Hasil pengolahan data ukuran panjang yang disajikan kedalam bentuk sebaran frekuensi, akan memudahkan dalam menganalisis pada selang kelas mana ikan
sebagai hasil tangkap sampingan kebanyakan tertangkap dan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui
batasan ukuran panjang ikan tersebut matang gonad length at first maturity.
3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan By catch
Untuk melakukan estimasi terhadap jumlah hasil tangkap sampingan diperlukan data mengenai jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi, jumlah
observasi sampel dan jumlah hasil tangkap sampingan dari armada jaring arad ke i i = 1.2.3,…, n. Sebanyak 10 armada penangkapan jaring arad yang beroperasi
diambil 6-7 observasi sampel selama 6 hari pengambilan data. Estimasi didasarkan pada asumsi:
1 sumberdaya ikan dan udang menyebar merata di setiap daerah penangkapan
ikan fishing ground yang dituju. 2
Kemampuan alat tangkap yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad relatif sama.
Jumlah ikan hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut diestimasi berdasarkan pendekatan sederhana, dengan rumus Purbayanto et al.,
2004:
JHTS =
n N
.
∑
= n
i
Xi
1
Keterangan : JHTS
: Estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan untuk suatu wilayah perairan N
: Jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi n
: Jumlah observasi sampel Xi
: Jumlah hasil tangkapan sampingan dari armada jaring arad ke i i = 1,2,3,….,n
3.7.3 Analisis Usaha Penangkapan Jaring Arad
Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan
datang dari suatu perencanaan. Analisis usaha yang dilakukan berupa analisis pendapatan usaha untuk melihat besarnya total penerimaan dan keuntungan yang
didapatkan oleh nelayan jaring arad selama satu tahun. Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan
pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha dilakukan dengan rumus Djamin, 1984:
µ = TR-TC Keterangan :
µ = Keuntungan TR
= Total Revenue total penerimaan TC
= Total Cost total biaya
Dengan kriteria: a
Apabila total penerimaan TR total biaya TC, maka usaha tersebut mengalami keuntungan, sehingga usaha dapat dilanjutkan;
b Apabila total penerimaan TR total biaya TC, maka usaha tersebut mengalami
kerugian, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; dan c
Apabila total penerimaan TR = total biaya TC, maka usaha tersebut tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada
pada titik impas.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kota Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat
bagian timur laut tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan letak geografis pada posisi 06
o
41’ LS dan 108
o
33’ BT Lampiran 2. Kota Cirebon
memiliki luas daratan 37,56 km
2
dan luas areal perairan laut kurang lebih 51,8 km
2
. Wilayah administrasi pemerintahan Kota Cirebon dibagi dalam 5 kecamatan dengan
22 Kelurahan, 237 Rukun warga, Serta 1.244 Rukun tetangga. Adapun batas wilayahnya sebagai berikut:
1 Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Banjir KanalKabupaten Cirebon 2 Sebelah timur berbatasan dengan laut Jawa
3 Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kedung PaneKabupaten Cirebon 4 Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Kalijaga
Wilayah Kota Cirebon terletak pada daerah pantai utara Jawa Barat bagian timur yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 5 m dari
permukaan laut. Ketinggian dataran cenderung meningkat kearah wilayah bagian selatan yaitu wilayah Kecamatan Harjamukti khususnya di Kelurahan Argasunya.
Kemiringan lahan di Kota Cirebon berkisar antara 0-25 , yaitu: 0-3 terdapat disebagian besar wilayah Kota Cirebon dan 4-25 terdapat di wilayah Kelurahan
Argasunya, Kecamatan Harjamukti.
4.2 Tempat Pelelangan Ikan TPI di Kota Cirebon