elektronik, barang-barang kebutuhan mandi dan alat musik Dittmar Drury, 1996 dalam Buendicho, 2003.
4. Variabel demografis seperti kondisi tempat tinggal dan status sosial. Konsumen
yang tinggal di kota memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada konsumen yang tinggal di daerah pinggiran kota Thai, 2003.
5. Variabel perbedaan individu. Kepribadian individu memiliki pengaruh terhadap
kecenderungan pembelian impulsif Verplanken Herabadi, 2001. Trait yang menyusun kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan
kecenderungan pembelian impulsif. Selanjutnya akan dibahas mengenai kepribadian yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian
impulsif.
B. BIG FIVE PERSONALITY
Big Five Personality adalah salah satu teori yang menggambarkan kepribadian individu yang terdiri dari lima dimensi. Ke lima dimensi ini mewakili karakteristik-
karakteristik yang khas yang terdapat dalam diri individu Pervin, 2005.
1. Definisi Big Five Personality
Gordon Allport mendefiniskan kepribadian sebagai suatu organisasi yang dinamis di dalam individu, sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan dalam Suryabrata, 2002. Siagian 1986 mengatakan bahwa kepribadian seseorang menampakkan dirinya
dalam berbagai bentuk sikap, cara berfikir dan cara bertindak. Sikap, cara berfikir,
Universitas Sumatera Utara
dan cara bertindak itu dapat dipastikan tidak terlalu sama antar individu yang satu dengan yang lain.
Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi
“Big Five Personality”. Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi
merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem
yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum John Srivastava, 1999.
Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang
disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical Language Hypothesis; perbedaan
individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa dalam Pervin, 2005.
Big Five Personality oleh Costa McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian
dengan menganalisa bahasa yang digunakan orang sehari-hari, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa dalam Pervin, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe-Tipe Big Five Personality
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Big Five Personality terdiri dari lima tipe atau faktor. Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor
tersebut. Pada sub bab ini, kelima dimensi tersebut akan dijelaskan dengan istilah- istilah berikut:
a. Neuroticism N b. Extraversion E
c. Openness to New Experience O: d. Agreeableness A
e. Conscientiousness C Costa McRae 1985;1992 menggambarkan kelima dimensi di atas sebagai
berikut: Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang.
Openness to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness merangkum
sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Dimensi yang terakhir, yaitu Conscientiousness menjelaskan perilaku
pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorogan yang diperlukan dalam kehidupan sosial Pervin, 2005.
Untuk lebih jelasnya, kelima dimensi di atas akan dipaparkan pada Tabel 1. yang didapat dari hasil penelitian Costa McRae 1985;1992.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Karakteristik Sifat-Sifat Big Five Model Dengan Skor Tinggi Dan Rendah
Karakteristik dengan skor tinggi
Sifat Karakteristik dengan skor
rendah Kuatir, cemas, emosional,
merasa tidak nyaman, kurang penyesuaian,
kesedihan yang tak beralasan.
Neuroticism N Mengukur penyesuaian Vs
ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi
kecendrungan individu akan distress psikologi, ide-ide
yang tidak realistis, kebutuhankeinginan yang
berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai.
Tenang , santai, tidak emosional, tabah, nyaman,
puas terhadap diri sendiri.
Mudah bergaul, aktif, banyak bicara, person-
oriented, optimis, menyenangkan, kasih
sayang, bersahabat. Extraversion E
Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi
intrapersonal, level aktivitas, kebutuhan akan
stimulasi, kapasitas kesenangan.
Tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, task
–oriented, pemalu,
pendiam.
Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif,
original, imajinatif, tidak ketinggalan jaman.
Openness O Mengukur keinginan untuk
mencari dan menghargai pengalaman baru, Senang
mengetahui sesuatu yang tidak familiar.
Mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik
hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, kurang
analitis.
Berhati lembut, baik, suka menolong, mudah percaya,
mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan, terus
terang. Agreeableness A
Mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang,
mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap
permusuhan dalam hal pikiran, perasaaan, dan
tindakan. Sinis, kasar, rasa curiga,
tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah
marah, manipulatif.
Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin,
tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun.
Conscientiousness C Mengukur tingkat
keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi
dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan
ketergantungan, dan kecendrungan untuk
menjadi malas dan lemah. Tidak bertujuan, tidak
dapat dipercaya, malas, kurang perhatian, lalai,
sembrono, tidak disiplin, keinginan lemah, suka
bersenang-senang.
Universitas Sumatera Utara
Costa McRae dalam Pervin, 2005 membagi setiap dimensi dari Big Five yang terdiri dari 6 enam faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah:
a. Neuroticism terdiri dari:
1. Anxiety yaitu : memiliki kecemasan.
2. Self-consciousness yaitu : kesadaran diri.
3. Depression yaitu merasa rendah diri dan tidak berharga.
4. Vulnerability yaitu : mudah tersinggung.
5. Impulsifness yaitu : menuruti kata hati.
6. Angry hostility yaitu : memiliki amarah.
b. Extraversion terdiri dari:
1. Gregariousness yaitu : suka berkumpul.
2. Activity level yaitu : memiliki level aktivitas.
3. Assertiveness yaitu : memiliki ketegasan.
4. Excitement Seeking yaitu : mencari kesenangan.
5. Positive Emotions yaitu : memiliki emosi yang positif.
6. Warmth yaitu : memiliki kehangatan.
c. Openness to new experience terdiri dari:
1. Fantasy yaitu : memiliki khayalan yang berlebihan.
2. Aesthetics yaitu : keindahan.
3. Feelings yaitu : memiliki perasaan yang sensitif.
4. Ideas yaitu : memiliki ide-ide yang kreatif.
5. Actions yaitu : melakukan tindakan.
Universitas Sumatera Utara
6. Values yaitu : memiliki nilai-nilai.
d. Agreeableness terdiri dari:
1. Straightforwardness yaitu : suka berterusterang.
2. Trust yaitu : memiliki kepercayaan.
3. Altruism yaitu :mendahulukan kepentingan orang lain.
4. Modesty yaitu : memiliki sifat rendah hati.
5. Tendermindedness yaitu : berhati lembut.
6. Compliance yaitu : memiliki kepatuhan.
e. Conscientiousness terdiri dari:
1. Self-discipline yaitu : memiliki disiplin diri.
2. Dutifulness yaitu : patuh kepada peraturan.
3. Competence yaitu : memiliki kompetensi.
4. Order yaitu : hidup teratur.
5. Deliberation yaitu : melakukan pertimbangan.
6. Achievement striving yaitu : mencapai prestasi.
C. PENGARUH DIMENSI BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF