Lalat Kacang Agromyza phaseoli Penggerek polong Etiella zinckenella Gejala serangan:

3. Lalat Bibit Atherigona oryzae Gejala serangan:

Serangan terjadi pada tanaman umur 5-7 hari setelah tanam dengan tanda-tanda tanaman layu sebagai akibat kematian titik tumbuh. Pengelolaan: 1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan jagung dan padi 2. Tanam serempak dengan selisih waktu kurang dari 10 hari 3. Tanam lebih awal pada musim penghujan

C. HAMA-HAMA KEDELAI

Berbeda dengan padi sawah, kedelai mempunyai banyak jenis hama yang menyerang sejak di fase pembibitan sampai fase polong. Hama tanaman merupakan faktor pembatas utama produksi kedelai di Indonesia. Karena serangan hama tinggi, produksi selalu rendah sehingga kita tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional yang selalu meningkat setiap tahunnya. Saat ini kita harus mengimpor kedelai lebih dari satu juta ton. Karena banyak serangan hama, penggunaan pestisida kimia relatif sangat tinggi, rata-rata satu musim aplikasi pestisida sekitar 4-5 kali. Urutan 6 besar hama-hama kedelai adalah: 1 Lalat kacang, 2 Penggerek polong, 3 Tikus, 4 Ulat grayak, 5 Penggulung daun dan 6 ulat jengkal. Di samping menghadapi serangan hama kedelai juga menghadapi serangan banyak penyakit virus yang vektornya adalah serangga Bemisia sp dan Aphis sp. Hama-hama kedelai dapat dikelompokkan menurut fase pertumbuhan kedelai yang diserang yaitu: a. Lalat menyerang bibit seperti Agromyza sp b. Hama-hama pemakan daun seperti Spodoptera sp, Phaedonia sp, Plusia sp c. Hama-hama pengisap daun seperti Empoasca sp, Bemicia sp, Aphis sp d. Hama-hama pegisap polong seperti Riptortus sp, Nezara sp e. Hama-hama penggerek polong seperti Etiella sp dan Heliothis sp. Berikut diuraikan sedikit sifat, perilaku dan cara pengendalian hama-hama kedelai menurut urutan bahayanya.

1. Lalat Kacang Agromyza phaseoli

Paling sedikit ada 3 spesies lalat kacang yaitu A. phaseoli, A. ojae dan A. dolichostigma. Yang pertama merupakan yang paling penting. Stadia larva merupakan stadia yang merusak tanaman kedelai fase perkecambahan dan tanaman muda. Gejala serangan: Gejala awal berupa tanda bintik-bintik putih pada keping biji, daun pertama atau daun kedua. Bintik-bintik tersebut merupakan bekas tusukan alat peletak telur pada pangkal kotiledon dan pangkal daun. Pada keping biji dan pasangan daun pertama terdapat alur atau garis berkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan. Akibat gerekan jaringan pengangkut terputus, sehingga akar mati tanaman layu dan mati. Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14-30 hari. Pengelolaan: 78 1. Pergiliran tanaman dengan tanaman non Leguminosae 2. Seed treatment 3. Penggunaan mulsa jerami 4. Tanam serentak dengan selisih waktu antara tanam awal dan tanam akhir tidak lebih dari 10 hari, dilakukan pada areal yang cukup luas.

2. Penggerek polong Etiella zinckenella Gejala serangan:

Tanda serangan berupa lubang gerekan berbentuk bundar pada kulit polong. Apabila terdapat dua lubang gerek pada polong tersebut berarti ulat sudah pergi. Di dalam polong terserang terdapat butir-butir kotoran ulat yang berwarna kuning atau coklat muda yang menggumpal. Akibat serangan hama ini dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Telur diletakkan pada malam hari, pada bagian bawah kelopak bunga atau pada polong secara berkelompok. Populasinya tinggi pada saat musim kemarau daripada musim hujan. Pengelolaan: 1. Pemantauan dini 2. Tanam serempak pada areal yang luas 3. Sanitasi terhadap inang alternatif 4. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang 5. Untuk daerah endemis penggerek polong, perlu diterapkan penanaman tanaman perangkap. 6. Pemanfaatan musuh alami seperti Apanteles sp, Trichogramma sp, Tachinidae, predator Lycosa sp dan Oxyopes sp 7. Pengendalian dengan insektisida efektif dilakukan apabila populasi hama telah mencapai ambang pengendalian

3. Ulat Grayak Spodoptera litura Gejala serangan: