No Jenis Sampel
Titik Leleh
o
C Titik
Dekomposisi
o
C 1
2
3
4 Polipropilena Murni
PP : α-Selulosa : PP-g-MA
95 : 5 : 1 PP :
α-Selulosa : PP-g-MA : BPO : DVB
95 : 5 : 0,5 : 0,5 : 1 PP :
α-Selulosa : BPO : DVB 95 : 5 : 1 : 1
165 150
150
150 350
370
380
380
Dari data termogram DTA polipropilena memperlihatkan adanya puncak endotermis pada suhu 165
o
C yang diidentifikasi sebagai temperatur leleh, dan adanya puncak eksotermis pada suhu 350
o
C sebagai temperatur terbakar. Adanya perubahan titik leleh dari polipropilena murni dengan komposit
biodegradabel yang dalam hal ini adalah hasil modifikasi hasil campuran diduga karena melemahnya sifat gugus ujung dari polipropilena sehingga dibutuhkan suhu
yang lebih rendah untuk melelehkan bahan tersebut. Namun pada temperatur terdekomposisi, hasil komposit biodegradabel menunjukkan kenaikan suhu
dibandingkan dengan polipropilena murni yang diduga karena semakin kuatnya interaksi antar bahan campuran sehingga hasil yang didapatkan lebih sukar terbakar.
4.3 Analisa Sifat Morfologi dengan Uji SEM Spectra Electro magnetic
Hasil dari analisis SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan yang diuji. Pada prinsipnya bila terjadi
perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan, dan perubahan struktur maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut
dapat dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah menjadi gelombang elektron
Universitas Sumatera Utara
yang dapat di tangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM. Gambar 4.3 adalah foto hasil SEM permukaan polipropilen yang diperbesar 1000 kali.
Gambar 4.3 Hasil Uji SEM dari Polipropilen Murni Pembesaran 1000 kali Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat permukaan dari polipropilen yang rata dan tidak
ada pori – pori yang terlihat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Hasil Uji PP: α-Selulosa:PP-g-MA 95:5:1 Pembesaran 1000 kali
Gambar 4.4 adalah hasil foto SEM permukaan komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:PP-g- MA 95:5:1 dengan pembesaran 1000 kali terlihat bahwa permukaan dari komposit
biodegradabel tersebut tidak rata dan menunjukkan adanya butiran-butiran kecil diatasnya yang mengindikasikan bahwa butiran tersebut adalah selulosa yang tidak dapat berinteraksi
dengan baik dengan polipropilena.
Gambar 4.5 Hasil Uji Komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 Pembesaran 1000 kali
Gambar 4.5 adalah hasil foto SEM permukaan komposit biodegradabel PP:α- Selulosa:BPO:DVB 95:5:1:1 dengan pembesaran 1000 kali terlihat bahwa permukanan
komposit yang dihasilkan tidak rata dan menunjukkan adanya butiran besar diatas permukaannya yang mengindikasikan bahwa butiran tersebut adalah selulosa yang tidak
dapat berinteraksi dengan polipropilena karena kurangnya agen pengkiat silang dalam hal ini polipropilena tergrafting maleat anhidrida.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Hasil Uji Komposit biodegradabel PP: α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB
95:5:0,5:0,5:1 Pembesaran 1000 kali Gambar 4.6 adalah hasil foto SEM permukaan komposit biodegradabel PP:α-Selulosa:PP-g-
MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 dengan pembesaran 1000 kali terlihat bahwa permukaannya rata dan tidak terdapat butiran seperti hasil SEM komposit sebelumnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara campuran bahan yang digunakan untuk membuat komposit biodegradabel ini dalam hal ini PP:α-Selulosa:PP-g-MA:BPO:DVB 95:5:0,5:0,5:1 dapat
berinteraksi dengan baik dan menghasilkan campuran yang rata.
4.4 Analisa Ketahanannya Terhadap Air dengan Uji Serapan Air