Kemampuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Menunda Kekeringan

pada Blok 2 tanpa perlakuan pada minggu ke-3 sebesar – 65 mm. Walaupun curah hujan yang turun tidak terlalu besar tetapi aliran permukaan yang keluar dari sistem pada minggu tersebut cuk up besar. Hal ini terjadi karena pasokan air tanah dari hujan yang turun pada minggu sebelumnya cukup besar. Perubahan cadangan air dalam tanah pada Blok 3 perlakuan rorak Blok 2 tanpa perlakuan Blok 1 perlakuan teras gulud yaitu masing- masing sebesar – 32.88 sampai + 81.72 mm, – 65 sampai + 12.35 mm, dan – 47.16 mm sampai +19.07 mm. Sementara itu penambahan cadangan air dalam tanah Blok 3 perlakuan rorak Blok 1 perlakuan teras gulud Blok 2 tanpa perlakuan yaitu masing- masing sebesar + 118.89 mm, + 46.00 mm dan + 30.18 mm. Sebaliknya penurunan cadangan air dalam tanah pada Blok 2 tanpa perlakuan Blok 1 perlakuan teras gulud Blok 3 perlakuan rorak masing- masing -338.49 mm, - 215.56 mm dan – 198.80 mm.

5.5.1. Kemampuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Menunda Kekeringan

Untuk menghitung seberapa besar pengaruh tindakan konservasi tanah dan air terhadap perubahan storage maka diperlukan data perubahan cadangan air dalam tanah pada tahun sebelumnya, karena belum adanya data cadangan air dalam tanah pada tahun sebelumnya maka dengan cara memperhitungkan curah hujan yang turun saat mulai musim hujan yaitu tangga l 10 Januari – 17 Februari 2006 maka akan diduga seberapa besar pengaruh teknik konservasi tanah dan air dalam meningkatkan cadangan air dalam tanah dan menunda kekeringan. Sisa cadangan air dalam tanah storage sampai akhir Juni 2006 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Cadangan air dalam tanah 30 Juni 2006 Data Blok 1 Blok 2 Blok 3 ? S 18 Februari – 30 Juni 2006 -169,56 -308,31 -79,91 Curah hujan 10 Januari - 17 Februari 2006 372,00 356,00 347,00 Sisa storage sampai akhir 30 Juni 2006 202,44 47,69 267,09 Pada musim kemarau kehilangan air dari sistem terjadi akibat proses evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi selama Bulan Juli - Oktober 2006 masing- masing sebesar 100.2 mm, 139.1 mm, 121.06 mm, dan 122.71 mm. Dengan cadangan air dalam tanah pada akhir pengamatan di Blok 3 perlakuan rorak 267.09 mm, Blok 1 perlakuan guludan 202.44 mm dan Blok 2 tanpa perlakuan 47.69 mm, maka untuk menduga seberapa lama cadangan air dapat bertahan akibat evapotranspirasi yaitu ketika mulai terhentinya aliran baseflow pada masing- masing blok. Pada Blok 2 perlakuan teras gulud aliran baseflow terhenti pada minggu ke-13 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah yang ada pada Blok 2 tanpa perlakuan yaitu sebesar 47.69 mm akan habis terevapotranspirasi pada pertengahan bulan Juli. Pada Blok 1 perlakuan teras gulud aliran baseflow terhenti pada minggu ke-19 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah yang ada pada Blok 1 perlakuan teras gulud yaitu sebesar 202.44 mm akan habis terevapotranspirasi pada pertengahan bulan Agustus. Sedangkan pada Blok 3 perlakuan rorak aliran baseflow terhenti setelah minggu ke-19 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah pada Blok 3 perlakuan teras gulud yaitu sebesar 267.09 mm akan habis terevapotranspirasi pada awal bulan September. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air akan meningkatkan cadangan air dalam tanah dibandingkan tanpa adanya perlakuan. Pada perlakuan rorak mampu menunda kekeringan hingga 2.33 bulan ± 70 hari berikutnya, perlakuan teras gulud 1.66 bulan ± 50 ha ri berikutnya dan tanpa perlakuan yang hanya kurang dari 0.5 bulan ± 15 hari berikutnya. Curah hujan yang turun akan tertampung di dalam perlakuan rorak dan teras gulud kemudian akan terjadi aliran lateral seepage dan infiltrasi yang tertunda sehingga ketersediaan air di dalam tanah akan bertahan lebih lama Noeralam et al., 2003.

5.5.2. Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Perubahan