di kelas dipengaruhi oleh pribadi guru dimana guru bertugas untuk memberikan pengajaran, pendidikan dan bimbingan, murid akan terdorong untuk belajar. Namun jika mempunyai guru yang mempunyai rasa ingin tahu, bersikap terbuka, sanggup mengadakan pembaharuan antusias, dan mempercayai siswa didiknya. Ada dua macam sikap guru didalam kelas yang dapat mempengaruhi siswa yaitu sikap guru didalam kelas yang dapat berkembang dan mengaktualisisr diri. Sebaliknya ada guru yang bersikap ingin beristirahat mencari yang mudah, mengeluarkan tenaga sedikit mungkin. Guru yang mempunyai sikap yang pertama, sifatnya penuh inisiatif, senang mengadakan eksperimen-eksperimen untuk meningkatkan mutu kerjanya. Sedangkan sikap guru yang kedua selalu cenderung mencari yang gampang biasanya guru lari pada alat pendidikan konvensioanal yaitu hukuman, ancaman, hadiah dan mempergunakan nilai sebagi alat untuk mendorong, menakan, atau juga membuat siswa selalu menurut.

Kartono (1985:21) guru sebagai seoarang pembimbing memiliki kemampuan untuk memahami berkomunikasi, menolong, mendorong dan merangsang siswa didiknya. Guru beruhasa untuk menciptakan komunikasi yang


(57)

baik dengan siswa dalam menghadap dan mengatasi masalah dan tantangan hidupnya. Memperhatikan siswa secara individual berusaha untuk menolong penyelesaian masalah secara individual.

Beradasarkan uraian diatas maka dapat memunculkan berbagai macam persepsi pada diri siswa terhadap cara mengajar guru di kelas. Setiap siswa dapat mempunyai persepsi yang bermacam-macam, ini dipengaruhi oleh sifat karakteristik yang ada pada siswa yang tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lain. Persepsi yang muncul pada siswa bermacam-macam yaitu ada siswa yang mempersepsikan positif terhadap metode mengajar guru di kelas dan siswa pada saat di kelas dan ada juga siswa yang mempersepsikan negatif terhadap metode mengajar guru terhadap siswa di kelas.

Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru di kelas meliputi persepsi terhadap keterbukaan guru pada saat mengajar di kelas, keterbukaan guru terhadap pendapat-pendapat yang datang dari siswa, guru tidak memandang remeh pendapat yang datang dari siswa selalu mempertimbangkan saran-saran dari siswa pada saat mengajar di kelas. Empati guru dengan siswa pada saat guru mengajar di kelas, guru dapat merasakan keadaan yang sedang dialami oleh siswa di kelas, mengetahui apakah siswa sedang malas, atau tidak bersemangat pada pelajaran. Guru yang mempunyai empati yang kuat terhadap siswa, maka guru akan dapat mencari cara bagaimana agar siswa tidak bosan pada saat pelajaran di kelas, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Kartono (1985:23) guru hendaknya berusaha selalu memiliki dan menciptakan suasana kejiwaan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga suasana


(58)

42

tidak kaku, statis dan beku, melainkan di dalamnya siswa justru terdorong untuk tumbuh dan berkembang sehingga terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan.

Persepsi positf terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mendorong siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, siswa akan semakin menarik pada pelajaran dan selalu berusaha untuk selalu mengerjakan setiap tugas yang diberikan, tidak pantang menyerah apabila menghadapi kesulitan serta mau bertanya kepada guru apabila tidak mengerti dalam pelajaran. Selanjutnya akan mendorong siswa untuk selalu mempunyai keinginan dan ketertarikan untuk mempelajari dan menguasai materi yang belum diajarkan oleh guru.

Persepsi negatif siswa terhadap metode mengajar guru di kelas akan semakin mendorong siswa untuk menjauhi pelajaran matematika di kelas. Siswa semakin malas untuk memperhatikan pelajaran, tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan guru, serta membuat siswa untuk malas memperhatikan pelajaran, tidak suka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, serta membuat siswa malas memperhatikan pelajaran dan akhirnya siswa memperoleh nilai-nilai yang tidak memuaskan pada saat ujian matematika. Perasaan tidak senang siswa terhadap metode mengajar guru di kelas, akan mempengaruhi siswa saat harus memusatkan konsentrasi atau perhatian pada pelajaran matematika yang diajarkan guru di kelas.


(59)

2.4

Kerangka Berfikir

Minat siswa yang meningkat menyebabkan tingginya persepsi pada siswa SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Ketika Minat siswa mengalami penurunan maka persepsi siswa akan merendah. Berikut akan dijelaskan mengenai alur berpikir mengenai hubungan antara Minat Belajar Siswa terhadap Persepsi siswa dalam sebuah kerangka berfikir.

Gambar 2.1. Model Kerangka Berfikir Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru Matematika dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa

Minat belajar matematika dipengaruhi ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Di dalam minat belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal

Minat Belajar Matematika

Internal Eksternal

Fisik Psikologi

-Kesehatan -Cacat tubuh

- Intelegensi

- Perhatian

- Minat

- Bakat

- Motivasi

- Kematangan

- Kesiapan

- Keluarga

- Sekolah

- Masyarakat

Persepsi siswa terhadap metode mengajar matematika


(60)

44

itu sendiri dapat disebabkan oleh fisik dan cacat tubuh. Sedangkan yang dipengaruhi oleh faktor internal yang lain ada psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kematangan. Minat belajar matematika yang kedua dipengaruhi oleh faktor eksternal. Yang meliputi faktor eksternal antara lain ada pihak dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dari dua faktor di atas yang mempengaruhi minat belajar dari segi internal yaitu ada fisik dan psikologis, sehingga dari segi tersebut tidak mendukung maka juga akan mempengaruhi hasil persepsi siswa terhadap metode mengajar. Begitu juga dari segi eksternal yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat jika hal tersebut tidak mendukung akan mempengaruhi persepsi siswa terhadap metode mengajar matematika.


(61)

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian, patokan duga, yang kebenarannya dapat dibuktikan dalam penelitian tersebut Azwar (2003:49). Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah.

Berdasarkan dasar teori yang dijelaskan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada korelasi positif antara persepsi terhadap metode mengajar guru matematika dengan minat belajar matematika, artinya semakin baik persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika maka makin tinggi minat belajar matematika dan semakin buruk persepsi terhadap metode mengajar guru matematika maka semakin rendah minat untuk belajar matematika.


(62)

46

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika dengan minat belajar matematika dengan menggunakan metode sebagai berikut:

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik Azwar (2003:5). Arikunto (2006:12) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif yaitu banyak dituntut menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Penelitian kuantitatif menuntut adanya kejelasan unsur tujuan, pendekatan, subjek, dan sumber data.

Desain penelitian yang akan digunakan di sini adalah kuantitatif korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain


(63)

berdasarkan koefisien korelasi Azwaar (2003:8). Dengan penelitian korelasional, penelitian bisa memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel tergantung (Y), dalam hal ini kaitan antara persepsi siswa dan minat belajar.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118).

3.2.1 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing Azwar (2003:61). Pengidentifikasian membantu dalam menemukan alat pengumpul data dan teknik analisis yang digunakan. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel tergantung

Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain Azwar (2003:62). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah minat belajar matematika.

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain Azwar (2003:62). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa.


(64)

48

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2003:74).

1. Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika

Persepsi siswa terhadap metode mengajar guru matematika adalah bagaimana cara kita untuk mengolah inforamasi sensori mengenai aktivitas guru dalam mengorganisasi sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar matematika secara efektif dengan menggunakan suatu rencana atau pola pembelajaran yang baik. Dalam penelitian ini aspek-aspek persepsi siswa terhadap metode mengajar guru adalah : pengetahuan, pengharapan, dan evaluasi.

2. Minat belajar matematika

Minat belajar matematika adalah suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada pelajaran matematika yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk mempelajarinya. Dalam penelitian ini aspek-aspek minat belajar matematika adalah : perhatian, ketertarikan, keinginan, dan keyakinan.

3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan antara variabel dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:


(65)

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel

Keterangan :

X : variabel bebas Y : variabel tergantung

Secara teoritik dapat dijelaskan bahwa hubungan antar variabel bersifat interaksi, dimana X merupakan variabel bebas dan Y merupakan variabel tergantung. Berdasarkan keterangan di atas, X merupakan persepsi siswa dan Y adalah minat belajar.

3.3

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Azwar (2003:77) populasi adalah sekelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Sedangkan menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini menunjukkan pada sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat atau ciri yang sama. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 03 Kertayasa Banjarnegara. Jumlah siswa sebanyak 53 siswa.

3.3.2 Sampel

“Sampel adalah sebagian dari populasi, yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki pada populasi” (Azwar, 2007:79). Hasil penelitian terhadap sampel ini

Persepsi siswa terhadap metode

mengajar guru (X)

Minat belajar matematika


(66)

50

diharapkan dapat digeneralisasikan pada populasi. “Sampel harus representatif atau sampel benar-benar mewakili populasinya” (Arikunto, 2006:133). Oleh karena itu harus diperlukan teknik pengambilan sampel (sampling) yang sesuai.

Besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk penelitian sebenarnya tidak ada ketetapan mutlak. Arikunto (2006:134) menyatakan “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi”. Apabila jumlah subjeknya besar dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Pada metode total sampling, semua individu dalam populasi diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Subjek yang akan diambil sebagai sampel penelitian ini sebanyak 53 siswa di SD N 03 Kertayasa Banjarnegara.

3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang akan diteliti. Sebuah penelitian sangat memerlukan adanya data untuk memperkuat hasil penelitian tersebut. Data yang digunakan bisa berupa data primer maupun sekunder.

Data primer dapat diperoleh melalui sumber aslinya (orang pertama). Cara memperoleh data primer ini yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak


(67)

langsung. Data ini biasanya berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi Azwar (2003:36). Agar diperoleh data yang tepat maka peneliti harus bisa memilih metode yang sesuai. Dalam penelitian ini metode yang hendak digunakan untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan skala psikologi. Skala adalah suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pertanyaan berisi aspek-aspek yang hendak diukur, yang harus diisi oleh individu yang menjadi subjek penelitian dan berdasar atas jawaban atau isian itu penulis mengambil kesimpulan mengenai subjek yang diteliti. Menurut Azwar (2003:3), skala psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut afektif. Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi menurut Azwar (2003:4) adalah sebagai berikut:

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator-indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item maka skala psikologi selalu berisi banyak item.

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan secara berbeda pula.

Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi siswa terhadap metode mengajar dan skala minat belajar matematika.


(1)

RELIABILITAS MINAT

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 53 100.0

Excludeda 0 .0

Total 53 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.858 25

RELIABILITAS PERSEPSI

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 53 100.0

Excludeda 0 .0

Total 53 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(2)

LAMPIRAN 5

1.

HASIL UJI ASUMSI

2.

Hasil uji linieritas


(3)

UJI NORMALITAS

NPar Tests

[DataSet5]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Minat persepsi

N 53 53

Normal Parametersa,,b Mean 82.4528 93.0755

Std. Deviation 9.03320 9.81923

Most Extreme Differences Absolute .108 .192

Positive .084 .075

Negative -.108 -.192

Kolmogorov-Smirnov Z .785 1.400

Asymp. Sig. (2-tailed) .569 .040

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

UJI LINIERITAS

Means

[DataSet5]

ANOVA Table

minat * persepsi Between Groups

Within Groups Total

(Combined) Linearity

Deviation from Linearity

Sum of Squares 3438.765 2503.977 934.788 804.367 4243.132

Df 23 1 22 29 52

Mean Square 149.512 2503.977 42.490 27.737

F 5.390 90.276 1.532


(5)

UJI HIPOTESIS

Correlations

[DataSet5]

Correlations

Minat persepsi

minat Pearson Correlation 1 .768**

Sig. (2-tailed) .000

N 53 53

persepsi Pearson Correlation .768** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 53 53


(6)

LAMPIRAN 6


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dengan Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Matematika Kelas II Semester $ Di SMKN4 Jember.Tahun Pelajaran 2000/2001

0 4 92

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 202

HUBUNGAN ANTARA TEACHING STYLE (GAYA MENGAJAR GURU) DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Antara Teaching Style (Gaya Mengajar Guru) Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri.

0 10 17

HUBUNGAN ANTARA TEACHING STYLE (GAYA MENGAJAR GURU) DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Hubungan Antara Teaching Style (Gaya Mengajar Guru) Dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri.

0 2 19

PENDAHULUAN Peningkatan Aktifitas Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Malanggaten Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 7

Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Cihonje tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 141

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE RESITASI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 GEBANGSARI KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA MINAT, FASILITAS DAN PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP SE-KECAMATAN KASIHAN

0 0 10

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA SIKAP SISWA PADA GURU DAN PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PERCOBAAN 3 PAKEM TAHUN AJARAN 20102011

0 1 168