terhadap masa depan anaknya tersebut. Bahkan sampai mempengaruhi cita-cita mereka sendiri sebagai seorang anak, karena rasa bangga dan hebatnya peranan
ibu mereka dalam mengasuh dan mendidik mereka.
2.5 Kisah Kehidupan Tentang Pengarang Michiyo Inoue
Michiyo Inoue lahir dari keluarga miskin di Osaka. Michiyo lahir tanpa sosok seorang ayah. Ibunya adalah seorang pelayan di sebuah klab malam di
Osaka. Pada suatu hari ibunya menjalin hubungan asmara dengan seorang pria yang menyebabkan ia hamil, namun pria itu tidak mau bertanggung jawab atas
kehamilannya tersebut. Kemudian lahirlah Michiyo kecil dengan status anak haram dari hasil hubungan tanpa status pernikahan ibunya tersebut. Tidak lama
setelah Michiyo dilahirkan, ia dititipkan ke rumah kakek dan neneknya di Fukuoka. Sementara ibunya kembali ke Osaka seorang diri. Di Fukuoka, Michiyo
kecil dirawat oleh bibinya yang berumur 24 tahun. Karena kehidupan yang pas- pasan, Michiyo kecil tidak pernah diberi air susu, ia hanya diberi air tajin yang
dicampur gula. Saat usia Michiyo 3 tahun, bibinya menikah dan meninggalkan rumah
nenek dan kakeknya. Lalu ia dirawat oleh nenek dan kakeknya saja. Neneknya orang yang keras, namun kakeknya memiliki rasa perhatian yang penuh
kelembutan. Sejak kecil Michiyo sudah diajarkan untuk bekerja bermacam- macam hal oleh neneknya. Mulai dari membersihkan rumah dan halaman,
merawat ternak ayam, bahkan berdagang telur dari peternakan kecil yang mereka miliki.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat Michiyo duduk dikelas 3 SD, kakeknya meninggal dunia. Sejak saat itu Michiyo bekerja semakin giat untuk memenuhi kebutuhan hidup ia dan
neneknya. Ibunya tidak pernah sekalipun mengirimkan uang kepada mereka. Pada saat SMP diusia 13tahun, Michiyo dibawa leh ibunya kembali karena
ibunya telah kembali ke Kurume dan mendirikan kedai minuman. Tinggallah neneknya eorang diri dirumah tanpa ada yang menemani. Setelah tinggal dengan
ibunya, Michiyo dijadikan pelayan di kedai minuman ibunya sepulang dari sekolah. Ia harus mengantarkan makanan dan minuman ke tamu, serta
menuangkan minuman dan menemani para tamu di kedai ibunya. Pada saat usia 14 tahun, Michiyo mendapat kabar bahwa neneknya telah
meninggal dunia. Tetapi ia tidak bisa pergi menghadiri pemakaman neneknya, karena dipaksa oleh ibunya bekerja. Di usia 15 tahun, Michiyo kabur dari rumah
ibunya dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah penginapan. Tetapi setelah itu Michiyo bekerja sebagai hostes di Fukuoka. Akhirnya diusia 30 tahun,
Michiyo mendirikan sebuah rumah makan kecil yang diberi nama “Nodate”. Saat
usia 36 tahun, Michiyo menjalin hubungan asmara dengan seorang pria yang bernama Tsutomu yang berusia 48 tahun. Michiyo akhirnya hamil diluar nikah.
Sementara Tsutomu yang berniat untuk menikahinya meninggal dunia dalam kecelakaan saat Tsutomu pergi dinas keluar kota ke Hiroshima.
Saat 7 bulan kehamilannya, Michiyo-pun melahirkan anaknya dalam keadaan “super prematur” dan diberi nama Miyuki. Di usia 5 bulan, anaknya
Miyuki divonis mengalami kebutaan permanent karena kegagalan retina mata yang diderita oleh anak-anak yang lahir prematur. Sejak keluar dari rumah sakit ia
merawat anaknya seorang diri. Akhirnya kesabaran dan ketekunannya merawat
Universitas Sumatera Utara
anaknya Miyuki selama 15 tahun terbayar, saat miyuki memenangkan lomba pidato se-Kyushu. Beranjak dari kemenangan pidato Miyuki inilah merupakan
awal terbitnya novel biografi dan memori ibu dan anak ini. Setelah kemenangan pidato tersebut Miyuki sangat rajin menuliskan kisah hidupnya dalam catatan diari
miliknya dan kemudian diangkat menjadi novel yang berjudul “Aku Terlahir 500gr dan Buta” karangan Miyuki Inoue. 1 tahun kemudian Michiyo Inoue juga
mengeluarkan novel karangannya sendiri yang berjudul “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” dan menjadi “best seller” di jepang. Novelnya ini berisikan
cerita kehidupannya sebagai seorang ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya seorang diri.
2.6 Studi Pragmatik dan Semiotik 2.6.1 Pragmatik