Perlakuan teknik konservasi tanah dan air menyebabkan kemampuan menghambat aliran permukaan serta menampung volume air hujan yang jatuh
lebih besar karena bidang resapan lebih luas yang terlindung dari penyumbatan pori menyebabkan air meresap lebih banyak, lebih cepat dan lebih dalam sehingga
meningkatkan cadangan air dalam tanah dibandingkan tanpa adanya perlakuan seperti yang dilaporkan Lestari 2005. Selain itu penambahan lubang resapan dan
mulsa vertikal akan mempengaruhi proses infiltrasi, dimana kapasitas infiltrasi pada perlakuan rorak dan guludan menjadi meningkat karena memberikan
kesempatan pada air lebih lama untuk terinfiltrasi. Penambahan bahan organik merangsang terbentuknya agregat yang stabil serta mengurangi energi percikan
hujan yang dapat menghancurkan agregat. Bahan organik juga merupakan sumber energi bagi berbagai makro organisme cacing, rayap, semut dan sebagainya
yang membuat lubang pori makro yang sinambung didalam tanah Subekhi, 2006 ; Ayudyaningrum, 2006.
5.5.3. Hubungan Kadar Air Tanah dengan Cadangan Air dalam Tanah
Siklus hidrologi dengan tanah sebagai sistemnya merupakan proses keseimbangan antara input yang masuk ke sistem dan output yang keluar yang
dari sistem. Jika input yang masuk ke sistem sama dengan output yang keluar dari sistem maka jumlah air yang terlibat akan selalu tetap. Jika input yang masuk ke
sistem lebih besar dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penambahan kandungan air dalam tanah, sebaliknya jika input yang masuk
ke sistem lebih kecil dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penurunan kandungan air dalam tanah. Pola perubahan cadangan air
dalam tanah mingguan selama periode pengamatan ditampilkan pada Gambar 15.
Umumnya pada musim hujan Februari-April perubahan penambahan cadangan air dalam tana h pada Blok 3 perlakuan rorak lebih besar dibandingkan Blok 1
perlakuan teras gulud dan Blok 2 tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air curah hujan yang jatuh pada
Blok 3 perlakuan rorak dapat diresapkan secara maksimal kedalam tanah yang akhirnya menjadi cadangan air dalam tanah. Pada minggu ke-3 dan ke-6
perubahan yang terjadi adalah penurunan cadangan air dalam tanah hal ini disebabkan karena hujan yang turun tidak terlalu besar sedangkan total total
runoff yang terjadi cukup besar karena adanya pasokan dari hujan yang turun cukup besar pada minggu sebelumnya.
Gambar 15. Perubahan cadangan air dalam tanah mingguan Pada musim kemarau Mei-Juni perubahan penurunan cadangan air
dala m tanah pada Blok 3 perlakuan rorak lebih besar dibandingkan Blok 1 perlakuan teras gulud dan Blok 2 tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan oleh
perlakuan teknik konservasi tanah dan air di Blok 3 perlakuan rorak yang
-80,00 -60,00
-40,00 -20,00
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 Februari
Maret April
Mei Juni
mm
Blok 1 Blok 2
Blok 3
mengakibatkan cadangan air dalam tanah menjadi lebih besar sehingga kehilangan air dalam tanah melalui baseflow lebih banyak dibandingkan Blok 1 perlakuan
teras gulud dan Blok 2 tanpa perlakuan. Penelitian Atmaja
4
2007 mendukung fenomena tersebut dimana kadar air tanah rata-rata mingguan mulai berada di
bawah kadar air kapasitas lapang memasuki minggu ke-14 di Blok 2 tanpa perlakuan, dan minggu ke-15 untuk Blok 3 perlakuan rorak dan Blok 1
perlakuan teras gulud. Perlakuan guludan bersaluran dan rorak yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal efektif meningkatkan kadar air tanah. Kadar air
tanah rata-rata bulanan dan mingguan pada perlakuan rorak paling tinggi diikuti perlakuan guludan bersaluran dan tanpa perlakuan, yaitu sebesar 50.11 dan
49.98 , 44.72 dan 44.34 , serta 41.74 dan 41.06 .
5.5.4. Hubungan Total Runoff terhadap Perubahan Cadangan Air dalam