makanan dan air. Fungsi lubang bagi tikus sawah adalah sebagai tempat bernaung, tempat memelihara anak dan kelompok keturunan, serta menimbun makanan.
Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Serangan tikus dapat terjadi sejak di persemaian sampai pasca panen. Populasi tikus umumnya masih
rendah pada persemaian sampai fase vegetatif dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif.
Gejala serangan: 1. Adanya sarang dari batang rerumputan dan daun diantara vegetasi tanaman yang tumbuh di
lapangan 2. Adanya saluran lubang yang masuk ke dalam tanah yang tidak begitu basah atau tergenang
air 3. Adanya   lubang   yang   biasanya   dengan   diameter   yang   lebih   besar   dari   tubuh   tikus   dan
berbentuk bulat yang merupakan jalan masuk menuju saluran. 4. Adanya   lintasan   jalan   dimana   tikus   hilir   mudik   di   antara   pertanaman   tempat   makannya
dengan lubang persembunyiannya. 5. Adanya bekas-bekas kotoran tikus sepanjang lintasan
6. Adanya bekas-bekas telapak kaki tikus terutama pada tanah berlumpur 7. Adanya bentuk-bentuk kerusakan tertentu pada tanaman yang diakibatkan oleh tikus seperti
rebahnya tanaman karena pangkal batang putus, terutama pada tanaman-tanaman muda. Pada   kepadatan   populasi   rendah,   serangan   tikus   biasanya   bersifat   acak   terutama   di
bagian tengah petakan, sehingga belum tampak jelas dari pematang. Pada serangan berat, biasanya hanya menyisakan beberapa baris tanaman pinggir.
Pengelolaan: 1. Diupayakan agar waktu tanam dengan selang 10 hari dalam areal yang luas, sehingga
masa generatif  hampir  serentak.  Dengan  demikian masa perkembangbiakan tikus hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.
2. Mengurangi ukuran pematang, di sekitar sawah, sehingga mempersulit tikus membuat liang. Pematang sebaiknya berukuran  30 cm.
3. Memanfaatan musuh alami, antara lain burung hantu, elang, ular. 4. Melakukan   gropyokan,   penggenangan   lahan,   pemasangan   bambu   perangkap   dan
pemanfaatan jaring. 5. Pengemposan   dilakukan   pada   saat   tanaman   fase   generatif,   karena   pada   saat   tersebut
umumnya tikus tinggal di dalam liang. 6. Pengumpanan beracun menggunakan racun antikoagulan, karena kematian tikus oleh racun
ini   lambat   dan   kematian   umumnya   tidak   terlihat   karena   di   dalam   inang   sehingga   dapat menghindari jera umpan.
7. Yang harus diperhatikan dalam usaha pengendalian tikus sawah yakni harus terorganisasi dengan baik, melibatkan semua petani dan aparat pemerintah.
2. Penggerek Batang Padi
Di   Indonesia   dikenal   6   jenis   penggerek   batang   padi   Tabel   7.   Dari   ke-6   penggerek batang padi tersebut saat ini yang paling penting adalah PBPK terutama di pulai Jawa yang
memiliki jaringan pengairan baik. Sebelum tahun 1970 di Jawa  PBPP yang lebih dominan. Saat ini di Sulawesi Selatan dan daerah-daerah padi yang hanya dapat menanam padi satu kali
setahun   PBPP   lebih   penting   daripada   PBPK.   PBBBk   dan   PBPKH   sering   dijumpai   pada pertanaman   padi   yang   ditanam   dekat   dengan   tanaman   tebu   dan   jagung,   sedangkan   PBPB
sering menjadi masalah di tanaman padi yang ditanam di dataran yang agak tinggi.
73
Gejala serangan: Gejala   kerusakan   penggerek   batang   padi   umumnya   mirip.   Gejala   serangan   pada
pertumbuhan vegetatif disebut sundep sedangkan pada pertumbuhan generatif disebut beluk. Pada   pucuk   tanaman   tampak   menguning,   layu   dan   akhirnya   mengering.   Ulat   penggerek
merusak bagian pangkal titik tumbuh sehingga apabila tanaman ditarik dari titik tumbuhannya akan mudah lepas. Gejala beluk memperlihatkan malai padi yang tegak, berrwarna putih dan
hampa.
Tabel 7. Jenis Penggerek Batang Padi di Indonesia
No Nama Umum
Nama Latin
1 Penggerek batang padi kuning
PBPK Scirpophaga incertulas
2 Penggerek batang padi putih
PBPP Scirpophaga innotata
3 Penggerek batang padi
berrgaris PBPB Chilo suppressalis
4 Penggerek batang padi kepala
hitam PBPKH Chilo polychrysa
5 Penggerek batang padi berkilat
PBBBk Chilo auricilius
6 Penggerek batang padi merah
jambu PBPMj Sesamia inferens
Pengelolaan: 1. Pola tanam
Diusahakan   untuk   melakukan   tanam   serempak,   pergiliran   tanaman   dengan   tanaman bukan padi, penanaman varietas padi yang tahan penggerek batang.
Tanam serentak varietas genjah dengan selisih kurang dari 2 minggu meliputi hamparan seluas-luasnya   agar   pertumbuhan   tanaman   dan   masa   panen   dapat   serentak,   sehingga
tersedianya   sumber   makanan   bagi   penggerek   dapat   dibatasi.   Pengolahan   tanah   sebaiknya dilakukan pada masa bero di antara waktu tanam. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
padi   dapat   memutus   daur   hidup   penggerek   batang   padi.   Persemaian   dilakukan   secara berkelompok untuk memudahkan pemeliharaan dan pengumpulan kelompok telur penggerek.
2. Fisik dan mekanik Mengumpulkan   telur   sejak   di   persemaian   kemudian   dibunuh.   Pada   saat   panen
diusahakan   pemotongan   jerami   sampai   serendah   mungkin   untuk   mencegah   kesempatan berkepompong pada pangkal padi. Bila memungkinkan diikuti dengan penggenangan air agar
tunggul jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.
3. Eradikasi Pembabatan dan pengumpulan jerami lalu dibakar untuk memusnahkan sumber hama
penggerek batang padi. 4. Biologi
Memanfaatkan   musuh   alami   baik   predator   maupun   parasitoid   seperti  Conocephalus longipennis, Anaxipha sp, Metioche sp, Trichogramma sp, Telenomus sp, Xanthopimpla sp.
5. Kimiawi 74
Aplikasi   insektisida   untuk   pengendalian   harus   disesuaikan   dengan   keadaan   populasi hama, intensitas serangan dan umur tanaman. Insektisida yang digunakan harus dipilih yang
selektif, efektif dan diizinkan untuk digunakan pada tanaman padi.
3. Wereng Coklat Nilaparvata lugens Gejala serangan: