Aplikasi insektisida untuk pengendalian harus disesuaikan dengan keadaan populasi hama, intensitas serangan dan umur tanaman. Insektisida yang digunakan harus dipilih yang
selektif, efektif dan diizinkan untuk digunakan pada tanaman padi.
3. Wereng Coklat Nilaparvata lugens Gejala serangan:
Hama menyerang dengan cara menusuk dan menghisap cairan batang atau pelepah daun pada bagian pangkal, sehingga menyebabkan tanaman menjadi menguning dan
mengering. Kerusakan berat tampak tanaman seperti gejala terbakar hopperburn. Wereng coklat mengeluarkan cairan madu, yang dapat ditumbuhi cendawan jelaga, sehingga batangnya
berwarna hitam. Di samping sebagai hama utama tanaman padi, wereng coklat juga dapat bertindak sebagai vektor penyakit virus kerdil rumput grassy stunt dan virus kerdil hama
ragged stunt.
Pengelolaan: 1. Sistem tanam serempak dalam satu wilayah kelompok dengan selisih waktu tanam 2
minggu sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau tidak tersedia pakan terus-menerus. 2. Penanaman varietas unggul tahan wereng dapat menghambat perkembangan populasi dari
generasi ke generasi. Pergiliran varietas untuk menghindari timbulnya biotipe baru. 3. Diusahakan persemaian jauh dari lampu dan sumber penyakit virus
4. Menghindari pemupukan N secara berlebihan. 5. Eradikasi dan sanitasi tanaman
6. Memanfaatkan musuh alami seperti Anagrus sp, Tetrastichus sp, Microvelia sp, Ophionea
sp, Paederus sp. 7. Penggunaan insektisida dilakukan pada saat populasi dominan nimfa, dengan
memperhatikan perbandingan antara wereng coklat dengan musuh alami.
4. Wereng Hijau Nephotetix spp
Wereng hijau lebih dikenal sebagai pembawa atau vektor beberapa penyakit padi penting seperti penyakit kerdil rumput, tungro dan kerdil kuning.
Gejala serangan: Tanaman padi yang terserang menunjukkan gejala pertumbuhan kerdil, jumlah tunas
sedikit berkurang dan berwarna kuning. Apabila serangan terjadi pada waktu tanaman masih muda, maka jumlah tunas akan sangat berkurang. Malai yang dihasilkan biasanya steril dan
kecil. Gejala kerusakan tanaman padi oleh wereng lebih banyak diakibatkan serangan penyakit padi yang dibawanya terutama penyakit tungro yang merupakan penyakit padi terpenting di
Indonesia saat ini.
Pengelolaan: Pengelolaan hampir sama dengan pengelolaan wereng coklat.
5. Ganjur Orsealia oryzae
Hama ganjur terbatas menyerang dalam luasan sawah sempit dan terpencar-pencar terutama di Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera Selatan. Pada tahun 1975 sekitar 200.000 ha
sawah di Jawa Tengah dan Jawa Barat terserang hama ini.
Gejala serangan: Gejala serangan berupa puru yang akan tampak 3-7 hari setelah larva mencapai titik
tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi ganjur diantaranya 75
kelembaban, angin, cahaya, jenis dan jumlah pakan serta musuh alami. Kelembaban minimal 80 sangat mendukung perkembangan larva. Temperatur 26-29
C sangat sesuai bagi perkembangan hama ini.
Pengelolaan: Pengamatan rutin serangan ganjur harus dimulai sejak umur 7 hari setelah tanam.
Penanaman secara serentak minimal di satu wilayah kelompok, penggunaan varietas tahan, perlakuan benih dengan insektisida.
6. Hama Putih Palsu Cnaphalocrosis medinalis
Bukan merupakan hama utama meskipun kadangkala dilaporkan menyerang di Pantai Utara Jawa Barat dengan kerusakan 15. Larva lebih cocok hidup pada tanaman padi di musim
hujan. Pada musim kering larva lebih cocok hidup pada jagung. Inang hama putih palsu adalah padi, jagung, sorgum, rumput Echinocloa dan tebu.
Gejala serangan: Larva memakan daun sehingga menimbulkan bekas serangan berupa garis-garis putih.
Gejala serangan yang khas terlihat lipatan daun, larva makan dari dalam, menyebabkan daun menjadi kering dan berwarna putih.
Pengelolaan: 1. Sanitasi tanaman inang dan rumput liar di sekitar persawahan
2. Budidaya tanaman sehat, sehingga adanya serangan ringan dapat dikompensasi oleh
pertumbuhan tunas. 3. Pemanfaatan dengan musuh alami diantaranya Apanteles sp, Pentalitomastix sp, predator
laba-laba dan cocopet dari ordo Dermaptera
7. Kepinding tanah Scotinophora sp
Hama ini juga bukan hama utama padi. Serangannya tersebar dan tidak menimbulkan kerusakan ekonomis bagi petani.
Gejala serangan: Hama mengisap cairan pelepah dan batang padi. Bekas isapan menjadi coklat dengan
coklat tua pada tepinya. Daun pada rumpun yang terserang berat akan menjadi kering, lama- kelamaan semua daun kering dan akhirnya mati. Batang-batang menjadi busuk dan mudah
dicabut. Tanaman yang disukai hama ini terutama bibit di persemaian dan tanaman muda sampai 50-60 hari. Tanaman tua dapat juga terserang. Serangan dewasa mampu hidup dan
berkembangbiak selama 1-2 musim. Selama musim kemarau mengalami dormansi pada bongkahan tanah yang berumput. Pada saat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam
jumlah besar. Lebih menyukai keadaan basah atau lembab.
Pengelolaan: Pembajakan dan pembenaman tunggul-tunggul padi setelah panen akan dapat
mengurangi populasinya untuk musim tanam berikutnya. Pengeringan lahan sawah dapat menghambat perkembangan hama. Pemupukan saat tanaman terserang, sehingga tanaman
mampu mengkompensasi serangan. Sanitasi lahan dan lingkungan dari tumbuhan inang rerumputan juga dapat menghambat perkembangan kepinding tanah.
8. Walang Sangit Leptocorisa acuta