Analisa Ketahanannya Terhadap Air dengan Uji Serapan Air Analisa Kemampuannya Terurai di Alam dengan Uji Biodegradasi

Gambar 4.6 Hasil Uji Komposit biodegradabel PP: α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 Pembesaran 1000 kali Gambar 4.6 adalah hasil foto SEM permukaan komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:PP-g- MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 dengan pembesaran 1000 kali terlihat bahwa permukaannya rata dan tidak terdapat butiran seperti hasil SEM komposit sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa antara campuran bahan yang digunakan untuk membuat komposit biodegradabel ini dalam hal ini PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 dapat berinteraksi dengan baik dan menghasilkan campuran yang rata.

4.4 Analisa Ketahanannya Terhadap Air dengan Uji Serapan Air

Data dari uji serapan air adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Uji Serapan Air No Jenis Sampel Kadar Serapan Air Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 Polipropilena Murni PP: α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 PP: α-Selulosa:PP-g-MA:BPO :DVB 95:5:0,5:0,5:1 PP: α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 0,772 1,060 0,791 1,112 Berdasarkan data serapan air pada Tabel 4.3 diketahui bahwa daya serap air dari komposit biodegradabel yang dihasilkan adalah lebih tinggi dibandingkan dengan polipropilena murni. Hal ini dikarenakan sifat polipropilena yang hidrofobik,sementara serapan air untuk komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:PP-g- MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 diperoleh presentase paling kecil, hal ini mungkin disebabkan ikatan yang terdapat dalam komposit biodegradabel tersebut adalah paling baik sehingga kemampuannya untuk menyerap air menjadi rendah.

4.5 Analisa Gugus Fungsi dengan Uji FTIR Fourier Transform Infrared

Spectroscopy Analisa dengan menggunakan spektrum infra merah ini dilakukan untuk menentukan perubahan gugus fungsi yang dialami oleh polipropilena murni dengan komposit biodegradabel yang dihasilkan. Terjadinya perubahan gugus fungsi yang dialami polipropilena menandakan bahwa terjadinya interaksi kimia antara polipropilena dengan pengisi komposit lainnya. Analisa dengan spectrum infra merah ini dilakukan dengan cara mengamati frekuensi-frekuenis yang khas dari gugus fungsi spektra FTIR masing-masing sampel. Hasil spektra FTIR yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 8 s.d 11. Bilangan gelombang FTIR polipropilena murni dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Bilangan Gelombang Polipropilena Murni Universitas Sumatera Utara Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Polipropilena Murni 2924,09 2862,36 2723,40 1458,18 1165,00 CH 3 bending CH 2 bending C-CH 3 bending C-H bending -CH 2 -CH 2 - , CH 3 , CH 2 Bilangan gelombang 2924,09 cm -1 merupakan uluran C-H dari gugus CH 3 poliporpilena dan bilangan gelombang 1165 cm -1 merupakan pita serapan gugus - CH 2 -CH 2 - pada daerah sidik jari yang khas untuk polipropilena Yunus,2011. Bilangan gelombang FTIR komposit biodegradabel PP: α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-Selulosa : PP-g-MA 95 : 5 : 1 3346,41 3193,31 2841,0 2722,12 1645,40 1255,38 1452,0 1358,1-1377,0 899,19 O-H stretching C-H stretching CH 2 bending C-CH 3 bending C=C stretching C-O stretching CH 3 -CH 2 stretching CH 3 bending C-C bending Bilangan gelombang FTIR PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4. 6 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 Universitas Sumatera Utara Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-Selulosa : BPO : DVB 95 : 5 : 1 : 1 2981,35 2722,36 1604,46 1255,38 899,40 709,44-808,39 CH 3 bending CH 2 bending C=C Stretching C-O stretching C-C bending Cincin benzene Bilangan gelombang FTIR PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-S : PP-g-MA : BPO : DVB 95 : 5 : 0,5 : 0,5 : 1 3347,45 3192,35 2914,0 2722,15 1748,47 1603,43 1452,0 1359,2-1377,0 1255,20 1044,27 899,23 708,47-808,21 O-H Stretching C-H Stretching CH 3 bending CH 2 bending C=O stretching C=C Stretching CH 3 -CH 2 stretching CH 3 bending C-O stretching C-O bending C-C bending Cincin benzene Dari tabel bilangan gelombang yang diperopleh dari masing-masing komposit biodegradabel yang dihasilkan kita dapat melihat interaksi yang dihasilkan dari campuran bahan komposit biodegradabel tersebut.

4.5.1 Komposit biodegradabel PP:

α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat pada bilangan gelombang yang menunjukan gugus fungsi yang khas pada komposit biodegradabel yaitu bilangan gelombang 3193,41 cm -1 yang menunjukan gugus fungsi C-H yang khas untuk maleat anhidrida yang didukung dengan bilangan gelombang 1645,40 cm -1 yang menunjukan gugus fungsi C=C pada maleat anhidrida dan polipropilena yang terikat silang. Serta beberapa gugus yang khas seperti pada polipropilena murni

4.5.2 Komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1

Dapat dilihat pada bilangan gelombang yang menunjukan gugus fungsi yang khas pada komposit biodegradabel yaitu adanya cincin benzene pada bilangan gelombang 709,44- 808,39 cm -1 , adanya bilangan gelombang 1255,38 cm -1 yang merupakan gugus fungsi C-O yang menandakan adanya interaksi antara polipropilena dengan selulosa secara ikatan kimia dan luas peaknya lebih luas karena bahan pengikat silang yang digunakan hanya DVB tanpa PP-g-MA.

4.5.3 Komposit biodegradabel PP:

α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 Dapat dilihat pada bilangan gelombang yang menunjukan gugus fungsi yang khas pada komposit biodegradabel yaitu jika tanpa penambahan DVB dan PP-g-MA tidak ditemukan gugus C=O pada bilangan gelombang 1748,47 cm -1 ,sedangkan dengan penambahan DVB,gugus ini dapat terlihat. Pada komposit biodegradabel ini,ikatan C=C pada bilangan gelombang 1603,43 cm -1 meningkat yang dapat dilihat dari luas peaknya yang semakin lebar,hal ini menandakan semakin besarnya ikatan silang yang terjadi didalam komposit biodegradabel yang didukung adanya cincin benzene pada bilangan gelombang 709,44-808,39 cm -1 .

4.6 Analisa Kemampuannya Terurai di Alam dengan Uji Biodegradasi

Penguburan spesimen komposit biodegradabel pada berbagai jenis tanah tanah sampah, tanah kebun, dan tanah pasir bertujuan untuk melihat tingkat biodegradasinya di alam hal ini karena salah satu tempat akhir kemasan plastik adalah kembali ke tanah. Oleh Universitas Sumatera Utara sebab itu, sangat perlu dilakukan pengujian sifat degradasi specimen komposit biodegradabel secara in vivo pengomposan. Data penurunan berat hasil pengomposan spesimen uji dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Data Hasil Penurunan Massa Spesimen Komposit biodegradabel Setelah Penguburan Dalam Tanah N o Jenis Sampel Tanah sampah hari Tanah Kebun hari Tanah Pasir hari 10 20 30 10 20 30 10 20 30 1 2 3 PP: α-Selulosa: PP-g-MA 95:5:1 PP: α-Selulosa: PP-g-MA: BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 PP: α-Selulosa: BPO:DVB 95:5:1:1 0,0332 0,1000 0,0567 0,1076 0.0921 0,0564 0,0493 0,0673 0,0563 0,0289 0,0468 0,0177 0,0289 0,0367 0,0082 0,0192 0,0275 0,0177 0,0016 0,022 0,0017 0,0016 0,0017 0,0017 0,00169 0,0017 0,0017 Penguburan spesiman dilakukan pada beberapa jenis tanah selama 30 hari dengan pengamatan setiap 10 hari. Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan laju pengurangan massa yang tidak begitu besar. Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Forensic Science Researches Northrop and Rowe 1987 dalam jurnal Springer oleh Juergen Puls et al 2010 yang mempelajari efek lingkungan tanah terhadap biodegradasi selulosa menyatakan bahwa selulosa akan menunjukkan hasil yang signifikan selama 2 bulan dalam tanah yang basah lembab dan akan hancur seluruhnya dalam waktu 4 – 9 bulan. Namun demikian, besarnya penurunan massa spesimen matriks polimer komposit sejalan dengan lamanya waktu penguburan. Harga penurunan massa komposit biodegradabel yang terbesar adalah pada penguburan dalam tanah sampah lalu tanah kebun kemudian tanah pasir. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah nutrisi dalam tanah sampah lebih banyak Universitas Sumatera Utara dibandingkan tanah lainnya sehingga jumlah dan jenis mikrobanya juga lebih banyak. Oleh karena itu, terjadi kinerja yang sinergis antara kegiatan beberapa mikroba Basuki Wirjosentono, 1998. Tahap utama degradasi adalah pemutusan rantai utama membentuk fragmen – fragmen dengan berat molekul rendah oligomer yang dapat diasimilasi oleh mikroba. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat degradasi secara penanaman lebih cepat karena semua faktor yang memicu terjadinya degradasi terdapat di lingkungan luar. Berikut adalah tabel bilangan gelombang yang menunjukkan perubahan bilangan gelombang dari uji FTIR setelah penanaman selama 1 bulan hasil spektra FTIR dapat dilihat pada lampiran 10,11 dan 12 Bilangan gelombang FTIR komposit biodegradabel PP: α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 setelah penguburan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 setelah Penguburan Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-Selulosa : PP-g-MA 95 : 5 : 1 setelah penguburan 3346,41 3194,39 2841,0 2722,30 1645,40 1255,36 1458,6 1359,19-1376,4 899,37 O-H stretching C-H stretching CH 2 bending C-CH 3 bending C=C stretching C-O stretching CH 3 -CH 2 stretching CH 3 bending C-C bending Bilangan gelombang FTIR PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 setelah Penguburan dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 setelah Penguburan Universitas Sumatera Utara Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-Selulosa : BPO : DVB 95 : 5 : 1 : 1 setelah penguburan 2950,2 2722,44 1604,60 1255,47 899,52 709,52-808,52 CH 3 bending CH 2 bending C=C Stretching C-O stretching C-C bending Cincin benzene Bilangan gelombang FTIR PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 setelah penguburan dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Bilangan Gelombang PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 setelah Penguburan Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi PP : α-Selulosa : PP-g- MA : BPO : DVB 95 : 5 : 0,5 : 0,5 : 1 setelah penguburan 3347,45 3193,34 2953,0 2722,14 1747,46 1603,42 1452,0 1359,2-137760 1255,19 1044,26 899,23 699,47-808,20 O-H Stretching C-H Stretching CH 3 bending CH 2 bending C=O stretching C=C Stretching CH 3 -CH 2 stretching CH 3 bending C-O stretching C-O bending C-C bending Cincin benzene Berdasarkan tabel hasil FTIR setelah dikubur dalam tanah di atas menunjukkan adanya penghilangan gugus fungsi O-H stretching dan penurunan intensitas serapan gugus C=O. Penurunan berat molekul terutama disebabkan oleh pemutusan rantai secara hidrolisis atau oksidatif. Hidrolisis terjadi menggunakan lingkungan air dengan penambahan enzim atau pada kondisi non-enzimatis. Dalam hal ini, autokatalisis, Universitas Sumatera Utara panas, atau logam katalis juga menyebabkan hidrolisis. Pemutusan oksidatif terutama karena adanya oksigen, logam katalis, sinar UV, atau enzim. Kemungkinan Mekanisme Reaksi Penguraian: + nH 2 O O O C C O O C C H 2 H C C H 2 C H 3 C C H 2 C H 3 C C H 3 H C C C H 3 H C H 2 C C H 3 H 3 C C H 2 C H C H 2 C C O O O O I k a t s i l a n g Katalis H-O O-H C-O-H COH O O C C H 2 H C C H 2 C H 3 C C H 2 C C H 3 C C C H 3 C H 2 C H 3 C C H 2 C H C H 2 COH C-O-H O-H H-O O O Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Mekanisme Reaksi Penguraian di Alam Untuk hasil foto permukaan sebelum maupun sesudah penguburan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, hanya saja permukaan setelah penguburan sedikit lebih kasar Sebelum Ditanam Setelah Ditanam Gambar 4.8 Permukaan Komposit biodegradabel PP: α- Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 Sebelum ditanam Setelah Ditanam Gambar 4.9 Permukaan Komposit biodegradabel PP: α-s elulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 Mikroba Universitas Sumatera Utara Sebelum ditanam Setelah Ditanam Gambar 4.10 Permukaan Komposit biodegradabel PP: α- Selulosa:PP-g- MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

3.3 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa komposit biodegradabel dengan perbandingan PP:α-selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pembuatan Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Pati Biji Cempedak

2 67 64

Pembuatan Komposit Polipropilena Dengan Penguat Serat Polipropilena Terorientasi Dan Bahan Pengikat Anhidrida Maleat

0 36 90

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

1 6 71

KAJIAN SIFAT FISIKA MATRIKS KOMPOSIT POLIMER DARI POLIPROPILEN-POLIPROPILENA-G-MALEAT ANHIDRIDA DENGAN ALPHA-SELULOSA DARI BERBAGAI SERAT TUMBUHAN MENGGUNAKAN DIVINIL BENZENA SEBAGAI AGEN PENGIKAT SILANG.

0 6 9

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

0 0 13

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

0 0 2

Karakterisasi Komposit Terbiodegradasikan Dari Polipropilena, Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida Dan Tepung Biji Durian

0 0 5

Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

0 1 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

0 0 6

Pembuatan Komposit Biodegradabel dari α-Selulosa Ampas Tebu Bz 132 (Saccharum officinarum) dan Polipropilena dengan Menggunakan Polipropilena Tergrafting Maleat Anhidrida dan Divinil Benzena Sebagai Agen Pengikat Silang

0 0 21