usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas Ayodhyoa, 1981.
Jenis-jenis ikan yang hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing ground
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usaha penangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metode
penangkapan, maupun struktur organisasi usahanya Ayodhyoa, 1981. Jaring arad dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur
berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15 – 60 m dengan tofografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun
intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan Puslitbang Perikanan, 1991.
Manadiyanto et al 2000 menjelaskan bahwa puncak penangkapan udang Penaeid di perairan Laut Jawa berlangsung pada musim timur, yaitu antara
pertengahan Maret sampai pertengahan Juni. Selanjutnya Sumiono et al. 1987, diacu dalam Manadiyanto et al. 2000 menjelaskan bahwa udang lebih banyak
tertangkap diperairan yang dangkal, terutama di daerah muara-muara sungai. Hal ini dikarenakan muara sungai merupakan tempat percampuran air sungai dan laut yang
kaya akan makanan. Perairan yang berbentuk teluk dengan aliran sungai besar merupakan daerah udang yang baik juga. Pantai utara Jawa antara Cirebon dan Jawa
Tengah sedikit menyerupai teluk, sehingga walaupun sungai-sungai yang mengalir ke teluk ini hanya kecil airnya, perairan ini dapat memenuhi kesuburannya sebagai
daerah pemusatan udang. Udang jerbung sebagai hasil tangkapan utama dalam hal ini hidup didasar perairan dan hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia, terutama di
daerah-daerah dimana sungai besar bermuara.
2.4 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang yang berukuran kecil, sedangkan hasil tangkapan selain udang adalah ikan-ikan demersal. Menurut
Manadiyanto et al. 2000, beberapa jenis udang yang tertangkap dengan jaring arad adalah udang jerbung Penaeus merguiensis, krosok Parapenaepsis sculptilis dan
udang windu Penaeus monodon. Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah pepetek Leiognathus sp, gulamah Pseudosciena sp, beloso Saurida tumbil,
bawal hitam Formio niger, cumi-cumi Loligo sp, manyung Arius thalassinus dan tigawaja Pennahia argentata.
2.5 Hasil Tangkap Sampingan By catch
Hall 1999 membedakan kategori hasil tangkap sampingan by-catch menjadi dua kategori :
1 Spesies yang kebetulan tertangkap incidental catch, yaitu hasil tangkapan yang
sekali-kali tertahan tertangkap dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang dimafaatkan oleh nelayan dan ada
juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya. 2
Spesies yang dikembalikan ke laut discarded catch, yaitu bagian dari hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi
ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.
2.6 Analisis Usaha
Dalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat hidupnya atau tingkat kesejahteraannya dengan kegiatan
usaha. Dalam rangka usaha manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya, telah dihadapkan pada kenyataan adanya sumber-sumber faktor produksi yang terbatas
tersedianya, seperti modal, alam, tanah, keahlian dan sebagainya. Menghadapi kenyataan ini, sebelum keputusan diambil harus direncanakan dengan matang
kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan pendahuluan atau analisis usaha yang didasarkan pada perbandingan antara manfaat
yang akan yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan Djamin 1984. Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berjalan. Dengan analisis usaha seorang pengusaha dapat membuat
perhitungan dan menentukan langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dapat
dilakukan dengan cara menekan biaya produksi dan menambah effort Rahardi, 2001.
Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber
untuk dapat mendapatkan manfaat. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai bagian-bagian konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan
masa sekarang untuk memperoleh manfaat Gittinger, 1986. Komponen yang digunakan dalam usaha perikanan adalah biaya produksi,
penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Pendapatan adalah total penerimaan total revenue dikurangi dengan total biaya total cost.
Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga persatuan produk. Biaya total adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah input
tertentu. Biaya total dibedakan menjadi dua, yaitu biaya total tetap total fixed cost dan biaya variabel total variable cost. Biaya total tetap adalah biaya yang tidak
berubah dengan berubahnya jumlah output, sedangkan biaya total variabel adalah biaya yang bisa berubah dengan berubahnya jumlah output Djamin, 1984.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian