Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel persepsi dengan minat belajar matematika siswa dikarenakan tiap aspek ada variabel persepsi
memiliki pengaruh terhadap tiap aspek pada minat belajar matematika pada siswa kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara. Siswa yang selalu memandang cara
pembelajaran guru matematika secara optimis selalu mendapatkan minat belajar matematika yang baik juga. Adanya siswa yang memandang metode mengajar
guru matematika yang jelek dalam pembelajarannya dan tidak dapat fokus sepenuhnya pada aspek evalusi.
Penelitian yang dilakukan oleh Intan Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang 20102011 menunjukan bahwa ada
hubungan positif persepsi siswa kepada guru matematika dan minat belajar matematika siswa.
Penelitian lain mengeksplorasi tentang hubungan antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika
adalah ada hubungan positif antara persepsi tentang kompetensi profesional guru matematika dengan motivasi belajar matematika.Fitri dalam Jurnal Psikologia,
Vol.1, No.2, Desember 2005:76.
4.6.2 Minat Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara
Minat siswa adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan siswa pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat sangat penting dan dibutuhkan
oleh setiap siswa. Minat menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam
belajar dan kelak ketika bekerja. Secara umum minat siswa pada kelas V SDN 03 Kertayasa Banjarnegara pada kriteria tinggi, dengan presentase sebesar 94,3.
Menurut Slameto 2010:180 minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran bahwa aspek perhatian berada dalam kriteri tinggi. Artinya siswa sudah mempunyai perhatian terhadap
metode mengajar guru matematika yang ada. Aspek pertama yaitu perhatian. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Ini
mempunyai arti bahwa siswa mempunyai perhatian yang tinggi dalam melaksanakan minat belajar matematika.
Aspek kedua yaitu ketertarikan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Ini mempunyai arti bahwa siswa mempunyai ketertarikan yang tinggi dalam
melaksanakan minat belajar matematika. Ketertarikan terdiri dari ketertarikan yang berasal dari diri sendiri artinya ketertarikan tersebut ada dari dalam diri
sendiri dan tidak ada yang memaksa dan ketertarikan yang berasal dari orang lain artinya ketertarikan yang diperintah atau ada paksaan dari luar.
Aspek ketiga yaitu keyakinan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Hal ini berarti bahwa siswa cukup memiliki rasa keyakinan diri untuk minat belajar
matematika. Bentuk kesadaran diri dalam minat siswa yaitu melaksanakan keyakinan untuk belajar tanpa adanya paksaan. Djaali 2012:121 minat adalah
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Aspek keempat yaitu keinginan. Aspek ini berada pada kriteria tinggi. Artinya siswa telah mempunyai keinginan yang tinggi untuk minat belajar
matematika. Minat di sini ditunjukkan dengan berperilaku ingin untuk mempelajari matematika dengan sendirinya tanpa ada yang menyuruh. Dilihat
dari indikator-indikator tesebut ditemukan bahwa minat yang dimiliki siswa tergolong tinggi.
Minat siswa memiliki beberapa aspek yang menyusunnya, dimana tiap aspek tersebut mempunyai pengaruh tinggi rendahnya siswa dalam berminat
belajar metematika. Berdasarkan perhitungan mean empirik tiap aspek, aspek yang memperoleh mean empirik terbesar adalah perhatian. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aspek perhatian memiliki peran terbesar dalam minat siswa. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa aspek perhatian merupakan hal yang
menyebabkan siswa memiliki minat yang tergolong tinggi. Awalnya peneliti menduga bahwa minat siswa rendah. Fenomena yang
terjadi pada studi pendahuluan menunjukkan bahwa minat siswa tergolong rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kurangnya strategi yang
digunakan oleh guru matematika, termasuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan topik yang diajarkan.
Hasil penelitian yang menunjukan minat belajar matematika siswa yang tinggi tidak sejalan dengan fenomena penelitian yaitu disebabkan karena pada
studi pendahuluan menunjukkan bahwa persepsi siswa tergolong rendah atau negatif, akan tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata diketahui bahwa persepsi
yang dimiliki siswa tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena pada studi
pendahuluan subjek yang diambil hanya beberapa siswa yang diwawancarai dan observasi. Sehingga hasil studi pendahuluan yang didapat hanya gambaran
persepsi dari sebagian kecil jumlah siswa. Peneliti berasumsi bahwa ketidaksesuaian antara fenomena dengan hasil penelitian dikarenakan
ketidakjelian peneliti dalam menangkap fenomena yang ada. Kesalahan peneliti ketika melalukan studi pendahuluan yang hanya mengambil beberapa subjek
sebagai sampel penelitian studi pendahuluan ternyata sampel tersebut tidak representatif. Seharusnya peneliti menjadikan semua subjek sebagai sampel
peneliti pada studi pendahuluan tersebut. Peneliti juga kurang menggali lebih tentang minat siswa dalam proses belajar. Antara lain dapat ditujukan dengan
adanya sesuatu ketertarikan untuk belajar secara sungguh-sungguh, kemauan untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar, keaktifan siswa di kelas dapat kita lihat
memalui kemampuannya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam belajar, rasa ingin
tahu yang besar dalam belajar. Faktor-faktor lain yang menyebabka ketidaksesuaian antara fenomena
dengan studi pendahuluankemungkinan juga disebabkan jarak waktu antara studi pendahuluan dengan penyebaran instrumen penelitian yang cukup lamayaitu
delapan bulan sehingga di duga dalam rentan waktu tersebut subjek menerima masukan dan bimbingan dari guru matematika.
4.6.3 Persepsi Siswa pada Kelas V SD Negeri 03 Kertayasa Banjarnegara