Sinopsis Cerita Novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu”

BAB III ANALISIS PENOKOHAN MICHIYO INOUE DALAM CERITA NOVEL

“HIDUPLAH ANAKKU IBU MENDAMPINGIMU” DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

3.1 Sinopsis Cerita Novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu”

Novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu” menceritakan pengalaman Michiyo Inoue dalam membesarkan Miyuki Inoue. Michiyo Inoue juga menceritakan sejarah hidupnya mulai dia berkenalan dengan Tsutomu, ayah bayinya, sampai sejarah panjang kehidupannya membesarkan anak seorang diri. Meskipun tidak disetujui oleh calon mertuanya, Michiyo berencana menikah dengan Tsutomu. Namun, sebelum pernikahan berlangsung, Tsutomu ditugaskan di luar ota selama satu minggu. Satu minggu berlalu, Michiyo belum mendapat kabar dari Tsutomu, sampai akhirnya dia mendapat telepon dari salah seorang teman kerja Tsutomu, bahwa Tsutomu telah meninggal karena kecelakaan. Berita ini menjadi awal mula sejarah panjang perjuangan Michiyo. Depresi hebat dialami oleh Michiyo. Sepeninggalan Tsutomu, yang tersisa dalam diri Michiyo adalah benih yang tertanam di rahimnya. Michiyo telah mengandung anak Tsutomu. Depresi hebat yang dialami berat oleh Michiyo membuat bayi yang dikandungannya harus lahir sebelum waktunya. Seharusnya bayi berada dalam kandungan seorang ibu selama 40 minggu. Tetapi, bayi Michiyo lahir ketika dalam kandungan selama 20 minggu saja. Dia menyesali peristiwa yang terjadi atas nasib anaknya. Tetapi dia tidak kehilangan semangat. Universitas Sumatera Utara Michiyo bertekad akan membesarkan Miyuki dengan seluruh kekuatannya. Michiyo menamai anaknya Miyuki. Miyuki lahir pada tanggal 21 Agustus 1984, dengan berat hanya 500 gram, superprematur. Keadaan Miyuki saat itu sungguh mengkhawatirkan. Setelah lahir ke dunia, Miyuki harus berdiam dalam tabung incubator selama beberapa bulan. Bahkan, dokter telah menyatakan bahwa Miyuki tidak akan bertahan hidup lebih lama lagi. Sebagai seorang ibu, Michiyo tidak pernah putus asa. Dia memberikan dorongan batin pada Miyuki agar terus tetap hidup. Disamping incubator anaknya, sambil menyentuh jemari kecil anaknya, Michiyo berkata “hiduplah anakku ibu mendampingimu.” Meskipun dokter dan perawat memvonis Miyuki tidak sanggup hidup lebih lama, dia tetap mempunyai semangat dan keyakinan bahwa Miyuki bisa melewati masa kritisnya. Hasilnya memang sungguh luar biasa. Kekuatan cinta seorang ibu pada anaknya mengalahkan apapun. Miyuki dapat melewati masa- masa kritis saat dalam incubator. Namun, kenyataan pahit belum berhenti sampai disitu. Michiyo harus menerima kenyataan pahit. Karena terlalu lama dalam tabung incubator, Miyuki mengalami kebutaan. Kekuatan dan kesabaran Michiyo tidak pernah berhenti untuk membesarkan miyuki. Meskipun Miyuki itu buta, michiyo menganggap tidak buta. Michiyo mendidik Miyuki dengan keras. Michiyo berharap Miyuki menjadi tidak cengeng dan tidak mengandalkan orang lain meskipun buta. Tindakan keras yang dilakukan Michiyo kadang kala membuat ibu dan anak itu sering bertengkar hebat, tetapi beberapa jam kemudian berbaikan lagi. Universitas Sumatera Utara Dalam novel ini, begitu banyak digambarkan suka dan duka yang dialami Michiyo dalam mendidik Miyuki. Demikian juga Miyuki, banyak suka dan duka yang dialami saat dididik oleh ibunya, Michiyo. Ibunya michiyo mungkin tidak mengerti bagaimana cara menghadapi Michiyo. Sementara Michiyo tidak berpikir bahwa memercayai cinta kasihnya kepada anaknya sendiri adalah sesuatu yang baik. Ada sisi dalam cara Michiyo membesarkan anak yang bisa disebut “tanpa kasih sayang”. Akan tetapi, Miyuki menerimanya begitu saja tanpa menjadikan itu sisi negative. Setiap hari Michiyo mengalami kegagalan serta pertengkaran yang hebat. Baik Michiyo ataupun Miyuki berjuang untuk menghadapi kenyataan setiap harinya. Tanpa pernah membenci kecacatan yang disandangnya, Miyuki tumbuh menjadi anak yang mempunyai hati yang siap menghadapi segala sesuatunya dengan penuh semangat. Michiyo sangat bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan padanya. Michiyo hanya ingin memenuhi janjinya pada Miyuki dulu, yaitu ingin membuat bunga Miyuki mekar dan membuat Miyuki bahagia. Entah sampai kapan janji itu mampu terpenuhi dan menjadi kenyataan, Michiyi hanya bisa berusaha menyirami bunga itu dengan penuh cinta dan kasih sayang. Segala pengorbanan Michiyo lakukan hanya untuk Miyuki seorang. Membagi waktu, bekerja, menjual apa yang ia miliki dan berusaha untuk kehidupan mereka berdua, Michiyo lakukan dengan rela tanpa sedikitpun memikirkan kesenangannya sendiri. Michiyo hanya melakukannya untuk Miyuki. Seluruh pengorbanan jiwa dan raganya hanya dipersembahkan untuk Miyuki seorang. Hidupnya sepenuhnya hanya untuk Miyuki saja. Universitas Sumatera Utara 3.2 Analisis Pragmatik Cuplikan Cerita Untuk dapat mengetahui bagaimana penokohan Michiyo Inoue yang ada dalam novel “Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu”, penulis akan melakukan penganalisisan terhadap beberapa cuplikan teks novel yang diprediksi mengandung nilai pragmatis dari penokohannya tersebut. Beberapa cuplikan teks yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: Cuplikan 1 ………Hampir setiap hari aku pergi ke taman dan mengajaknya bermain, disana dia menyentuh apa saja yang ada disana. ……… “Nah, disini gerbang taman. Ayo, kamu jalan mulai dari sini, kita hitung sama-sama ya berapa langkah supaya sampai di bak pasir? Yuk mulai Satu, dua, tiga, empat, lima…”…… Beginilah caraku mengajari konsep jarak. ……… “Miyuki, ini pasir. Mana tanganmu, coba rasakan pasir itu seperti apa, dan kamu akan bisa membedakan antara pasir dan tanah yang setiap harinya kamu pijak.” Aku mengajarkannya untuk membedakan antara tanah dan pasir dengan menyentuh keduanya. Dengan tangannya Miyuki meremas-remas pasir kemudian tanah. Tangannya jadi kotor. Tapi tidak apa-apa, yang penting dia bisa manambah pengetahuannya. ……… Kemudian Miyuki berjalan sendiri seperti yang dilakukannya di rumah. Hanya beberapa langkah, lalu dia terjatuh. Dia menangis karena kaget. Aku berusaha keras menahan diri untuk tidak langsung menolongnya. Aku ingin Miyuki merasakan sesuatu dari hasil perbuatannya sendiri. Rasa sakit jika jatuh akan membuatnya lebih berhati-hati melangkah. Anakku harus mandiri. ……… Universitas Sumatera Utara Aku ingin Miyuki menganggap terjatuh itu adalah sesuatu yang wajar, bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, makanya, aku harus bisa tenang tidak mudah panik, tetap menunggu sampai dia terdiam lalu berusaha bangun lagi. halaman 59-61 Analisis pragmatik cuplikan 1: Di dalam cuplikan tersebut Michiyo bercerita bahwa ia mengajak anaknya Miyuki bermain di taman. Michiyo ingin mengajarkan kepada Miyuki tentang hal-hal yang ada disana. Michiyo pun membebaskan Miyuki untuk menyentuh beragam hal yang ada di taman itu. Nilai pendidikan yang dapat di ambil dari tindakan Michiyo tersebut adalah sebagai orang tua sudah seharusnya mengajarkan anak mulai dari hal kecil yang ada disekitarnya terlebih dahulu untuk beranjak kesesuatu yang lebih besar lagi. Kemudian memperkenalkan si anak terhadap lingkungan sekitarnya dapat membiasakan si anak terhadap keadaan yang ada disekitarnya, dan pengalaman tersebut dapat menjadi ter-input langsung kedalam ingatan si anak sehingga ia kenal kepada lingkungan dimana ia tinggal. “Nah, disini gerbang taman. Ayo, kamu jalan mulai dari sini, kita hitung sama-sama ya berapa langkah supaya sampai di bak pasir? Yuk mulai Satu, dua, tiga, empat, lima…”. Disini Michiyo mencoba memperkenalkan kepada Miyuki gerbang taman yang mereka datangi. Michiyo mencoba mengajarkan berapa langkah yang harus ditempuh Miyuki agar Miyuki sampai ke bak pasir yang ada di taman tersebut. Satu, dua, tiga, empat, lima… inilah cara yang diajarkan Michiyo kepada Miyuki. Dengan cara seperti ini dimaksudkan agar Miyuki mengenal seberapa jauh jarak yang harus ditempuhnya agar sampai ke bak pasir tersebut. Nilai pendidikan yang Universitas Sumatera Utara dapat di ambil adalah pada saat kita pertama kali memberikan pengalaman baru kepada seorang anak. Harus dimulai secara perlahan-lahan. Dimulai dengan memperkenalkan benda yang satu ke benda satu lainnya secara beriringan dengan dilakukannya interaksi langsung jadi si anak mendapat pengalaman baru yang telah dirasakan oleh dirinya sendiri. Cara perhitungan langkah yang diterapkan Michiyo kepada Miyuki dapat menjadi cara awal memperkenalkan konsep jarak langkah kepada anak sekaligus mulai belajar berhitung. “Miyuki, ini pasir. Mana tanganmu, coba rasakan pasir itu seperti apa, dan kamu akan bisa membedakan antara pasir dan tanah yang setiap harinya kamu pijak.” Aku mengajarkannya untuk membedakan antara tanah dan pasir dengan menyentuh keduanya. Dengan tangannya Miyuki meremas-remas pasir kemudian tanah. Tangannya jadi kotor. Tapi tidak apa-apa, yang penting dia bisa manambah pengetahuannya. Seperti yang telah penulis katakan sebelumnya bahwa cara efektif memberikan pengalaman kepada seorang anak adalah dengan cara memberikan interaksi langsung terhadap suatu benda kepada si anak. Walaupun dalam pembelajaran tersebut harus kotor. Disini Michiyo mencoba memberitahukan perbedaan antara tanah dan pasir dengan cara membiarkan Miyuki menyentuhnya secara langsung. Nilai pendidikan yang dapat dipetik dari cuplikan tersebut adalah biarkan anak belajar dengan sendirinya. Bebaskan dia dari segala larangan agar anak bisa dengan bebas mencari tahu sendiri apa yang disentuh olehnya. Walaupun akan membuat anak menjadi kotor tapi ada nilai positif yang dapat dialaminya sendiri, yaitu pengetahuan akan sesuatu yang dipegang olehnya secara langsung tadi. Universitas Sumatera Utara ……Dia menangis karena kaget. Aku berusaha keras menahan diri untuk tidak langsung menolongnya. Aku ingin Miyuki merasakan sesuatu dari hasil perbuatannya sendiri. Rasa sakit jika jatuh akan membuatnya lebih berhati-hati melangkah. Anakku harus mandiri. Nilai pendidikan yang ada dalam cuplikan tersebut adalah tidak harus setiap saat kita harus menolong penderitaan yang dialami seorang anak, misalnya saat ia terjatuh. Membiarkannya sendiri kadang harus kita lakukan agar anak bisa berusaha untuk bangkit dari suatu kesalahan yang telah dibuat olehnya sendiri. Jadi anak akan berhati-hati dalam melangkah kelak. Sehingga ia akan terbiasa dengan hal itu dan menganggap itu hal yang biasa saja dan tidak perlu dikhawatirkan karena ia akan berusaha untuk bangkit lagi, berusaha yang lebih baik lagi. Dari segi pragmatis bila dilihat dari penganalisaan yang ada di paragraf- paragraf sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa Michiyo mempunyai penokohan yang mendidik, namun ada sisi dalam wataknya yang sedikit keras jadi membuat dirinya seperti acuh dan tidak peduli sama sekali kepada anaknya. Michiyo juga memiliki watak menerima hal baru dan mau belajar akan suatu hal yang baru itu dan menerimanya dengan sikap yang positif. Selain itu, ia sangat penyabar dan pengertian. Disini Michiyo berusaha mengaplikasikan peranannya sebagai wanita rumah tangga dan juga sebagai wanita pendidik bagi anaknya yang masih kecil yang baru saja pandai berjalan. Michiyo berusaha meneruskan kebiasaan masyarakat Jepang pada umumnya yang biasa dilakukan oleh seorang wanita yaitu untuk melaksanakan Ikuji yaitu meletakkan dasar pendidikan berperilaku sejak dini kepada anak-anaknya, Universitas Sumatera Utara terutama pada usia tiga tahun pertama masa perkembangan pesat otak seorang anak. Usia tiga tahunan pertama yaitu usia satu sampai tiga tahun hingga menjelang usia empat tahun. Nilai pendidikan yang diajarkan dari penokohan Michiyo Inoue adalah jangan pernah melarang seorang anak yang ingin mengetahui hal-hal yang baru yang ada disekitarnya. Biarkan ia melakukan hal yang baru agar ia tahu. Walaupun yang disentuhnya untuk mengetahui hal yang baru itu jorok, cukup awasi dan jangan mengganggu ia mendapatkan ilmunya sendiri. Biarkan ia menumbuhkan rasa percaya dirinya, sikap mandirinya, dan rasa keingin- tahuannya sendiri. Karena itu merupakan tanda-tanda tumbuh ke arah dewasa di dirinya. Melalui rasa keingin-tahuannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Sehingga ada pengalaman langsung yang ter-input ke dalam otak anak tersebut. Cuplikan 2: Disaat-saat kami sedang menikmati kebersamaan ada saja yang melukai hati. Suatu saat, ada orang yang saling berbisik “anak itu buta”, lalu menghindari kami berdua. ……… Tapi kurasa kejadian-kejadian yang kami alami walaupun menyakitkan seperti itu memang harus terjadi, supaya bisa memicu semangat Miyuki untuk berusaha lebih baik daripada orang normal. ……… Tetapi lihatlah sekarang. Aku sangat menikmati membesarkan Miyuki dan setiap pagi memikirkan apalagi yang bisa kami lakukan bersama. Wajar kalau orang akan berpikiran salah terhadap segala sesuatu yang tidak mereka pahami atau belum pernah mereka alami. Universitas Sumatera Utara Aku pun ingin menghilangkan pemikiran yang salah itu dengan sebanyak mungkin mengajak Miyuki tampil di depan umum, dan memperlihatkan kepada mereka betapa sehat dan cerianya Miyuki. ……… halaman 65-66 Analisis pragmatik cuplikan 2: Dalam cuplikan di atas Michiyo menceritakan pengalamannya saat dicemooh oleh orang yang ada di sekitarnya saat sedang bersama Miyuki. Namun Michiyo hanya menanggapinya dengan biasa saja. Michiyo menerima segala perlakuan yang orang berikan kepada mereka berdua Tapi kurasa kejadian-kejadian yang kami alami walaupun menyakitkan seperti itu memang harus terjadi, supaya bisa memicu semangat Miyuki untuk berusaha lebih baik daripada orang normal. Dalam cuplikan tersebut Michiyo menganggap bahwa ejekan itu hanya dianggapnya sebagai suatu motivasi dan pendorong agar ia bisa berusaha lebih baik lagi dan menunjukkannya di masyarakat bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang bisa orang lain lakukan. Nilai pendidikan yang diajarkan oleh Michiyo adalah dalam menanggapi ejekan dan cemoohan dari orang lain hadapilah dengan ketenangan dan kesabaran. Anggaplah semua itu adalah kata- kata yang mengandung nasihat. Jadi kita harus bisa menunjukkan kepada mereka dari ejekan dan cemoohan itu kita bisa bangkit dan berhasil lebih dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Jadi anggaplah bahwa ejekan dan cemoohan dari orang itu adalah kata-kata penyemangat untuk kita untuk berusaha sesuatu. Inilah sikap Michiyo yang menerima keberadaan Miyuki beserta kecacatannya. Kenyataan pahit yang diterimanya tentang masalah hilangnya Universitas Sumatera Utara kemampuan melihat Miyuki, setelah dijalani, Michiyo merasa sangat terpacu untuk bersaing dengan anak normal lain yang mampu melakukan sesuatu hanya dengan sekali melihat saja. Oleh sebab itu, Michiyo berusaha membuang pemikiran salah dan tidak menerima tersebut sejauh-jauhnya. Sekarang ia hanya ingin memperlihatkan bahwa orang cacat juga bisa melakukan yang orang normal lakukan. Dengan mengajak Miyuki tampil di depan umum, dan memperlihatkan kepada mereka betapa sehat dan cerianya Miyuki walaupun ia buta. Nilai pragmatis yang dipaparkan dicerita ini mengenai penokohan Michiyo Inoue adalah suatu bentuk kekurangan bukanlah akhir dari segala sesuatunya bila kita menjalaninya dengan sepenuh hati. Ejekan dan cemoohan janganlah dijadikan alasan kejatuhan kita, kita harus bangkit dan menunjukkan kepada mereka kalau kita bisa. Watak dasar yang dimiliki Michiyo dalam cerita ini adalah cuek dan tidak menyerah akan suatu keburukan. Oleh sebab itu, Michiyo bangkit atas dasar keburukan tersebut. agar menghasilkan kebaikan. Serta ingin menunjukkan dari kekurangan yang dimiliki tersebut bahwa Miyuki juga bisa seperti halnya mereka yang tidak memiliki kekurangan seperti dia. Menunjukkan kepada publik bahwa kekurangan tersebut diterima dengan senang hati dan terus menjalani kehidupannya secara normal tanpa memikirkan kekurangan yang disanding anaknya Miyuki. Michiyo berusaha menunjukkan bahwa kekurangan itu bukanlah suatu penghalang yang berarti baginya dan anaknya Miyuki. Cuplikan 3: Ketika Miyuki berumur tiga-an………keingingintahuan Miyuki semakin besar. Semua yang disentuhnya akan ditanyakan, “Ini apa?” Universitas Sumatera Utara Íni timun. Jenis sayuran. Timun yang suka kita makan waktu sarapan. Coba kamu pegang yang besar dan rasakan permukaan kulitnya. Timun ini mengandung banyak air dan vitamin yang berguna untuk tubuh kita. Ayo coba kamu makan” ……… ……… “Ini apa? Ini apa?” Pertanyaan seperti itu terus-menerus menyerangku, seharian. Untungnya aku menyadari, untuk anak yang bisa normal, dengan sekali melihat, bentuk, dan warna sebuah benda akan segera termemori ke dalam ingatannya. Tetapi untuk Miyuki yang tidak bisa buta [melihat], tidak cukup hanya sekali menjelaskan, dan akan mudah dilupakan karena jumlah informasi yang bisa tertampung di memorinya jauh lebih sedikit dari mereka yang bisa melihat. Makanya itu aku harus menjelaskan lalu mempraktekkannya agar Miyuki menjadi mengerti dan mengingatnya. Kita tidak bisa mengatakan kepada mereka yang tidak bisa melihat dengan kalimat, “Kan tadi sudah dijelaskan.” Kita harus menjelaskan berkali-kali, sementara mereka memastikannya dengan menyentuh bendanya lagi dan lagi. ………halaman 71-72 Analisis pragmatik cuplikan 3: Peristiwa yang tergambar dalam cuplikan di atas adalah bagaimana cara seorang ibu mendidik anaknya yang menderita kebutaan karena terkena Retinopathy of Prematurity yang menyerangnya pada saat bayi. Sang ibu yang bernama Michiyo Inoue mengerti bagaimana kelemahan anaknya tersebut. Dia telah mengajarkan kepada Miyuki tentang hal yang bermacam-macam ketika ia berumur tiga tahunan. Miyuki dengan karakter dasar yang serba ingin tahu mengungkapkan keingintahuannya tersebut dengan kalimat “Ini apa? Ini apa?” Universitas Sumatera Utara yang bertubi-tubi bagai senjata yang menyerang Michiyo. Lalu Michiyo pun menjelaskan tentang pertanyaan yang sering diajukan oleh Miyuki dengan sabar, cermat, perlahan, jelas, dan melakukannya secara berulang-ulang. Íni timun. Jenis sayuran. Timun yang suka kita makan waktu sarapan. Coba kamu pegang yang besar dan rasakan permukaan kulitnya. Timun ini mengandung banyak air dan vitamin yang berguna untuk tubuh kita. Ayo coba kamu makan” Nilai pendidikan yang coba Michiyo ajarkan kepada pembacanya adalah ajarkan dan jawablah setiap pertanyaan yang keluar dari mulut seorang anak dengan rinci, perlahan, dan detail. Menerangkan apa yang tersirat dan tersurat didalam suatu benda, menerangkan kegunaannya harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Agar kelak saat ia menemukan suatu benda dan ia pernah diajarkan tentang benda itu ia akan tahu kegunaannya, serta bisa menilai baik dan buruknya benda itu. Seperti halnya buah-buahan, kita harus menerangkan kepadanya kandungan apa saja yang ada di dalamnya. Jangan hanya mengatakan nama buah itu saja kepada anak tanpa memberitahukannya tentang manfaatnya. Tujuannya yang dapat kita pahami dari Michiyo Inoue yaitu untuk memberikan pengetahuan yang lebih pada Miyuki dengan umur yang begitu kecil dan dengan keadaan keterbatasan penglihatan. Michiyo mengerti betul cara menjelaskannya pada Miyuki, karena untuk anak dengan cirri seperti Miyuki ini, tidak cukup hanya sekali menjelaskan. Bila hanya sekali dijelaskan maka keesokkannya ia akan menanyakan hal yang sama-sama lagi berulang-ulang. Bagi Miyuki apa yang telah dikatakan dan diajarkan ibunya akan mudah dilupakan karena jumlah informasi yang bisa tertampung di memorinya jauh lebih Universitas Sumatera Utara sedikit daripada mereka yang bisa melihat. Michiyo sadar betul bagaimana kondisi Miyuki sejak kecil jadi ia tidak bisa bosan dan jemu mengajarkan hal-hal yang tidak bisa Miyuki tangkap dengan indera penglihatannya tersebut. Kita tidak bisa mengatakan kepada mereka yang tidak bisa melihat dengan kalimat, “Kan tadi sudah dijelaskan.” Kita harus menjelaskan berkali- kali, sementara mereka memastikannya dengan menyentuh bendanya lagi dan lagi. Nilai pendidikan yang dapat dipetik dari sosok Michiyo adalah ajarkan suatu hal tanpa mengenal kata bosan. Jangan mudah menyerah. Menjelaskan berkali-kali tentang suatu hal baru kepada anak adalah pendidikan yang harus dilakukan oleh setiap orang tua. Jadi anak akan semakin terpacu ingatannya untuk mengingat hal-hal penjelasan yang kita katakan padanya. Iringi dengan sentuhan kepada benda tersebut akan semakin mempertajam ingatannya dalam membedakan jenis dan rupa dari benda tersebut. Kesimpulan nilai pendidikan yang dapat diambil dari penokohan Michiyo inoue setelah dianalisis dari segi pragmatik adalah ajarkanlah semua hal yang ingin diketahui seorang anak dari rasa keingintahuannya tersebut dengan sebaik- baiknya. Agar si anak semakin jelas dan mengerti secara menyeluruh tentang pertanyaan yang ia ajukan setiap saat. Sehingga si anak tidak akan pernah canggung untuk menanyakan suatu hal yang ia ingin ketahui. Membiasakan hal seperti itu akan membuat anak semakin aktif dan bijak dalam berbicara. Cuplikan 4: Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dan menemukan bunga tampopo yang berbulu, siap menerbangkan benihnya, kuajak Miyuki untuk menyentuhnya. Universitas Sumatera Utara “Miyuki, ini adalah bunga tampopo. Ada biji kecil yang menempel di ujung bulu ini. Setelah terbang dan sampai di suatu tempat, mereka mulai mengeluarkan tunas. Ayo coba kamu tiup. Nah, terbang, kan? Bulu pada bunga ini sangat ringan makanya dia bisa terbang.” Aku membimbing tangannya untuk menyentuh dan marasakan bulu- bulu yang beterbangan. “Eh, iya ya, Bu…” Dia girang sekali. “Miyuki, yuk kita lihat mereka yang sedang menanam padi di sawah.” Lalu kuajak Miyuki turun ke tanah berlumpur, untuk menyentuh tunas-tunas padi yang baru ditanam. “Tunas-tunas pohon padi ini kalau sudah dewasa akan berbunga dan bila sudah waktunya akan berbuah. Nah, buahnya itu namanya padi, yang kalau sudah tua dan menguning akan dipanen, lalu jika padi di tumbuk akan keluar beras. Nah, beras itu kalau dimasak akan menjadi nasi, itu yang sering kamu makan. Coba kamu pegang tunas padi ini” “O, ini ya pohon padi itu?” “Benar. Nanti kalau mereka panen, kita kesini lagi ya, untuk menyentuh bulir-bulir padi ini.” Beberapa kali ku ajak Miyuki menengok sawah, untuk mengajarkan pertumbuhan padi-padi itu. Aku berharap dari sini dia bisa marasakan apa arti sebuah pertumbuhan, sebuah kehidupan. halaman 73-74 Analisis pragmatik cuplikan 4: Michiyo terus mengajarkan Miyuki dengan tidak bosannya. Dalam cuplikan diatas diceritakan bahwa pembelajaran Michiyo kepada Miyuki berlanjut sampai suatu saat ketika mereka sedang jalan berdua dan menemukan bunga tampopo. Michiyo pun membimbing tangan Miyuki untuk merasakan bagaimana sosok dari bunga tampopo tersebut. Penulis berpikir tentang sosok tampopo adalah sama dengan bunga kosmos, dan menanyakan kenapa sang pengarang Universitas Sumatera Utara memasukkan memori yang ada dalam dirinya tentang bunga ini dalam novelnya. Alasan yang penulis dapat bila melihat sosok bunga tampopo ini adalah sosok yang sangat tegar, kuat, dan berani. Walaupun bunga ini lemah sosoknya bila ditiup angina, namun dibalik itu semua bunga ini dapat terbang dengan gagahnya menentang langit angkasa dan udara yang ada disekitarnya. Berani menempuh perjalanan jauh dan mencari hidup sendiri untuk dapat menumbuhkan benih bunga yang sama yaitu tampopo dengan sosok yang indah dengan warna putihnya. Lalu, Michiyo mengajak Miyuki ke sawah untuk mengajarkan kepada Miyuki tentang arti tumbuh dan hidup di dunia ini melalui sosok tanaman padi. Mulai saat padi masih menjadi benih padi, lalu tumbuh menjadi tanaman padi, berbunga dan tak lama berubah menjadi bulir-bulir padi, lalu matang dan menguning. Setelah itu dipanen dan dipisahkan dari kulitnya menjadi sebutir beras dan bila kita memasaknya akan menjadi nasi. Bagi penulis, memberikan contoh dengan sosok padi merupakan tindakan yang bijak yang dilakukan oleh seorang ibu, misalnya Michiyo sendiri. Ilmu padi sudah sangat terkenal dimana-mana, “semakin berisi, semakin merunduk”, dimana saat seseorang telah menjadi bisa dan memiliki hal lebih dari seseorang yang ada disekitarnya ia tidak boleh sombong harus tetap menatap ke bawah tidak menentang pandang ke atas. Dalam teks “Tunas-tunas pohon padi ini kalau sudah dewasa akan berbunga dan bila sudah waktunya akan berubah. Nah, buahnya itu namanya padi, yang kalau sudah tua dan menguning akan dipanen, lalu jika padi itu ditumbuk akan keluar beras. Nah, beras itu kalau dimasak akan menjadi nasi, itu yang sering kamu makan. Coba kamu pegang tunas padi ini”, Michiyo mencoba memberikan arah Universitas Sumatera Utara pandangan yang cermat tentang arti tumbuh, hidup, dan berguna kelak bagi seseorang. Bagi penulis sendiri bila ditarik kesimpulan dari teks yang telah dikaji, nilai pendidikan yang diajarkan dalam penokohan Michiyo Inoue adalah orang tua harus menjadi sosok yang mendidik dengan sadar dan sabar, berusaha untuk menjelaskan tentang suatu masalah dengan cermat, rinci namun dapat dimengerti oleh seorang anak. Selalu berusaha menumbuhkan rasa semangat dan rasa ingin tahu, menjadi sosok penyayang, dan sosok yang bijak dalam memberikan contoh hidup bagi anaknya. Michiyo berusaha menjelaskan kepada kita agar sabar dan bijak dalam merawat dan mendidik anak. Walaupun anak memiliki kekurangan seperti halnya anaknya Miyuki yang cacat buta. Jangan pernah diam dan tidak melakukan apapun. Ajarkan satu hal agar ia mengerti banyak hal lainnya. Jelaskan satu soal masalah agar ia banyak mengerti masalah lainnya yang belum pernah ia alami. Sebagai orang tua jangan pernah berkata tidak dan jangan pernah merasa cukup untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk anak-anak sendiri. Cuplikan 5: Ketika tiba waktunya bagi Miyuki masuk SD, aku mendapat panggilan dari komite pendidikan. Saat itu, anak-anak yang cacat dikumpulkan. Setelah melihat Miyuki, salah seorang anggota komite memutuskan sesuatu yang memang sudah seharusnya, “Anak ibu harus sekolah di SLB A, ya.” Aku terperanjat dan langsung bangkit dari kursi kemudian berjalan keluar ruangan. Rasanya ingin marah sekali waktu mendengar kalimat Universitas Sumatera Utara itu, aku tidak terima kalau anakku dibedakan. Dia harus menerima pendidikan yang sama dengan anak normal. Pendidikan adalah sesuatu yang penting bagi seorang anak supaya bisa hidup dengan benar untuk masuk ke dalam masyarakat. Miyuki pun kelak harus hidup di tengah-tengah masyarakat yang hampir semua bisa melihat. Dia harus mampu hidup bersama dengan orang lain. Miyuki yang tahu kalau dirinya buta harus tahu bagaimana caranya bertindak dan terbiasa dengan itu semua. Setelah kukaji lagi, mungkin juga benar apa yang dikatakan guru itu, bahwa Miyuki harus belajar dilingkungan yang sama agar dia tidak minder. Mungkin dia harus berinteraksi dulu dengan lingkungannya sebelum mengenal dunia yang lebih luas. Tapi egoku tetap tidak bisa menerima usul itu. ……… Aku sedih mengingat semua itu, tapi ini memang kesalahanku, kenapa terlalu memaksakan kehendak. Seharusnya aku mau mendengarkan saran orang lain. Ya, sudahlah Aku akan terus berusaha agar anakku mendapat pendidikan yang baik. Akhirnya kuputuskan untuk mendaftarkan Miyuki di SLB A Tingkat Dasar Fukuoka. ………… halaman 91-93 Analisis pragmatik cuplikan 5: Pada cuplikan teks diatas diceritakan bahwa pada saat Miyuki akan memasuki jenjang SD ada keputusan dari komite sekolah yang harus diterima Michiyo bahwa Miyuki harus masuk sekolah SD khusus yang memang diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kekurangan seperti Miyuki dan anak cacat lainnya. Karena disekolah seperti inilah disediakan pendidikan khusus seperti kegiatan keterampilan dan berbagai keahlian lainnya yang memang di khususkan kurikulumnya untuk para penyandang cacat. Disini mereka akan diajarkan aleh guru yang telah professional untuk mengajar murid-murid yang Universitas Sumatera Utara memiliki kekurangan seperti halnya Miyuki yang menderita cacat buta. Miyuki tidak bisa menjalani pendidikan di SD untuk anak-anak normal karena pastinya akan ada perbedaan penerimaan terhadap pelajaran nantinya. Alasan inilah yang dijelaskan kepada Michiyo. Tetapi, ia tidak dapat menerimanya begitu saja. Michiyo menganggap ini merupakan diskriminasi terhadap Miyuki anaknya. Namun, setelah dijelaskan lebih lanjut akhirnya Michiyo mengerti dan mengikuti saran dari guru tersebut. Ia berharap ekonomi keluarganya lebih mapan dari yang sekarang tapi ia menyadari semua itu. Ia harus menerima dan mensyukuri apa yang ia miliki sekarang ini. Disatu sisi ia ingin anaknya Miyuki mendapatkan pendidikan yang terbaik namun disisi lainnya kenyataan ekonominya berkata tidak. Akhirnya keputusan yang diambil oleh Michiyo yaitu mendaftarkan Miyuki masuk ke SLB A Tingkat Dasar Fukuoka. Ia menyadari bahwa anaknya Miyuki bukanlah anak yang normal yang bisa segalanya. Miyuki adalah anak yang menyandang cacat buta, jadi ia bukanlah anak yang terlalu sempurna. Michiyo tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk memasukkan Miyuki ke lingkungan normal, Miyuki harus dimasukkan kedalam lingkungan yang khusus sebab anak seperti Miyuki memang membutuhkan banyak kemampuan khusus. Namun dalam hal ini, jika anak penyandang cacat hanya berinteraksi dengan sesamanya saja, dan anak-anak normal juga hanya berinteraksi dengan sesamanya saja. Maka, anak-anak normal tidak akan pernah tahu kalau ada dari mereka yang nasipnya tidak seberuntung mereka, yang memiliki kelengkapan fisik. Mereka akan merasa aneh bila dipertemukan oleh anak-anak yang memiliki kecacatan. Namun, pemerintah Jepang dewasa kini telah memperbaharui sistem Universitas Sumatera Utara pendidikan agar hal yang seperti itu tidak terjadi. Sekarang ini telah dibuat satu kurikulum baru untuk sistem pendidikan untuk anak-anak cacat, yaitu kurikulum kunjungan ke sekolah-sekolah anak-anak normal. Tujuannya agar para murid penyandang cacat dapat berinteraksi langsung dengan murid yang ada di sekolah- sekolah normal. Jadi, bila suatu saat mereka bertemu dan berinteraksi langsung dengan penyandang cacat, para murid di sekolah normal tidak merasa heran dan menyindir. Secara pragmatis penokohan Michiyo, memiliki perwatakan seorang yang mau memperjuangkan nasib pendidikan anaknya. Walaupun anaknya memiliki kecacatan buta namun ia tidak mau menyekolahkan anaknya di sekolah yang biasa-biasa saja. Ia ingin agar Miyuki masuk ke dalam sekolah yang berkualitas baik. Untuk biaya pendidikan yang cukup besar saja ia sama sekali tidak memperdulikannya. Ia rela bekerja keras asalkan anaknya berhasil menerima pendidikan yang baik dan layak menurut Michiyo. Selain itu Michiyo juga mau mendengarkan pendapat orang untuk kebaikan Michiyo dan juga anaknya Miyuki. Walaupun ia menolak pendapat sebelumnya, bahwa anaknya harus dimasukkan ke sekolah khusus. Tetapi setelah diberikan penjelasan dan pertimbangan tentang baik dan buruknya resiko di depan yang akan dihadapinya, Michiyo pun menerima pendapat itu. Itu terbukti saat Michiyo memutuskan memasukkan Miyuki ke SLB A Tingkat Dasar Fukuoka. Nilai pendidikan yang bisa diambil dari penokohan Michiyo dalam cuplikan tersebut yaitu sebagai orang tua selalulah mengedepankan pendidikan untuk setiap anak-anaknya. Memikirkan masa depan anaknya melalui pendidikan seperti yang dilakukan Michiyo sudah seharusnya diperjuangkan dengan Universitas Sumatera Utara semaksimal mungkin. Tetapi harus juga memikirkan tentang baik dan buruk yang akan diterima oleh anak yang menjalani pendidikan tersebut. Jangan pernah untuk selalu memaksakan kehendak sebagai orang tua kepada anak. Kita harus bisa mengukur kemampuan dan kesanggupan dari anak-anak kita. Sehingga si anak nantinya akan dengan senang menjalaninya tidak secara terpaksa. Sebagai orang tua kita harus mengedepankan pendidikan anak secara patut dan layak sehingga nantinya anak akan menerima pengakuan dari masyarakat. Dimana anak akan menempuh pendidikannya merupakan langkah awal orang tua menempatkan posisi anak di masyarakat. Cuplikan 6: ……… Dulu, anak-anak penyandang tuna netra akan belajar ilmu pijat maupun akupuntur. Banyak dari mereka yang akhirnya menjadi pemijat dan ahli akupuntur. Tetapi, sekarang ini banyak orang yang normal pun berminat umtuk menjadi ahli akupuntur. Nah, ini sangat merugikan mereka yang tuna netra, karena pasti kalah dengan yang normal dalam menempuh ujian nasional. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pekerjaan menjadi operator telepon bagi penyandang tuna netra juga menghilang. Rasanya lahan pekerjaan bagi penyandang tuna netra menjadi semakin sempit. Aku ingin Miyuki terus belajar dan berusaha meneruskan pendidikan sampai ke jenjang sekolah lanjutan, kemudian sebisa mungkin mendapat pekerjaan. Bagaimanapun juga, Miyuki harus mampu menguasai pendidikan dasar. Tak pernah terbayang diotakku dia menjadi pengangguran yang merepotkan semua orang. Dengan tekad seperti itu, aku akhirnya menjadi seorang kyoiku mama. Universitas Sumatera Utara Kuakui, aku sering memaksa Miyuki melakukan sesuatu sampai dia bisa, baik dalam hal pelajaran di sekolah, maupun pengalaman hidup sehari-hari. Tak bosan-bosannya aku terus mengulang-ulang sampai dia benar-benar mengerti. Prinsipku, biarpun anakku buta dan hidup di dunia yang gelap tapi dunianya tidak harus “gelap”. halaman 97- 98 Analisis pragmatik cuplikan 6: Cuplikan diatas menceritakan bahwa Michiyo terus menerus memikirkan bekal anaknya untuk kehidunnya mendatang. Karena berdasarkan pemikirannya lapangan pekerjaan untuk para penyandang cacat sudah sangat langka. Karena mereka sekarang harus bersaing dengan para orang yang normal lainnya. Sebab, dulu pekerjaan untuk penyandang tuna netra seperti ilmu pijat dan akupuntur telah banyak diminati oleh mereka yang normal. Jadi itu sangat merugikan mereka yang tuna netra. Selain itu pekerjaan menjadi operator telepon bagi penyandang tuna netra juga sudah menghilang. Sehingga Michiyo berpikiran bahwa lahan pekerjaan untuk penyandang tuna netra sudah sangat sempit. Oleh sebab itulah, Michiyo akhirnya bertekad agar menjadi seorang kyoiku mama untuk anaknya Miyuki. Sehingga Michiyo selalu memaksakan anaknya belajar dan menjadi yang terbaik di sekolah dengan alasan supaya anaknya berhasil di kemudian hari. Michiyo bahkan tidak pernah bosan mengajarkan Miyuki pendidikan rumahan seperti halnya seorang ibu rumah tangga, seperti memasak berulang-ulang kali setiap harinya, agar Miyuki memiliki bekal pengalaman hidup sehari-hari. Karena bagi Michiyo walaupun anaknya Miyuki buta dan hidup di dunia yang gelap tapi dunianya tidak harus gelap juga. Tidak mengetahui apa-apa, dan tidak bisa ini dan itu. Universitas Sumatera Utara Penokohan yang digambarkan oleh Michiyo disini adalah sebagai seorang ibu, ia harus tahu dan paham betul kemampuan anaknya. Ia juga telah memikirkan kelak apa yang akan dicapai anaknya Miyuki sebab lahan pekerjaan bagi penyandang tuna netra sudah sangat sulit dan tidak mudah untuk mendapatkannya karena mereka harus bersaing dengan orang-orang normal lainnya yang memiliki minat bekerja dilahan pekerjaan untuk penyandang cacat, seperti pijat, akupuntur dan operator telepon. Karena sulitnya mendapatkan pekerjaan itulah, akhirnya Michiyo menjadi kyoiku mama untuk anaknya Miyuki. Mendidik Miyuki sungguh-sungguh agar berhasil kelak di kemudian harinya. Selalu mengajarkan Miyuki pengalaman hidup sehari-hari dengan tidak bosan-bosannya. Karena bagi Michiyo, walaupun Miyuki buta dan hidup dalam kegelapan penglihatannya, tapi dunia Miyuki di masyarakat tidak harus gelap, tidak mengetahui apa-apa. Nilai pendidikan yang dipaparkan dalam cuplikan teks novel diatas adalah selalu berikan bekal hidup mulai dari yang terkecil kepada anak-anak kita agar ia mengerti tentang kehidupan dan paham bagaimana seharusnya ia hidup kelak di masyarakat. Walaupun sederhana ilmu dan pengalaman yang kita berikan kepada anak-anak kita, namun bila itu bermanfaat dan berguna kelak baginya sudah seharusnya kita mengajarkannya. Sebab mulai dari hal terkecil, akhirnya akan mengerti dan tahu hal yang lebih besar lagi. Walaupun, seorang anak memiliki kekurangan, pahami kekurangannya tersebut dan ajarilah secara perlahan. Karena tidak selamanya anak yang memiliki kekurangan tersebut selamanya pula tidak mengerti akan sesuatu. Pasti ia akan mengerti sesuatu bila kita mengajarkannya dengan mengerti dan memahami apa yang kurang dari dirinya. Jangan pernah biarkan seorang anak memiliki kegelapan Universitas Sumatera Utara dalam pengetahuan dan pengalaman hidup walau hanya sebatas di lingkungan rumah. Sebab, bila seseorang ingin berhasil harus dimulai dari lingkungan yang terkecil dulu, yaitu rumah, kemudian baru ke lingkungan bermasyarakat. Hal inilah yang ingin Michiyo tunjukkan kepada masyarakat melalui anaknya Miyuki. Menunjukkan suatu kebanggaan, bahwa walaupun anaknya Miyuki itu menyandang cacat buta tapi ia bisa melakukan suatu hal yang mungkin mustahil untuk dilakukan oleh anak yang memiliki kesamaan seperti Miyuki. Cuplikan 7: Di antara hari-hari yang ribut itu, sehelai demi sehelai kimono menghilang dari dalam lemari. Aku tahu, pendapatanku tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun sudah bekerja paruh waktu. Aku selalu membongkar tabungan demi memberikan Miyuki makanan bergizi. Akhirnya, aku harus merelakan kimono-kimonoku untuk hidup. Saat kuambil kimono itu dari dalam lemari, sedih sekali memandanginya. Haruskah ini kulakukan? Kupeluk lama sekali, lalu kucium. Harumnya. Kimono ini sangat kusayang. Tidak Aku tidak boleh egois. Barang seperti ini masih bisa kubeli kelak. Ada perasaan pedih karena harus kehilangan barang-barang ini. ……… Pagi hari setelah mengantar Miyuki ke sekolah aku bekerja hingga siang, lalumenjemput Miyuki dan mengantarkannya pulang. Setelah itu aku kembali bekerja paruh waktu di tempat lain. Kulakukan itu setiap hari. Melelahkan memang. Tapi aku menikmatinya. Aku tak ingin hanya karena alasan tak punya uang lalu anakku tidak sekolah. Aku ingin dia bisa menikmati pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. …halaman 106-107 Analisis pragmatik cuplikan 7: Universitas Sumatera Utara Berdasarkan cuplikan teks novel diatas, Michiyo menceritakan betapa besar pengorbanan yang dilakukan olehnya untuk memperjuangkan pendidikan untuk Miyuki anak satu-satunya. Segala barang berharga yang dulu pernah dimilikinya hampir habis semuanya terjual satu persatu karena untuk memenuhi biaya Miyuki. Kimono dan perhiasan hasil jerih payahnya dulu saat memiliki kedai nodate yang ia pakai untuk meningkatkan citra dirinya dan juga tokonya juga telah terjual. Michiyo juga harus membagi waktunya antara pekerjaan yang dimilikinya dengan anaknya. Bekerja, setelah itu di saat tengah hari ia harus menjemput anaknya, lalu bekerja di tempat lainnya rutin Michiyo lakukan untuk anaknya. Segala kelelahan yang ada di dirinya tidak dihiraukan olehnya. Ia hanya memikirkan pendidikan anaknya seorang. Michiyo berharap agar Miyuki bisa mendapat pendidikan ke jenjang yang tinggi lagi. Agar Miyuki berhasil mencapai cita-citanya kelak. Michiyo menyerahkan sepenuhnya kehidupan yang dimilikinya hanya untuk anaknya, Miyuki. Penokohan Michiyo yang tergambar dalam cuplikan teks novel tersebut adalah rela mengorbankan apapun untuk anaknya seorang. Michiyo sama sekali tidak memikirkan tentang dirinya, segala kelelahan yang dialaminya dari bekerja waktu ke waktu tidak menghalangi niatnya untuk tetap berjuang memberikan pendidikan yang setinggi-tingginya bagi Miyuki dan memberikan yang terbaik bagi Miyuki. Mengorbankan waktu yang dimilikinya untuk anaknya tanpa bisa meluangkan waktu untuk kesenangan dirinya sendiri. Nilai pendidikan yang diajarkan dari penokohan Michiyo adalah, bahwa orang tua pasti akan berjuang dan mengorbankan apapun untuk anaknya. Memastikan bahwa biaya pendidikan anaknya telah tersedia, meluangkan waktu Universitas Sumatera Utara untuk memberikan perhatian kepada anaknya. Setiap orang tua pasti tidak menginginkan anaknya putus sekolah dan tidak merasakan pendidikan yang seharusnya dienyam olehnya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN