5.2. Intersepsi
Hasil pengukuran intersepsi mingguan dari masing - masing blok ditampilkan pada Tabel 4, sedangkan nilai intersepsi harian disajikan pada Tabel
Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengukuran, curah hujan yang = 3 mm tidak terjadi aliran batang dan lolosan tajuk, berarti seluruh curah hujan terintersepsi di tajuk
tanaman tanpa ada yang jatuh ke permukaan tanah, sedangkan pada curah hujan yang tinggi ditentukan intersepsi maksimumnya. Selain itu dari data pengukuran
pada masing – masing blok dibuat suatu persamaan hubungan regresi linear sederhana antara curah hujan dengan intersepsi
3
sebagai berikut : Blok 1 : INTCP = 0.2010
CH + 0.4264, dengan INCTP maks pada CH = 27 mm
Blok 2 : INTCP = 0.2120 CH – 0.0268, dengan INCTP maks pada CH = 29 mm
Blok 3 : INTCP = 0.2063 CH – 0.3844, dengan INCTP maks pada CH = 27 mm
Tabel 4. Persentase intersepsi hujan mingguan setiap blok
Bulan Minggu
Blok 1 Blok 2
Blok 3 CH
Intersepsi CH
Intersepsi CH
Intersepsi mm
Mm mm
mm mm
mm Februari
1 59
19 33
48 12
25 50
14 28
2 168
17 10
163 18
11 152
18 12
Maret 3
44 11
24 34
7 22
26 7
27 4
72 14
19 65
15 24
59 16
28 5
49 10
20 39
11 27
55 13
23 6
35 9
25 26
7 27
45 13
29
April 7
49 11
23 45
13 28
62 15
24 8
88 18
20 76
13 17
67 16
24 9
38 8
21 32
5 17
21 3
16 10
81 6
7 62
6 10
70 6
9 Mei
11 29
7 26
23 4
16 25
7 28
12 3
3 100
3 3
100 3
3 100
3
Purba, F. P. 2007. Intersepsi Hujan pada Tanaman Kelapa Sawit Studi Kasus di UU Rejosari PTPN VII Lampung. Draft Skripsi. Fakultas Pertanian. Insttut Pertanian Bogor.
13 3
3 100
3 3
100 3
3 100
14 32
9 29
29 9
33 33
10 31
Juni 15
35 7
19 30
7 21
27 6
23 16
33 8
23 28
8 29
27 10
36 17
21 5
24 23
4 16
24 3
14 18
4 3
75 3
3 100
3 3
100 19
Jumlah 841
164 19
731 144
20 752
164 22
Keterangan : CH = Curah hujan
Nilai intersepsi kumulatif antar blok sangat bervariasi yaitu antara 6 – 100 . Pada Blok 1 intersepsi antara 6 – 100 , Blok 2 antara 7 – 100 dan
pada Blok 3 antara 8 – 100 . Nilai intersepsi rataan tertinggi pada Blok 3 22 diikuti oleh Blok 2 20 dan yang terkecil Blok 1 19 . Hasil pengukuran
yang bervaria si tersebut menggambarkan bahwa besarnya intersepsi dipengaruhi oleh jumlah dan intensitas hujan, disamping juga dipengaruhi oleh keadaan tajuk
tanaman. Secara visual keadaan tajuk tanaman yang lebih rapat dan tebal pada Blok 3 menyebabkan kemampuan jumlah curah hujan yang diintersepsi lebih
besar dibandingkan Blok 1 dan Blok 2, berarti curah hujan bersih yang sampai ke dalam tanah pada Blok 3 akan lebih sedikit jika dibandingkan Blok 1 dan Blok 2.
Sedangkan nilai intersepsi yang kecil menunjukkan bahwa jumlah hujan yang jatuh langsung ke permukaan tanah lebih banyak, jika laju infiltrasi lebih kecil
dari intensitas hujan maka aliran permukaan akan terjadi. Dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air diharapkan sebagian air yang jatuh ke
permukaan tanah akan diserap ke dalam tanah sebagai air bawah permukaan tanah dan air perkolasi, sehingga dapat mengurangi aliran permukaan serta mengisi
cadangan air dalam tanah sebagai persediaan air dimusim kemarau.
Penelitian Nuriman 1999 menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit umur 21 tahun kisaran persentase intersepsi hujan antara 43.19 - 100
dengan rata-rata sebesar 74.4 , umur 6 tahun antara 21.42 - 100 dengan rata-rata 64.61 serta umur 4 tahun antara 8.55 - 100 dengan rata-rata
51.53 . Semakin tua umur tanaman kelapa sawit, nilai intersepsinya semakin besar. Hal ini disebabkan perkembangan dari luas penutupan tajuk yang lebih luas
dan rapat pada tanaman yang lebih tua sehingga semakin banyak hujan yang dapat ditahan sementara di tajuk tanaman untuk kemudian diuapkan kembali.
Perbedaaan kisaran persentase nilai intersepsi yang lebih besar pada percobaan disebabkan karena nilai curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan dengan
curah hujan pada penelitian Nuriman. Intersepsi meningkat dengan meningkatnya curah hujan yang turun, akan tetapi peningkatan intersepsi hujan akan menjadi
konstan ketika kapasitas daya tampung tajuk dan batang sudah jenuh, pada curah hujan tertentu nilai intersepsi akan mencapai maksimum. Sehingga dengan kapasitas
daya tampung yang telah lewat jenuh konstan seiring meningkatnya curah hujan akan mengakibatkan persentase curah hujan yang terintersepsi akan semakin kecil.
Menurut Seyhan 1990 perbedaan intersepsi beragam dengan komposisi spesies, umur tanama n, kerapatan tegakan, musim dalam setahun dengan keragama n
dalam intensitas presipitasi. Pola intersepsi rata-rata mingguan pada Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa fluktuasi intersepsi sangat kecil jika dibandingkan
dengan curah hujan.
20,00 40,00
60,00 80,00
100,00 120,00
140,00 160,00
180,00
mm
Curah Hujan Intersepsi
Gambar 7. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok 1.
Gambar 8. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok 2.
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00 140,00
160,00
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Februari Maret
April Mei
Juni
mm
Curah Hujan Intersepsi
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00 140,00
160,00 180,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Februari
Maret April
Mei Juni
mm
Curah Hujan Intersepsi
Gambar 9. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok 3. Curah hujan yang relatif tinggi telah menyebabkan kapasitas tampung tajuk sudah
lewat jenuh sehingga curah hujan yang jatuh tidak tertampung lagi oleh tajuk, namun langsung menjadi lolosan tajuk throughfall dan aliran batang stemflow
dan akhirnya akan langsung dialirkan ke permukaan tanah.
5.3. Evapotranspirasi