Defenisi Novel TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “HIDUPLAH ANAKKU IBU

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “HIDUPLAH ANAKKU IBU

MENDAMPINGIMU”, STUDI PRAGMATIK DAN SEMIOTIK

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia ‘novella’ yang dalam bahasa Jerman : novella. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek Abrams, dalam Nurgiyantoro, 1998:9. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya karya sastra, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel. Sebab fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, seperti novel. Fiksi menceritakan barbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa cerita rekaan atau khayalan, tak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya yang imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan model-model kehidupan sebagimana yang Universitas Sumatera Utara diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan. Novel sebagai sebuah karya fiksi juga menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinier, yang dibangun melalui berbagai unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajinier. Kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang dibuat mirip, diimitasikan dan atau dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiw dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi serta terlihat berjalan dengan sistem koherensinya sendiri. Nurgiyantoro 1998:18-20 membagi novel dalam 2 golongan, yaitu novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel golongan ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab novel populer pada umumnya bersifat artificial, hanya bersifat secara sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel populer biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang memberikan isi cerita yang serba berkemungkinan, jadi dituntut konsentrasi yang tinggi untuk dapat memahami cerita yang dipaparkan didalamnya. Pengalaman dan permasalahan kehidupan Universitas Sumatera Utara yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius disamping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak, mengajak untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Ini merupakan keunggulan dari novel serius sehingga tetap bertahan sepanjang masa dan tetap menarik sepanjang masa. Sementara itu Goldman dalam Faruk 1994:17-19, mendefenisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegredasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegredasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Nilai-nilai otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai0nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas. Dengan pengertian tersebut, nilai-nilai otentik tersebut hanya dapat dilihat dari kecenderungan terdegredasinya dunia dan problematiknya sang hero. Karena itu, nilai-nilai itu hanya ada dalam kesadaran penulispengarang novelis, dengan bentuk yang konseptual dan abstrak. Novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan itulah yang menyebabkan dunia dan hero menjadi sama-sama terdegredasi dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang otentik yang berupa totalitas diatas. Keterpecahan itu pula yang membuat sang hero menjadi problematik. Berdasarkan teori Lukacs, Goldman membagi novel menjadi 3 jenis: Universitas Sumatera Utara 1. Novel “Idealisme Abstrak” Disebut demikian karena novel ini menampilkan 2 hal. Pertama, dengan menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia, novel itu masih memperlihatkan idealisme. Kedua, walaupun memperlihatkan idealisme akan tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak. 2. Novel “Romantisisme Keputusasaan” Novel jenis ini menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas. Kesadarannya lebih luas daripada dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia. Itu sebabnya, sang hero cenderung pasif dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata. 3. Novel “Pendidikan” Novel jenis ini memaparkan bahwa sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia. Karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan. Karena mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan itu. Jadi, berdasarkan pada paparan defenisi novel diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa novel yang menjadi objek kajian penelitian penulis merupakan novel serius dan novel pendidikan. Dikarenakan novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” selain menjadi bacaan yang bersifat memberi hiburan juga didalamnya ada makna tujuan khusus yang diberikan pengarangnya Michiyo Inoue kepada pembacanya. Salah satunya yaitu pembelajaran semangat hidup yang pantang menyerah dan putus asa. Disini tokoh utama yang merupakan seorang ibu merupakan hero untuk anaknya yang menderita kebutaan. Hero ini Universitas Sumatera Utara adalah Michiyo Inoue yang merupakan orang tua tunggal yang pernah gagal dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. Karena bayangan kegagalan tersebut maka Michiyo mencurahkan seluruh semangat hidupnya kepada anaknya yang buta Miyuki agar memiliki kehidupan yang baik daripada kehidupan ibunya Michiyo sebelumnya.

2.2 Resensi Novel