Jerbung Dogol Krosok Ronggeng Windu Jerbung Dogol Krosok, Ronggeng Windu

udang yang tertangkap sebanyak 1.569 ekor dengan berat total sebanyak 23,7 kg. Komposisi hasil tangkapan udang berdasarkan jumlah spesies dan berat selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Gambar 11 Komposisi jumlah hasil tangkapan udang selama penelitian ekor. Gambar 12 Komposisi berat hasil tangkapan udang selama penelitian kg 255 ekor 16 25 ekor 2 11 ekor 1 230 ekor 15 1048 ekor 66 U. Jerbung U. Dogol U. Krosok U. Ronggeng

U. Windu

2,7kg 11 2kg 8 19kg 81 U. Jerbung U. Dogol U. Krosok, U. Ronggeng U. Windu Berdasarkan Gambar 11 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan udang terbesar yaitu udang dogol Metapenaeus ensis sebanyak 1.048 ekor atau 66 dari jumlah total hasil tangkapan udang dengan berat 19 kg atau 81 dari berat total hasil tangkapan udang. Udang jerbung Penaeus merguiensis sebanyak 230 ekor atau 15 dengan berat 2 kg atau 8 dari total hasil tangkapan. Udang krosok Parapenaepsis sculptilis sebanyak 255 ekor atau 16 , udang ronggeng Squilla sp sebanyak 25 ekor atau 2 dan udang windu Penaeus monodon sebanyak 11 ekor atau 1 dari jumlah total hasil tangkapan udang. Untuk berat total hasil tangkapan antara udang krosok, udang ronggeng dan udang windu disatukan pada saat penimbangan di bakul yaitu sebesar 2.7 kg atau 11 dari berat total hasil tangkapan udang. Hasil tangkapan udang banyak didominasi oleh udang dogol Metapenaeus ensis dan udang krosok Parapenaepsis sculptilis dibandingkan udang jerbung Penaeus merguiensis, hal ini dikarenakan pengoperasian yang dilakukan pada saat penelitian adalah pada malam hari. Hasil tangkapan udang jerbung berfluktuasi menurut fase bulan dimana hasil tangkapan yang lebih tinggi terjadi sekitar bulan gelap, setengah purnama dan setelah bulan purnama. Sedangkan hasil tangkapan udang jerbung pada waktu siang hari lebih baiklebih tinggi daripada waktu malam hari Naamin, 1987. Tertangkapnya udang pada jaring arad karena udang bersifat bentik, udang mempunyai dua periode tingkah laku yang berbeda yaitu aktif dan pasif. Udang melakukan aktivitasnya pada malam hari dan membenam diri pada siang hari. Menjelang matahari terbit udang membenamkan diri dalam lumpur atau pasir atau mencari tempat yang agak gelap Arhus, 1981 diacu dalam Saefuddin, 1995. Selama penelitian, udang jerbung Penaeus merguiensis yang didapat rata- rata memiliki ukuran yang kecil. Hal ini dikarenakan daerah penangkapan untuk jaring arad di Pesisir utara sebagian besar di daerah pantai sehingga udang jerbung yang didapat berukuran kecil atau masih muda. Untuk daerah penyebaran udang penaeid muda banyak terdapat dan terkonsentrasi di perairan pantai dan udang penaid dewasa terkonsentrasi di perairan yang lebih dalam pada kedalaman 15-40 m. Hal ini sesuai dengan daur hidup udang jerbung Penaeus merguiensis yang terbagi menjadi dua fase yaitu fase laut dan fase muara sungai Munro, 1968 diacu dalam Subagyo, 2005. Udang dewasa bertelur dan menetaskan larva di laut kemudian larva berkembang di muara sungai hingga akhirnya udang remaja berkembang menjadi udang dewasa dan matang telur serta kemudian memijah di laut Selama penelitian, hasil tangkapan udang yang didapatkan oleh nelayan jaring arad di Pesisir Utara ini tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan waktu penelitian termasuk musim timur sehingga hasil tangkapan udang sedikit. Pada musim timur atau musim kemarau dikenal nama angin kumbang yaitu angin yang bertiup dari arah tenggara. Dengan adanya angin ini hasil tangkapan udang yang didapat oleh nelayan semakin sedikit, namun kadang nelayan memilih untuk tidak melaut mengingat hasil yang didapat tidak bisa menutupi biaya operasional. Jaring arad yang digunakan pada saat penelitian merupakan jaring arad standar yang umum digunakan oleh nelayan jaring arad di Kota Cirebon tanpa adanya perlakuan-perlakuan seperti penggunaan rantai pengejut tickler chain dalam upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan udang Rakhman, 2002 dan penggunaan gearbox pada in-board engine: pengaruhnya terhadap hasil tangkapan jaring arad Fauzi, 2004. Menurut Rakhman 2002, komposisi hasil tangkapan udang pada jaring arad yang menggunakan tickler chain memiliki kesamaan dengan jaring arad standar perbedaannya adalah jumlah tangkapannya. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ini diduga berkaitan erat dengan rantai yang dipasangkan pada jaring arad. Ketika jaring ditarik rantai akan menimbulkan bunyi dan mengejutkan udang yang bersembunyi di dasar perairan. Udang yang terkejut akan melompat dan akhirnya masuk ke dalam jaring. Sebagai akibatnya jaring arad yang dilengkapi dengan penggunaan rantai pengejut mempunyai peluang lebih banyak menangkap udang dibandingkan dengan jaring arad standar seperti yang digunakan oleh nelayan jaring arad di Pesisir Utara. Penggunaan gearbox pada in-board engine pun berpengaruh terhadap banyaknya jumlah hasil tangkapan yang didapat. Penggunaan gearbox dapat meningkatkan kecepatan perahu dan dapat meningkatkan luas area sapuan jaring arad pada saat dioperasikan di perairan Fauzi, 2004.

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan By catch