Perlakuan Konservasi Tanah dan Air Instalasi dan Tata Letak Peralatan

a. Data curah hujan harian bulan Februari – Juli 2006 dari ombrometer di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. b. Data evaporasi harian Bulan Februari – Juli 2006 dari Panci Kelas A di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. c. Data tinggi muka air harian Bulan Februari – Juli 2006 dari bangunan AWLR Automatic Water Level Recorder di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. d. Data Intersepsi Bulan Februari – Juli 2006 dari data curah hujan, lolosan tajuk dan aliran batang di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari.

3.3 Metodologi Penelitian

Metode pelaksanaan penelitian meliputi : persiapan survey penetapan lokasi penelitian dan pemetaan topografi, pengambilan contoh tanah dan analisis tanah di laboratorium, perlakuan yang diuji, instalasi peralatan dan pengamatan serta analisa data. Untuk persiapan, pengambilan contoh tanah, ana lisis tanah dan instalasi peralatan telah dilakukan pada bulan Juni - Desember oleh tim Faperta IPB dan PPKS Medan 2006.

3.3.1 Perlakuan Konservasi Tanah dan Air

Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan, yaitu: Blok 1 Blok 375 : Microcatchment yang diberi teknik peresapan air berupa teras gulud bersaluran yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal. Blok 2 Blok 414 : Tanpa perlakuan, yaitu microcatchment yang tidak diberi perlakuan teknik peresapan air, yakni dibiarkan alami sebagaimana adanya. Blok 3 Blok 415 : Microcatchment yang diberi teknik peresapan air berupa rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal. Guludan dibangun sejajar kontur diantara tanaman pada setiap beda tinggi vertikal interval 80 cm. Guludan yang dibuat mempunyai ukuran tinggi, lebar dan dalam saluran masing- masing kurang lebih 30 cm. Lubang resapan dibuat di bagian tengah saluran dengan jarak antar lubang 2 m, diameter lubang 10 cm dan sedalam 50 cm. Sisa tanaman berupa pelepah sawit, dan daun semak belukar diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang resapan dan saluran yang dibuat Gambar 1a. Rorak panjang 300 cm, lebar 50 cm, dan dalam 50 cm dibangun di antara tanaman kelapa sawit sejajar kontur dengan pola zig- zag antar garis kontur. Jarak antar rorak dalam satu garis kontur sejauh 2 meter. Pada setiap rorak dibuat 2 dua lubang resapan berjarak 2 m antara lubang yang satu dengan yang lain, dan dengan diameter serta kedalaman sama seperti yang dibuat pada saluran guludan. Ke dalam rorak dan lubang resapan juga ditambahkan sisa-sisa tanaman dan semak belukar sebagai mulsa vertikal Gambar 1b. a b Gambar 1. Guludan bersaluran a dan rorak b dilengkapi dengan lubang peresapan dan mulsa vertikal.

3.3.2. Instalasi dan Tata Letak Peralatan

Stasiun pengamatan yang dibangun ditujukan untuk mengamati dinamika air pada ketiga microcatchment. Untuk mengamati curah hujan dan dinamika air hujan, dipasang alat penakar hujan otomatis. Penakar hujan otomatis ini dibangun pada tempat terbuka dekat Blok 375 yang berada di halaman Kantor Afdeling III. Di samping alat penakar hujan otomatis yang berada di dekat Blok 375, pada Blok 414, dan Blok 415 dipasang pula alat penakar hujan tipe observatorium. Pemasangan tiga alat penakar hujan pada masing- masing blok ini ditujukan untuk mengamati curah hujan secara teliti dan sekaligus untuk mengantisipasi adanya kemungkinan variasi hujan pada ketiga blok tersebut. Untuk mengamati besarnya evaporasi potensial dipasang evaporimeter Panci Kelas A yang diletakkan berdekatan dengan alat penakar hujan otomatis. Penakar hujan otomatis dan Paci Kelas A yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2. a b Gambar 2. Alat penakar hujan otomatis a dan Panci Kelas A b. Untuk mengamati dinamika komponen siklus hidrologi atau siklus air maka pada setiap microcatchment dibangun 9 tiga stasiun pengamat untuk lolosan tajuk throughfall dalam bentuk bak besi 3a, talang 3b dan kombinasi botol dengan corong 3c, sedangkan untuk aliran batang stemflow 3d dibangun 3 tiga stasiun pengamat pada setiap microcatchment. Dengan demikian terdapat 36 tiga puluh enam set stasiun pengamat diseluruh lokasi penelitian. Ke - 36 stasiun pengamat pada setiap microcatchment masing- masing mewakili lereng bagian atas, tengah dan bawah. Alat ukur lolosan tajuk dan aliran batang yang digunakan pada setiap stasiun pengamat dapat dilihat pada Gambar 3. a b c d Gambar 3. Alat ukur lolosan tajuk; bak besi a, talang b, botol dengan corong c dan alat ukur aliran batang d. Pengamatan aliran permukaan dilakukan dengan pembangunan weir yang dilengkapi dengan Automatic Water Level Recorder AWLR. Karena panjang saluran pengaliran air pada Blok 375 dan Blok 415 cukup panjang hingga bagian hulu saluran pengaliran tersebut berada diluar blok, maka pada kedua blok tersebut masing- masing dibangun dua weir, bagian inlet dan outlet. Weir pada Blok 414 cukup satu buah, sehingga secara keseluruhan jumlah weir yang dibangun sebanyak 5 buah. Weir berikut AWLR yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. a b Gambar 4. Automatic Water Level Recorder AWLR a dan Weir b

3.3.3. Teknik Pengamatan dan Pengukuran di Lapang