4. Karya sastra dapat meningkatkan intelegensi bagi para pembacanya karena
membuat pembaca berpikir. Dimana karya sastra bukanlah sama dengan karya ilmiah. Karya sastra banyak memiliki arti yang tersembunyi dan
banyak menggunakan simbol dan kiasan. Oleh sebab itu untuk memahami suatu karya sastra diperlukan suatu pengetahuan dari pembacanya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan pragmatik untuk menelaah novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” agar para pembaca
nantinya dapat mengerti fungsi dari novel ini. Sedangkan untuk mengetahui indeksikal adanya nilai-nilai pragmatik yang ada didalam novel ini, penulis
mencoba menggunakan pendekatan semiotik didalam pembahasannya nanti.
1.4.2 Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pragmatik dan resepsi sastra yang dikemukakan oleh Endraswara dalam bukunya yang berjudul
Metodologi Penelitian Sastra, sebagai landasan teori dalam menganalisis novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu”. Endraswara 2008:115-116
mengatakan bahwa, pragmatik sastra adalah cabang penelitian yang kearah aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul, atas dasar ketidakpuasan terhadap
penelitian struktural murni yang memandang karya sastra sebagai teks itu saja. Kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra
dari aspek permukaan saja. Maksudnya disini, kajian struktur sering melupakan aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna. Oleh sebab itu,
muncul penelitian pragmatik, yakni kajian sastra yang berorientasi pada kegunaan karya sastra bagi pembaca. Aspek kegunaan sastra ini dapat diungkap melalui
Universitas Sumatera Utara
penelitian resepsi pembaca terhadap cipta sastra. Oleh sebab itu, dalam novel ini penulis menganalisis penokohan tersebut dengan cara mengambil beberapa
cuplikan teks dalam novel yang diprediksikan mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi pembaca. Kemudian cuplikan teks tersebut dideskripsikan
berdasarkan fakta yang ada dengan menggunakan resepsi sastra. Dari aspek pragmatik, teks sastra dikatakan berkualitas apabila memenuhi
keinginan pembaca. Karena itu, aspek pragmatik terpenting manakala teks sastra mampu menumbuhkan kesenangan bagi pembaca. Pembaca sangat dominan
dalam pemaknaan karya sastra. Memang harus diakui bahwa penelitian sastra, masih sering enggan lepas dari teks sastra. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
dominannya kritik teks dan teori sastra. Padahal, aspek penelitian pembaca sastra yang dikenal dengan sebutan pragmatik sastra justru tidak kalah pentingnya bagi
perkembangan sastra. Melalui resepsi pembaca itu, akan diketahui seberapa jauh karya tersebut berguna bagi sasarannya.
Dalam penelitian ini teks-teks sastra yang akan dikaji adalah bersumber dari novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” sebagai objeknya. Melalui
pendekatan ini, penulis dapat menginterpretasikan, nilai-nilai pragmatik dari penokohan Michiyo Inoue yang terkandung dalam novel “Hiduplah Anakku Ibu
Mendampingimu” yang diprediksikan dapat berguna bagi pembaca. Kemudian untuk mengetahui bagaimana indeksikal nilai pragmatik yang
ada dalam cuplikan isi novel tersebut agar mengetahui penokohannya dan dapat bermanfaat serta berguna bagi pembacanya, penulis akan menggunakan
pendekatan semiotik. Menurut Sobur 2004:13,17, bahwa istilah semiotika atau semiotik, yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik
Universitas Sumatera Utara
Amerika, Charles Sanders Peirce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda- tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda; tak hanya
bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-
tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas.
Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk
pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang
dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi. Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak
memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti significant dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang
menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan signifie sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Melalui pendekatan inilah
penulis mencoba menginterpretasikan setiap tanda yang ada agar diketahui bagaimana penokohan Michiyo Inoue agar dapat menjadi suatu masukan bacaan
dan acuan yang bagus bagi pembaca.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian