Analisis gender produksi rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura

(1)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN

LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH,

KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA

Oleh:

HERISA DINARSI A14202022

SKRIPSI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

HERISA DINARSI. Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura (di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya kelautan yang merupakan modal bagi berkembangnya mata pencaharian nelayan disamping menangkap ikan. Budidaya rumput laut dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan. Budidaya rumput laut di Sumenep telah dilakukan sejak krisis moneter tahun 1997 karena harganya yang tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan, khususnya Dusun Lauk Lorong, Desa PakandanganTengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Rumput laut ini dapat menghasilkan berbagai macam produk yang dapat memberikan manfaat seperti antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Kegiatan budidaya rumput laut ini tidak hanya dapat dilakukan oleh laki- laki saja, tetapi perempuan juga dapat melakukannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik nelayan rumput laut, mendeskripsikan pembagian kerja antara suami dan istri nelayan rumput laut, menganalisis perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi antara suami dan istri nelayan rumput laut, dan untuk menganalisis besarnya kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian ini dilakukan di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian dilakukan sekitar bulan Maret-April 2007 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang memproduksi (budidaya dan pengolahan) rumput laut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap 18 rumahtangga responden yang kesemuanya merupakan anggota dari Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh responden melalui survai dan hasil wawancara. Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta desa, Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan, dan hasil- hasil penelitian terdahulu.

Peranan dan kontribusi istri dapat dilihat dari banyaknya waktu yang dicurahkan untuk setiap kegiatan yang dilakukan baik pada kegiatan produktif, reproduktif, maupun kegiatan sosial. Untuk kegiatan produktif curahan waktu istri 217,5 jam per bulannya, sedangkan suami 312 jam per bulannya. Kegiatan reproduktif curahan waktu istri 10 jam per harinya, sedangkan suami 2,08 jam per harinya. Kegiatan sosial curahan waktu istri 19,54 jam per bulannya, dan curahan waktu suami 15,10 jam per bulannya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah


(3)

bahwa suami berperan pada kegiatan produktif, sedangkan istri berperan pada kegiatan reproduktif dan sosial.

Suami lebih akses terhadap lahan budidaya rumput laut, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, dan rajungan. Istri lebih akses terhadap lahan untuk ladang, pendapatan pengolahan rumput laut dan mengupas rajungan, dan hasil tanam ladang. Kontrol yang dimiliki suami adalah hampir semua sumberdaya dan manfaat yaitu pada lahan budidaya, lahan untuk ladang, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, tenaga kerja, hasil budidaya rumput laut, rajungan, dan penyuluhan. Istri memegang kontrol pada pengolahan pasca panen, peralatan pengolahan pasca panen, pendapatan yang lain, dan hasil tanam ladang.

Pola pengambilan keputusan suami dan istri dalam rumahtangga nelayan budidaya rumput laut dilakukan secara bermusyawarah, yaitu merupakan hasil diskusi antara suami dan istri. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama tetapi masih dengan perbedaan pengaruh dari masing- masing responden. Pola pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif dan sosial lebih diputuskan secara bersama.

Keterlibatan istri dalam kegiatan produktif memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumahtangganya. Pendapatan istri yaitu sebesar Rp. 275.554 tiap bulannya. Pendapatan yang diperoleh suami adalah Rp. 802.220 tiap bulannya. Pendapatan istri dapat menutupi pengeluaran rumahtangga apabila pendapatan suami masih belum ada, sebab pendapatan suami tergantung musim panen atau tidaknya. Kontribusi yang diberikan istri dalam penelitian ini tidak hanya terfokus pada jumlah pendapatan yang diperoleh istri saja tetapi juga dapat dilihat dari jumlah curahan waktu yang diberikan istri dalam kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial.


(4)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT

DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN

TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP,

MADURA

Oleh Herisa Dinarsi

A 14202022

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2007

Herisa Dinarsi A14202022


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herisa Dinarsi, lahir di Kediri pada tanggal 20 April 1984. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan H. Ir. Hery Koentjoro Pribadi dan Hj. Dyah Konsepsiana. Penulis menempuh pendidikan pertama kali di TK Dharma Wanita Rungkut Menanggal Surabaya pada tahun 1988. Pendidikan dasar ditempuh penulis di SDN Rungkut Menanggal I Surabaya hanya sampai kelas IV kemudian dilanjutkan di SDN Pucang III Sidoarjo sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri I Sidoarjo kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri I Sidoarjo.

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan yaitu UKM Gentra Kaheman untuk lebih mengenal Kebudayaan Sunda.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama dan papaku tersayang, juga ocenk (adekku yang paling manis) dan semua keluargaku atas doa dan dukungannya selama ini.

2. Teguh Aribowo, seseorang yang cukup berarti buatku untuk dukungan yang telah diberikannya. You’re so special 4 me.

3. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS sebagai dosen pembimbing atas saran-saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi.

4. Ir. Melani Abdulkadir Sunito, MSi selaku dosen penguji utama dan Martua Sihaloho SP, MSi. selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun.

5. Bapak Suhdi dan Ibu Nanik sebagai ketua Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah atas kerjasamanya.

6. Bapak Kepala Desa Pakandangan Tengah atas bantuannya.

7. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep atas kerjasamanya. 8. Masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.

9. Mbimbin (tanteku yang cantik), Lalat (adekku yang guendut), dan Emak buat semangat yang telah diberikan.

10.Sahabatku Novi, Lela, Jubido, yang selalu ada di saat-saat yang aku butuhkan dan semangat yang diberikannya.

11.Icha, Fath, Kiting, Siko, Kurnia, Wiwik, Kiki, Wiwin, Gendis, anak-anak Ponsur semuanya. Semangat teman-teman.


(9)

12.Teman-temanku KPM 39 semuanya. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. It’s so special.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2007 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Kegunaan Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Rumput Laut ...5

2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan ...8

2.3 Peran Perempuan Nelayan Dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga ...9

2.4 Konsep Gender dan Seks ...12

2.5 Teknik Analisis Gender ...15

2.6 Kerangka Pemikiran ...18

2.7 Hipotesa ...19

2.8 Definisi Operasional ...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...23

3.2 Metode Penelitian ...24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...24

3.4 Penentuan Sampel...25

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...26

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELTIAN 4.1 Lokasi Penelitian ...27

4.2 Gambaran Umum Peranian Rumput Laut di Pakandangan Tengah ...35

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...36

4.4 Tenaga Kerja...45

BAB V SUMBERDAYA PRIBADI DAN PEMBAGIAN KERJA RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT 5.1 Sumberdaya Pribadi Responden ...43


(11)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN

LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH,

KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA

Oleh:

HERISA DINARSI A14202022

SKRIPSI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

HERISA DINARSI. Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura (di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya kelautan yang merupakan modal bagi berkembangnya mata pencaharian nelayan disamping menangkap ikan. Budidaya rumput laut dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan. Budidaya rumput laut di Sumenep telah dilakukan sejak krisis moneter tahun 1997 karena harganya yang tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan, khususnya Dusun Lauk Lorong, Desa PakandanganTengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Rumput laut ini dapat menghasilkan berbagai macam produk yang dapat memberikan manfaat seperti antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Kegiatan budidaya rumput laut ini tidak hanya dapat dilakukan oleh laki- laki saja, tetapi perempuan juga dapat melakukannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik nelayan rumput laut, mendeskripsikan pembagian kerja antara suami dan istri nelayan rumput laut, menganalisis perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi antara suami dan istri nelayan rumput laut, dan untuk menganalisis besarnya kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian ini dilakukan di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian dilakukan sekitar bulan Maret-April 2007 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang memproduksi (budidaya dan pengolahan) rumput laut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap 18 rumahtangga responden yang kesemuanya merupakan anggota dari Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh responden melalui survai dan hasil wawancara. Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta desa, Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan, dan hasil- hasil penelitian terdahulu.

Peranan dan kontribusi istri dapat dilihat dari banyaknya waktu yang dicurahkan untuk setiap kegiatan yang dilakukan baik pada kegiatan produktif, reproduktif, maupun kegiatan sosial. Untuk kegiatan produktif curahan waktu istri 217,5 jam per bulannya, sedangkan suami 312 jam per bulannya. Kegiatan reproduktif curahan waktu istri 10 jam per harinya, sedangkan suami 2,08 jam per harinya. Kegiatan sosial curahan waktu istri 19,54 jam per bulannya, dan curahan waktu suami 15,10 jam per bulannya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah


(13)

bahwa suami berperan pada kegiatan produktif, sedangkan istri berperan pada kegiatan reproduktif dan sosial.

Suami lebih akses terhadap lahan budidaya rumput laut, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, dan rajungan. Istri lebih akses terhadap lahan untuk ladang, pendapatan pengolahan rumput laut dan mengupas rajungan, dan hasil tanam ladang. Kontrol yang dimiliki suami adalah hampir semua sumberdaya dan manfaat yaitu pada lahan budidaya, lahan untuk ladang, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, tenaga kerja, hasil budidaya rumput laut, rajungan, dan penyuluhan. Istri memegang kontrol pada pengolahan pasca panen, peralatan pengolahan pasca panen, pendapatan yang lain, dan hasil tanam ladang.

Pola pengambilan keputusan suami dan istri dalam rumahtangga nelayan budidaya rumput laut dilakukan secara bermusyawarah, yaitu merupakan hasil diskusi antara suami dan istri. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama tetapi masih dengan perbedaan pengaruh dari masing- masing responden. Pola pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif dan sosial lebih diputuskan secara bersama.

Keterlibatan istri dalam kegiatan produktif memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumahtangganya. Pendapatan istri yaitu sebesar Rp. 275.554 tiap bulannya. Pendapatan yang diperoleh suami adalah Rp. 802.220 tiap bulannya. Pendapatan istri dapat menutupi pengeluaran rumahtangga apabila pendapatan suami masih belum ada, sebab pendapatan suami tergantung musim panen atau tidaknya. Kontribusi yang diberikan istri dalam penelitian ini tidak hanya terfokus pada jumlah pendapatan yang diperoleh istri saja tetapi juga dapat dilihat dari jumlah curahan waktu yang diberikan istri dalam kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial.


(14)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT

DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN

TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP,

MADURA

Oleh Herisa Dinarsi

A 14202022

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2007

Herisa Dinarsi A14202022


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herisa Dinarsi, lahir di Kediri pada tanggal 20 April 1984. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan H. Ir. Hery Koentjoro Pribadi dan Hj. Dyah Konsepsiana. Penulis menempuh pendidikan pertama kali di TK Dharma Wanita Rungkut Menanggal Surabaya pada tahun 1988. Pendidikan dasar ditempuh penulis di SDN Rungkut Menanggal I Surabaya hanya sampai kelas IV kemudian dilanjutkan di SDN Pucang III Sidoarjo sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri I Sidoarjo kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri I Sidoarjo.

Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu- ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan yaitu UKM Gentra Kaheman untuk lebih mengenal Kebudayaan Sunda.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama dan papaku tersayang, juga ocenk (adekku yang paling manis) dan semua keluargaku atas doa dan dukungannya selama ini.

2. Teguh Aribowo, seseorang yang cukup berarti buatku untuk dukungan yang telah diberikannya. You’re so special 4 me.

3. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS sebagai dosen pembimbing atas saran-saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi.

4. Ir. Melani Abdulkadir Sunito, MSi selaku dosen penguji utama dan Martua Sihaloho SP, MSi. selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun.

5. Bapak Suhdi dan Ibu Nanik sebagai ketua Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah atas kerjasamanya.

6. Bapak Kepala Desa Pakandangan Tengah atas bantuannya.

7. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep atas kerjasamanya. 8. Masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.

9. Mbimbin (tanteku yang cantik), Lalat (adekku yang guendut), dan Emak buat semangat yang telah diberikan.

10.Sahabatku Novi, Lela, Jubido, yang selalu ada di saat-saat yang aku butuhkan dan semangat yang diberikannya.

11.Icha, Fath, Kiting, Siko, Kurnia, Wiwik, Kiki, Wiwin, Gendis, anak-anak Ponsur semuanya. Semangat teman-teman.


(19)

12.Teman-temanku KPM 39 semuanya. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. It’s so special.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2007 Penulis


(20)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Kegunaan Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Rumput Laut ...5

2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan ...8

2.3 Peran Perempuan Nelayan Dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga ...9

2.4 Konsep Gender dan Seks ...12

2.5 Teknik Analisis Gender ...15

2.6 Kerangka Pemikiran ...18

2.7 Hipotesa ...19

2.8 Definisi Operasional ...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...23

3.2 Metode Penelitian ...24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...24

3.4 Penentuan Sampel...25

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...26

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELTIAN 4.1 Lokasi Penelitian ...27

4.2 Gambaran Umum Peranian Rumput Laut di Pakandangan Tengah ...35

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...36

4.4 Tenaga Kerja...45

BAB V SUMBERDAYA PRIBADI DAN PEMBAGIAN KERJA RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT 5.1 Sumberdaya Pribadi Responden ...43


(21)

BAB VI AKSES, KONTROL, DAN KONTRIBUSI PEREMPUAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA

RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT

6.1 Akses dan Kontrol ...60

6.2 Pendapatan Per Bulan ...65

6.3 Kontribusi Perempuan Terhadap Pendapatan Rumahtangga Nelayan Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...69

7.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1 Kerangka Analisis Harvard Profil Aktivitas ...17 Tabel 2 Kerangka Analisis Harvard Akses dan Kontrol/Manfaat ...18 Tabel 3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Pakandangan

Tengah Tahun 2006 ...28 Tabel 4 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Pakandangan

Tengah Tahun 2006 ...29 Tabel 5 Perbandingan Persentase Kontribusi Laki- Laki dan Perempuan

Berdasarkan Sumber Nafkah Nelayan Rumput Laut di Desa

Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...33 Tabel 6 Perbandingan Persentase Kegiatan Laki- Laki dan Perempuan

Dalam Tahap Budidaya Rumput Laut di Desa Paandangan

Tengah Tahun 2007 ...42 Tabel 7 Penggolongan Umur Responden Berdasarkan Jumlah

Responden di Desa Pakandangan Tengah Khususnya Dusun

Lauk Lorong Tahun 2007 ...43 Tabel 8 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Jumlah

Responden di Desa Pakandangan Tengah Khususnya Dusun

Lauk Lorong Tahun 2007 ...44 Tabel 9 Pembagian Kerja Kegiatan Produktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...47 Tabel 10 Curahan Waktu Responden Laki-Laki dan Perempuan Satu

Kali Musim / Satu Rakit Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah

Tahun 2007 ...50 Tabel 11 Curahan Waktu Kegiatan Produktif Satu Bulan Yang Lalu

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Luat Dusun Lauk

Lorong Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...53 Tabel 12 Pembagian Kerja Kegiatan Reproduktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,


(23)

Tabel 13 Curahan Waktu Kegiatan Reproduktif Satu Hari Yang Lalu 18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk

Lorong, Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...55 Tabel 14 Pembagian Kerja Kegiatan Sosial 18 Rumahtangga Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...56 Tabel 15 Curahan Waktu Kegiatan Sosial Satu Bulan Yang Lalu

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk

Lorong, Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...57 Tabel 16 Perbandingan Jenis Kegiatan Yang Dilakukan Suami dan

Istri 18 Rumahtangga Responden Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong Desa Pakandangan Tengah

Tahun 2007 ...58 Tabel 17 Profil Akses dan Kontrol / Manfaat 18 Rumahtangga Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...61 Tabel 18 Kontrol Dalam Pengelolaan Kegiatan Produktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa

Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...62 Tabel 19 Kontrol Dalam Kegiatan Reproduktif dan Kegiatan Sosial

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun

Lauk Lorong, Desa Pakandanga Tengah Tahun 2007 ...64 Tabel 20 Tingkat Pendapatan 18 Rumahtangga Nelayan Rumput Laut

Dusun Lauk Lorong Tahun 2007...65 Tabel 21 Rata-rata Pendapatan 18 Rumahtangga Responden Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ...22 Gambar 2. Kegiatan Ibu-Ibu Mengupas Rajungan Pada Sore Hari ...74 Gambar 3. Penjemuran Cabe Jamu ...74 Gambar 4. Rakit Sebagai Media Tumbuhnya Rumput Laut ...75 Gambar 5 Pengontrolan Rumput Laut Dari Hama dan Penyakit ...75 Gambar 6. Ibu-Ibu Mengikat Rumput Laut Ke Tali Rafia...76 Gambar 7. Panen Rumput Laut ...76 Gambar 8. Pengemasan Rumput Laut Kering...77 Gambar 9. Penjemuran Rumput Laut ...77 Gambar 10. Bibit Rumput Laut ...78 Gambar 11. Alat Dan Bahan Pengolahan Rumput Laut ...78 Gambar 12. Rumput Laut Siap Pakai...79 Gambar 13. Pengolahan Rumput Laut Menjadi Dodol...79 Gambar 14. Dodol Rumput Laut...80 Gambar 15. Seorang Ibu Sedang Mengemas Koktail Rumput Laut ...80 Gambar 16. Seorang Ibu Sedang Membuat Rakit...81 Gambar 17. Salah Satu Jenis Penyakit Rumput Laut (Teritip) ...81


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Judul

Lampiran 1 Peta Desa Pakandangan Tengah ...73 Lampiran 2 Foto-Foto Budidaya Rumput Laut...74 Lampiran 3 Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut ...82 Lampiran 4 Analisis Biaya Rumput Laut Siap Olah...83 Lampiran 5 Analisis Biaya Pembuatan Dodol ...84 Lampiran 6 Analisis Biaya Pembuatan Manisan ...85 Lampiran 7 Analisis Biaya Pembuatan Koktail ...86 Lampiran 8 Kuesioner Penelitian ...87


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar. Luas perairan laut Indonesia sekitar 5,8 juta km2 atau 75 persen dari total wilayah Indonesia. Laut Indonesia memiliki potensi le stari sumberdaya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan menurut Code Of Conduct for Resposible Fisheries (FAO, 1995) adalah 80 persen dari potensi lestari atau sekitar 5,12 juta ton/tahun. Namun pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya yang ada di Indonesia masih belum optimal.

Potensi produksi sumberdaya perikanan yang dapat dihasilkan dari usaha perikanan budidaya jauh lebih besar dari sektor perikanan tangkap, yaitu sekitar 57,7 juta ton/tahun dan baru diproduksi 1,6 juta ton (0.3 %). Dalam hal ini nelayan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Salah satu sumberdaya alam laut yang masih belum banyak dikembangkan adalah rumput laut. Usaha budidaya rumput laut memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di wilayah Indonesia ini dilihat dari wilayah perairan kita yang luas yaitu sebesar sembilan juta km². Sumberdaya kelautan ini merupakan modal bagi berkembangnya mata pencaharian nelayan disamping menangkap ikan, budidaya rumput laut ini dapat menunjang kelangsungan hidup para nelaya n. Apabila komoditas tersebut diolah lebih lanjut, ia dapat menghasilkan kurang lebih 500 jenis produk komersial, mulai dari agar-agar,


(27)

pakan ternak, makanan, obat-obatan, kosmetik, pasta gigi, sampo, kertas, tekstil, hingga minyak pelumas pada pengeboran sumur minyak.

Pemanfaatan rumput laut di Indonesia telah dimulai tahun 1920, tetapi penggunaannya masih terbatas pada obat-obatan dan makanan dengan cara pengolahan yang tradisional. Salah satu khasiat adalah antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Itu sebabnya, sebagian kalangan mengklaim rumput laut sebagai "tanaman dewa"(Afrianto Eddy dan Evi, 1993).

Salah satu daerah yang mencoba untuk membudidayakan rumput laut adalah Kabupaten Sumenep yang terletak di Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Sumenep yaitu 1.998,54 km2. Secara geografis daerah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian daratan dengan luas 1.147,24 km2 atau 57,40 persen dan bagian kepulauan dengan luas 851,30 km2 atau 42,60 persen Berdasarkan pada fakta diatas, sektor perikanan dan kelautan menjadi prioritas utama untuk dikembangkan. Sumenep memiliki area tambak air payau sekitar 1.723.41 hektar. Dari luas tersebut, yang baru termanfaatkan hanya sekitar 250 hektar dengan rata-rata produksi sekitar 2,5 ton/hektar/musim (Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2005/2006).

Usaha budidaya rumput laut memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di wilayah Indonesia ini. Budidaya rumput laut di Sumenep telah dilakukan sejak krisis moneter tahun 1997 karena harganya yang tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan. Usaha budidaya rumput laut ini dapat memberikan pendapatan lebih untuk nelayan dan juga dapat meningkatkan pendapatan daerah. Untuk daerah pembibitan rumput laut daerah yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Sumenep adalah Kecamatan Bluto,


(28)

Giligenting, Nonggunong, Gayam, Talango, Saronggi, Gapura, Raas, Kangean, dan Sapeken. Lokasi penelitian ini berada di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah yang seluruh masyarakatnya bekerja sebagai pembudidaya rumput laut. Dusun ini berada tidak jauh dari pantai, sehingg dapat dengan mudah untuk melakukan pembudidayaan rumput laut.

1.2 Perumusan Masalah

Sumberdaya kelautan rumput laut ini merupakan modal bagi berkembangnya matapencaharian nelayan disamping menangkap ikan, budidaya rumput laut ini dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan tersebut. Potensi rumput laut di Sumenep seluas 11.500 Hektar. Budidaya dan pengolahan rumput laut ini biasa dikerjakan oleh rumahtangga yang terdiri dari suami istri.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pembagian kerja gender dalam hal produksi rumput laut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana hubungan akses dan kontrol suami dan istri terhadap sumberdaya produksi dan manfaat juga tentang bagaimana penjelasan kontribusi dan berapa besar kontribusi yang diberikan suami dan istri terhadap pendapatan rumahtangga nelayan budidaya rumput laut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) nelayan rumput laut serta menjelaskan usaha tani dan pengolahan rumput laut.

2. Mendeskripsikan pembagian kerja dalam kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial antara suami dan istri nelayan rumput laut.


(29)

3. Menganalisis akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi dan pemanfaatan hasil produksi suami dan istri nelayan rumput laut.

4. Menganalisis besarnya kontribusi istri terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini :

1. Diharapkan nantinya dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah khususnya dalam hal pengembangan usaha rumput laut yang responsif gender di Kabupaten Sumenep Madura.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura untuk mengetahui kondisi rumah tangga nelayannya.

3. Memperluas wawasan dan dapat memperkaya hasil- hasil studi program pengembangan pertanian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan analisis gender.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Rumput Laut

2.1.1 Rumput La ut dan Eucheuma Alvarezii Doty (E. Cottonii)

Rumput laut1 atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan. Di samping sebagai bahan makanan dan obat-obatan, rumput laut dapat pula diolah menjadi produk komersial dari berbagai jenis getah rumput laut.

Penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di daerah pantai sudah sejak dulu memanfaatkan rumput laut dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalap, dibuat sayur, acar, kue atau puding dan manisan, serta bahan untuk obat-obatan. Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun (Afrianto Eddy dan Evi 1993).

Jenis rumput laut Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan2 dan agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea. Sedang jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria. Rumput laut ini merupakan rumput laut jenis algae merah (Rhodophyta). Nama daerah dari rumput

1

Taksonomi dari E. Cottonii dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Rhodophyta, Kelas Florideophycidae, Ordo Gigartinales, Famili Soliericeae, Genus Eucheuma, Species Eucheuma Cottonii (Eucheuma Alvarezii Doty)

2

Karaginan adalah zat yang dihasilkan oelah rumput laut kelas Rhodophyceae dan merupakan jenis galactan dan umum digunakan pada industri makanan, khususnya sebagai pengemulsi pada industri minuman.


(31)

laut ini adalah “Cottonii” yang umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.

Di Indonesia, seluruh produksinya berasal dari budidaya, antara lain dikembangkan di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi, dan Maluku sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri dalam negeri penghasil karaginan. Karaginan yang dihasilkan adalah tipe kappa karaginan.

2.1.2 Budidaya Rumput Laut

Keberhasilan budidaya rumput laut sangat tergantung pada teknologi atau metode penanamannya. Metode yang dipilih hendaknya dapat memberikan pertumbuhan yang menguntungkan, mudah pelaksanakannya dengan bahan bangunan yang murah dan mudah didapat. Pengalaman budidaya rumput laut di Indonesia, khususnya pada jenis Eucheuma dan Gracilaria, dapat disimpulkan bahwa perkembangbiakan kedua jenis tersebut dilaksanakan dengan tunas dari tanaman. Budidaya perkembangan tunas tersebut biasanya sangat sederhana, mudah dan relatif murah. Karena pada umumnya perairan tropis dengan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, serta suhu air yang relatif tetap dan panas 28ºC, memungkinkan terjadinya pertunasan yang terus menerus.

Ada tiga metode yang dgunakan dalam budidaya rumput laut, yaitu metode rakit apung, lepas dasar, dan long line.

1. Metode Rakit Apung

Pada metode ini posisi rumput laut terletak dekat permukaan air dan fungsi tiang pancang digantikan dengan sebuah rakit. Rakit-rakit media untuk budidaya dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu yang dilengkapi dengan pelampung plastik, sebab bambu dapat berfungsi sebagai pelampung. Untuk menghemat tempat,


(32)

para nelayan umumnya membuat satu unit budidaya yang terdiri dari gabungan empat buah rakit.

Jarak antara rakit yang satu dengan lainnya kira-kira satu meter. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah nelayan dalam memelihara maupun memanen rumput laut. Cara untuk menghindari agar rakit tidak hanyut adalah dengan mengikatnya pada tiang-tiang bambu atau kayu. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya rumput laut dengan metode apung adalah:

a. pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, produksinya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode lepas dasar;

b. untuk menghindari hanyutnya rakit, dapat dipergunakan jangkar atau tiang bambu. Oleh karena itu, metode ini dapat dilaksanakan pada semua perairan; c. tanaman relatif terhindar dari serangan hama bulu babi.

2. Metode Lepas Dasar

Pada metode ini, benih rumput laut ditanam dengan cara mengikatkan pada suatu rentangan tali atau jaring yang diikatkan pada sejumlah tiang kayu atau bambu. Metode ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha budidaya rumput laut dengan metode ini adalah: a. dapat diterapkan pada perairan yang mempunyai dasar berpasir, berlumpur

atau lumpur berpasir;

b. mudah untuk melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan rumput laut;


(33)

3. Metode Long Line

Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang dilgunakan lebih tahan lama, lebih murah dan mudah didapatkan.

Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, dan setiap 25 meter diberi pelampung utama yang dapat terbuat dari drum plastik. Pada setiap jarak lima meter diberi pelampung yaitu berupa potongan karet sandal atau botol aqua bekas 500ml yang berfungsi untuk memudahkan menggerakkan tanaman setiap saat. Adapun keuntungan dari metode ini adalah:

a. alat dan baha nnya lebih tahan lama;

b. harga alat dan bahan lebih murah dan mudah untuk didapatkan. 2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan

Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang bukan berupa ikan dan juga merupakan salah satu komoditi ekspor hasil perikanan yang tingkat pengusahaannya oleh para nelayan kita masih tergolong rendah dibandingkan dengan usaha budidaya ikan dan udang. Terdapat sepuluh sektor potensi ekonomi kelautan yang memiliki prospek bisnis cerah untuk dikembangkan di Indonesia. Kesepuluh sektor tersebut antara lain ; 1) perikanan tangkap, 2) perikanan budidaya, 3) industri pengolahan hasil perikanan, 4) industri bioteknologi, 5) pertambangan dan energi, 6) pariwisata bahari, 7) pariwisata laut, 8) industri dan jasa maritim, 9) pembangunan pulau-pulau kecil, 10) sumberdaya non-konvensional (Dahuri, 2005).


(34)

Komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi diantaranya budidaya tambak udang, mutiara, ikan kerapu, tuna, cakalang, kakap, baronang, bandeng, nila, lobster, kepiting, rajungan, tripang, dan rumput laut. Rumput laut memberikan keuntungan ekonomi bagi nelayan yang mengusahakan untuk berbudidaya rumput laut.

Selama ini, rumput laut dimanfaatkan untuk makanan manusia, baik dimakan secara langsung maup un diproses terlebih dahulu menjadi agar-agar. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan, pemanfaatan rumput laut bagi kepentingan umat manusia tidak lagi terbatas hanya sebagai makanan saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku pada industri obat-obatan, tekstil, minuman, kosmetik, pasta gigi, dan sebagainya. Dengan demikian, prospek rumput laut sebagai komoditi perdagangan akan semakin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor ke luar negeri (Afrianto Eddy dan Evi 1993).

2.3 Peran Perempuan Nelayan dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga Perempuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan pesisir karena posisinya yang strategis dalam kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Namun demikian, dalam berbagai aspek kajian ataupun program-program pembangunan pesisir mereka tidak banyak tersentuh. Ketika berbicara tentang nelayan yang terlintas dalam pikiran adalah kaum pria yang sebagian atau seluruh hidupnya berjuang menghadapi gelombang besar atau angin kencang untuk memperoleh hasil tangkapan ikan. Pikiran demikianlah yang mendorong lahirnya program


(35)

pembangunan perikanan yang bias gender seperti nampak pada berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya kita, perempuan telah lama dikonstruksi secara sosial maupun budaya untuk menjadi ”kanca wingking” yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumahtangga bahkan seperti dikatakan Djohan 1994 (dalam Suadi 2006) geraknyapun dibatasi dalam lingkup rumahtangga. Hal ini membuat pergerakan peran perempuan nelayan dalam kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi kurang atau tidak tampak.

Keterbatasan ekonomi keluargalah yang menuntut perempuan nelayan termasuk anak-anak mereka bekerja di daerah pesisir. Dalam kegiatan perikanan laut perempuan nelayan berperan sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan, seperti yang terjadi di Sumenep Madura ditemukan bahwa perempuan bekerja di ranah pasca panen pengolahan rumput laut. Di beberapa wilayah bahkan peranan perempuan nelayan, juga sering menyentuh wilayah yang dianggap sebagai dunia kerja kaum laki- laki yaitu penangkapan ikan seperti yang banyak ditemukan dalam kegiatan penangkapan kepiting di daerah mangrove Teluk Bintuni Papua. Peran produktif ini, bagi perempuan nelayan bahkan sering mengalahkan peran reproduktif atau domestiknya.

Hasil kajian Widaningroem dkk. 1998 (dalam Suadi 2006) di pantai selatan Yogyakarta menunjukkan bahwa walaupun peran reproduktif yang dilakukan oleh perempuan seperti membersihkan rumah, mencuci, dan menyiapkan makanan mencapai angka 80 persen dari alokasi waktu setiap harinya, ketika mereka melakukan aktivitas produktif di pesisir, peran tersebut


(36)

ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada anak atau ibu atau nenek mereka. Kontribusi nelayan ini terhadap pendapatan keluarga pun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami.

Kesempatan peran perempuan nelayan juga memiliki peluang yang cukup baik karena suami mereka memiliki kebiasan yang baik yaitu menyerahkan hasil usaha melaut mereka kepada kaum wanita dan sekaligus memberikan kepercayaan kepada wanita untuk mengelola keuangan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan wanita lebih mandiri dan berani memutuskan hal-hal penting bagi keluarga dan dirinya. Pembagian peran yang sejajar khususnya dari aspek ekonomi perikanan dimana wanita yang mengurusi pasca pane n dan pemasaran hasil perikanan termasuk pengawetan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil, sementara pria pada aspek produksi melalui kegiatan penangkapan ikan dapat menjadi salah satu cara mendorong partisipasi wanita yang lebih baik.

Kontribusi ekonomi perempuan sangat membantu bagi kelangsungan rumahtangga. Dalam usaha produksi, umumnya ada penilaian yang berbeda mengenai pekerjaan laki- laki, perempuan, dan anak-anak dan mengenai sumber penghasilan dari usaha produksi, menurut Levy dalam Adriyani (2000) perlu membedakan :

1. Apakah penghasilan merupakan usaha bersama dari kesatuan keluarga atau usaha perseorangan anggota keluarga ataukah beberapa orang anggota keluarga yang menggabungkan diri kedalam kesatuan-kesatuan produktif/pencarian nafkah di luar keluarga.

2. Apakah penghasilan diusahakan untuk dikuasai oleh keluarga atau pihak luar keluarga.


(37)

Dalam bidang konsumsi, keluarga mengenal pola-pola konsumsi yang merupakan sebagian dari pola-pola kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dapat terjadi bahwa seluruh penghasilan dari semua pencari nafkah dalam suatu keluarga dikumpulkan menjadi dana bersama, yaitu dimanfaatkan untuk keperluan bersama menurut kebutuhan masing- masing, disesuaikan dengan norma- norma tingkat hidup keluarga tersebut. Jadi dalam alokasi ekonominya, perlu diperhatikan antara siapa-siapa dana bersama itu dibentuk, siapa yang menguasainya dan bagaimana cara menjalankan wewenang itu (Levy dalam Adriyani,2000).

2.4 Konsep Gender dan Seks

Terdapat beberapa pengertian tentang konsep gender yang selama ini masih sering dibingungkan oleh masyarakat, yaitu:

1. Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki- laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor- faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki- laki dan perempuan ( Handayani dan Sugiarti, 2002)

2. Gender adalah perbedaan-perbedaan (dikotomi) sifat wanita dan pria yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tapi lebih pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara wanita dan pria yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas, masyarakat dan bernegara (Donnel 1988;Eviota 1993 dalam Saruan Christie, 2000)

3. Gender adalah suatu proses dimana individu- individu yang dilahirkan dalam kategori sosial pria dan wanita yang kemudian memperoleh sifat-sifat maskulin dan feminin (Kabeer, 1990 dalam Saruan Chrisie 2000)


(38)

Konsep gender lebih menunjukkan kepada perumusan sosial budaya mengenai peranan wanita dan pria karena adanya penilaian mengenai sifat feminitas dan maskulinitas. Ciri dan sifat tersebut dapat dipertukarkan dan bisa berubah, misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan sedangkan laki- laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa dan lain- lain (Saptari 1997; Fakih 1999; dalam Mugniesyah 2000). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam arti memilih atau memisahkan) peran antara laki- laki dan perempuan.

Faktor utama yang mempengaruhi posisi maupun hubungan gender (hubungan perempuan dengan laki- laki) atau dengan lingkungannya dalam suatu struktur sosial menurut Saptari (1997) adalah sistem nilai, norma, dan stereotipe tentang perempuan. Sifat ideologi gender ini mencerminkan nilai bahwa perempuan inferior terhadap laki- laki, sehingga memungkinkan eksploitasi yang besar terhadap perempuan dalam hubungan sosial produksi.

Sementara itu, seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya jenis lelaki adalah manusia yang memiliki penis, memproduksi sperma, dan seterusnya. Perempuan adalah manusia yang memiliki rahim, melahirkan anak, dan seterusnya (Handayani dan Sugiarti, 2002). Dengan demikian seks mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki- laki dan perempuan secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri sendiri. Seks berarti perbedaan laki- laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi- fungsi organisme yang berbeda. Secara biologis alat-alat tersebut melekat pada lelaki dan


(39)

perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan Tuhan (kodrat).

2.4.1 Akses dan Kontrol

Akses dan kontrol merupakan dua konsep yang berbeda, namun pada kenyataannya kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Akses adalah peluang atau kesempatan yang bisa diraih antara laki- laki dan perempuan untuk melakukan, memiliki atau menikmati beragam sumberdaya baik yang menyangkut informasi/pendidikan, modal, teknologi dan kesempatan berusaha atau bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan kontrol menyangkut sejauh mana laki- laki dan perempuan mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukan, memiliki atau menikmati sesuatu.

Keduanya saling berhubungan dalam artian kontrol yang dimiliki seseorang memungkinkan orang tersebut mempunyai akses terhadap satu atau lebih sumberdaya. Namun, seseorang yang akses terhadap beragam sumberdaya belum tentu memiliki kontrol dalam memperoleh sumberdaya tadi. Bahkan bisa saja terjadi seseorang akses terhadap beragam sumberdaya justru karena dia dikuasai (dikontrol) orang lain.

Akses seseorang yang bisa diraih oleh individu untuk memperoleh beragam sumberdaya, dapat dilihat dari : a) sumberdaya apa saja yang diperoleh seseorang, b) kegiatan-kegiatan apa saja yang dikerjakan individu dalam usaha memperoleh beragam sumberdaya, c) siapa yang menikmati hasil dari kegiatan tersebut. Konsep kontrol berhubungan dengan aspek kekuasaan, maka dapat dianalisis melalui pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu untuk


(40)

melakukan sesuatu kegiatan baik dalam rumahtangga maupun masyarakat luas. Alat ukur yang digunakan adalah frekuensi mengambil keputusan oleh individu dalam periode waktu tertentu.

2.5 Teknik Analisis Gender

Berdasar pada kenya taan bahwa adanya ketimpangan-ketimpangan gender, dalam pelaksanaan penelitian diperlukan pisau analisis untuk membedah yang disebut dengan analisis gender. Konsep gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan (dikotomi) sifat perempuan dan laki- laki yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tapi lebih pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara perempuan dan laki- laki yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas.

Konsep Gender and Development (GAD)- gender dan pembangunan- berakar pada gerakan feminis yang memandang bahwa permasalahan pada perempuan dalam pembangunan bukan berakar pada perbedaan jenis kelamin (seks). Konsep utama GAD ini bukan hanya pada perempuan semata-mata tapi juga pada analisis hubungan gender. Analisis gender kemud ian menjadi suatu alat analisis, terutama berkenaan dengan peranan perempuan dan laki- laki menjadi terukur (nyata). GAD menelaah bagaimana hubungan perempuan dan laki- laki tersebut dalam proses pembangunan. Dari hasil penelaahan tersebut diharapkan dapat diimplementasikan suatu program pembangunan yang sadar gender atau bahkan berperspektif gender.

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui secara lebih tepat tentang arti perbedaan-perbedaan bentuk dan sifat partisipasi perempuan dan laki-laki dalam proses pembangunan. Salah satu teknik yang telah diakui


(41)

keampuhannya adalah teknik analisis gender. Melalui teknik ini berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat teridentifikasi. Teknik analisis gender yang digunakan adalah Teknik Analisis Harvard yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al., 1986 dalam Handayani Trisakti 2002). Teknik analisis ini mencakup beberapa komponen yang satu sama lain saling berhubungan yaitu:

1. Profil Aktivitas

Dalam hal ini profil aktivitas mencakup:

a. Produksi barang dan jasa, seringkali para perencana gagal menemukan peranan perempuan sebagai produsen beragam komoditi. Untuk itu perlu diidentifikasi kegiatan laki- laki dan perempuan dalam kegiatan produktif. b. Reproduksi dan pemeliharaan sumberdaya manusia, dalam hal ini

mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang mencakup reproduksi tenaga kerja, reproduksi sistem sosial dan reproduksi biologis yang semuanya dikategorikan sebagai kegiatan non-ekonomis. Termasuk didalamnya sosialisasi anak tentang sistem nilai budaya, ketenagakerjaan dan peranan domestik, pengambilan air dan sebagainya.


(42)

Tabel 1. Kerangka Analisis Harvard Profil Aktivitas

A. Aktivitas Produksi Laki-laki Perempuan Pertanian:

Aktivitas 1 Aktivitas 2, dst Pekerjaan sampingan: Aktivitas1

Aktivitas 2, dst Bekerja di luar Aktivitas 1 Aktivitas 2, dst Lainnya;

B. Aktivitas Reproduksi Terkait dengan air:

Aktivitas 1 Aktivitas 2, dst

Terkait dengan bahan bakar Menyiapkan makanan Mengasuh anak

Terkait dengan kesehatan Bersih-bersih

Terkait dengan pasar Lainnya

Sumber : The Oxfam Gender Training Manual (terjemahan) dalam Handayani Trisakti 2002.

2. Profil Akses dan Kontrol

Akses adalah peluang yang bisa diperoleh perempuan dan laki- laki untuk melakukan sesua tu, memiliki sesuatu atau menikmati sesuatu (kegiatan, barang, jasa, dan sebagainya). Sementara kontrol menyangkut sejauh mana perempuan dan laki- laki mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukan/memiliki atau menikmati sesuatu. Perlu diketahui bahwa perempuan dan laki- laki yang akses terhadap sesuatu belum tentu dia memiliki kontrol atas sesuatu tersebut, karena akses seseorang mungkin ditentukan oleh orang lain, sementara kontrol mencirikan bahwa seseorang itu berkuasa atau tidak untuk menentukan sesuatu yang dia akses atau tidak diakses.


(43)

Tabel 2. Kerangka Analisis Harvard Profil akses dan Kontrol/Manfaat A. Sumberdaya Laki-laki Perempuan

Akses Kontrol Akses Kontrol Tanah

Peralatan Tenaga kerja Uang kas

Pendidikan/pelatihan Lainnya.

B. Manfaat

Pendapatan dari luar Pemilikan kekayaan Kebutuhan dasar Pendidikan Kekuatan politik Lainnya

Sumber : The Oxfam Gender Training Manual (terjemahan) dalam Handayani Trisakti 2002.

2.6 Kerangka Pemikiran

Permasalahan gender dalam produksi rumput laut yang mencakup kegiatan budidaya dan pengolahan pasca panen rumput laut ini dapat ditelaah dengan menggunakan Teknik Analisis Harvard yaitu suatu ana lisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al., 1986 dalam Handayani dan Sugiarti 2002).

Pembagian kerja suami dan istri merupakan faktor terpenting untuk dapat melihat relasi gender yang terdapat dalam permasalahan ini. Hal ini terlihat pada masyarakat Desa Pakandangan Tengah dimana sua mi bekerja di ranah budidaya rumput laut sedangkan istri lebih berperan di ranah pengolahan pasca panen


(44)

rumput laut.Relasi gender yang ada dapat terlihat dari pembagian kerja suami dan istri yang dijelaskan dengan menggunakan profil pembagian kerja, profil akses dan kontrol, dan pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga nelayan rumput laut. Selain itu peran istri juga lebih terlihat dengan penjabaran yang ada.

Profil pembagian kerja meliputi kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiata sosial yang dilakukan oleh suami dan istri dalam satu musim panen rumput laut dan juga curahan waktu terhadap ketiga kegiatan tersebut yang nantinya dikonversi ke dalam hitungan jam/hari. Akses dan kontrol (peluang dan penguasaan) dapat dilihat melalui akses dan kontrol terhadap alat-alat produksi dan profil kontrol dalam kegiatan reproduktif dan kegiatan sosial. Relasi gender yang terlihat melalui teknik analisis harvard dapat menyimpulkan kontribusi istri terhadap kegiatan produksi rumput laut yang juga dapat mempengaruhi pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut tersebut.

2.7 Hipotesa

♣ Curahan waktu kegiatan produktif (budidaya rumput laut) suami diduga lebih besar daripada istri.

♣ Akses dan kontrol suami dalam kegiatan budidaya rumput laut diduga lebih besar daripada istri.

♣ Kontribusi istri dalam hal produksi rumput laut diduga mempengaruhi pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut.

2.8 Definisi Operasional

1. Rumahtangga nelayan adalah rumahtangga dengan anggotanya minimal satu orang yang melakukan kegiatan produksi (bud idaya dan pengolahan pasca


(45)

panen) rumput laut dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual atau untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

2. Karakteristik nelayan adalah karakteristik pribadi individu nelayan yang meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan.

a) Usia adalah satuan umur manusia yang dihitung mulai dari tahun lahir sampai saat ini. Usia kerja adalah usia responden dimana mereka sudah melakukan kegiatan produktif yaitu 18-65 tahun. b) Tingkat pendidikan adalah lama belajar atau keikutsertaan dalam pendidikan formal. Penggolongan tingkat pendidikan formal adalah : tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tidak tamat SMP, tamat SMP/sederajat, tidak tamat SMU, tamat SMU/sederajat, lulus Perguruan Tinggi.

c) Pendapatan adalah banyaknya pendapatan yang diperoleh berupa uang dari kegiatan produktif yang diperoleh suami dan istri dalam jangka waktu sebulan terakhir.

a) Tinggi : > Rp. 1.000.000

b) Sedang : Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 c) Rendah : < Rp. 500.000

3. Pembagian kerja adalah pembagian pekerjaan antara laki- laki dan perempuan yang meliputi kegiatan produksi rumput laut.

4. Kegiatan Produktif adalah kegiatan yang langsung menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang. Curahan waktu untuk metode ini menggunakan metode recall satu bulan yang lalu dan diukur dengan jam/hari dalam satu bulan terakhir.


(46)

5. Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang tetapi dapat menjamin kelangsungan hidup keluarga nelayan, baik yang dilakukan suami ataupun istri. Misalnya mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak, belanja, dan lainnya. Curahan waktu untuk metode ini menggunakan metode recall sehari yang lalu diukur dalam jam/hari.

6. Kegiatan Sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal nelayan ataupun sanak saudara terdekat, misalnya gotong-royong, arisan, pengajian, selamatan, dan lainnya. Peranan ini dilihat dari hadir tidaknya seseorang dalam kegiatan tersebut dan dihitung menggunakan metode recall satu bulan yang lalu.

7. Akses adalah kesempatan yang dimiliki oleh suami maupun istri untuk memperoleh beragam sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif. Alat yang digunakan adalah siapa (suami atau istri) yang memiliki kesempatan untuk menggunakan sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif, seperti peralatan yang digunakan untuk budidaya maupaun pengolahan rumput laut, pemasaran, dan modal usaha.

8. Kontrol adalah kekuasaan (pengaruh) yang dimiliki suami dan istri untuk mengambil keputusan. Diukur melalui frekuensi memutuskan untuk setiap jenis kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosia Tingkatan kontrol ini adalah :

a) Istri sendiri d) Suami Dominan b) Istri dominan e) Suami Sendiri c) Bersama


(47)

(48)

Profil Akses dan Kontrol Profil Pembagian

Kerja Produksi Rumput Laut

(Budidaya dan Pengelolaan pasca panen)

Sumber nafkah nelayan :

•Hasil tangkapan ikan

• Pengolahan hasil tangkapan • Produksi

rumput laut • Produksi cabe

jamu • Tangkapan

rajungan

Pembagian kerja suami dan istri Relasi Gender (Teknik Analisis Harvard)

Pendapatan Rumahtangga Kontribusi ekonomi Perempuan terhadap produksi rumput laut Gambar 1. Kerangka Pemikiran


(49)

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura khususnya di Dusun Laok Lorong. Peneliti memilih Dusun Laok Lorong sebab Di Desa Pakandangan Tengah ini terdapat tiga Dusun tetapi hanya Dusun Laok Lorong yang kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai pembudidaya rumput laut dan bertempat tinggal tidak jauh dari pantai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbanga n bahwa di desa ini terdapat kelompok petani budidaya rumput laut yang pada tahun 2004 lalu telah memenangkan penghargaan tingkat nasional dalam hal budidaya rumput laut dan sekarang membentuk kelompok tani wanita untuk masalah pengolahan hasil rumput laut pasca panen. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007 dan sebelumnya telah diawali dengan studi penjajagan pada bulan November 2006 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian.

Tempat penilitian dapat dijangkau dengan kendaraan umum yang berjarak 19 kilometer dari Pusat Kota Sumenep. Keadaan wilayah lokasi penelitian ini tidak terlalu jauh, bahkan dekat dengan pantai sampai-sampai suara deburan ombak terdengar hingga ke rumah warga. Pada saat penelitian berlangsung petani rumput laut sedang mengadakan pembibitan rumput laut sehingga untuk kegiatan budidaya belum dilakukan. Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat selain pembibitan adalah menangkap rajungan, berladang, dan penjemuran cabe jamu.


(51)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survei deskriptif yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, dimana peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

Unit analisisnya adalah rumahtangga yang melakukan produksi (budidaya dan pengolahan pasca panen) rumput laut. Responden yang menjadi objek wawancara adalah suami dan istri nelayan pembudidaya rumput laut. Selain wawancara dilakukan juga pengamatan langsung di lapangan lokasi penelitian, yang diamati yaitu gambaran tentang lokasi penelitian, keadaan lingkungan kawasan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan nelayan di Desa Pakandangan Tengah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil wawancara. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan mengenai karakteristik pribadi, sumberdaya rumahtangga, profil aktivitas, profil akses dan kontrol/manfaat, pendapatan rumahtangga, kegiatan produktif, reproduktif dan kegiatan sosial nelayan. Pengambilan data kuesioner dilakukan dengan cara mendatangi setiap responden untuk diwawancara sesuai dengan isi kuesioner. Pengisisan kuesioner dan wawancara dilakukan di rumah responden


(52)

pada saat pagi, siang, maupun sore hari. Untuk responden istri biasanya berada di rumah pada saat pagi hingga siang hari, sedangkan untuk responden suami biasanya berada di rumah pada saat siang atau sore hari. Data primer yang diperlukan meliputi:

1. Karakteristik pribadi yang terdiri dari nama responden, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pendapatan per bulan,

2. Sumberdaya rumahtangga terdiri dari jumlah anggota rumahtangga dan penguasaan aset produksi (besar lahan budidaya yang dimiliki),

3. Alokasi waktu suami dan istri nelayan dalam pekerjaan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosial. Kegiatan produktif untuk satu bulan terakhir, kegiatan reproduktif sehari yang lalu, dan kegiatan sosial untuk satu bulan terakhir, 4. Pendapatan suami dan istri nelayan dalam sebulan yang lalu,

5. Akses dan kontrol suami dan istri terhadap kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosial.

Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta Desa Pakandangan Tengah, laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan dari hasil- hasil penelitian terdahulu.

3.4 Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang memproduksi (budidaya dan pengolahan) rumput laut. Sebagai responden adalah suami dan istri dalam satu rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan menggunakan 18 rumahtangga yang kesemuanya


(53)

merupakan anggota dari Kelompok Tani As-Sakinah dan Al-Falah. Selain dari responden, informasi juga diperoleh dari informan yang terdiri dari karyawan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep yang bertanggung jawab pada kelompok petani nelayan tersebut, dan kepala desa.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, setelah itu diolah dan dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif. Analisa kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan sebaran berbagai variabel untuk menjelaskan data karakteristik pribadi, sumberdaya rumahtangga, alokasi waktu (produktif, reproduktif, dan kegiatan sosial), serta akses dan kontrol dalam tabel frekuensi. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil wawancara (data dan informasi yang diperoleh). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menjelaskan hubungan variabel atau sebaran variabel dari kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial responden yang dihitung menggunakan kurun waktu satu bulan.


(54)

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis

Desa Pakandangan Tengah adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Letaknya 19 kilometer ke arah barat dari Kabupaten Sumenep. Luas Desa Pakandangan Tengah yaitu 213,875 hektar. Luas bangunannya 53,740 hektar, luas tegalan sebesar 159,633 hektar, dan luas areal tanah rumput adalah 0,5 hektar. Desa Pakandangan Tengah ini bebatasan dengan :

Utara : Desa Sera Barat

Selatan : Desa Pakandangan Barat Barat : Desa Pakandangan Sangrah Timur : Selat Madura

Lokasi penelitian (Lampiran 1) adalah Desa Pakandangan Tengah yang berada diatas Selat Madura atau bagian selatan. Desa Pakandangan Tengah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan. Perbedaan kedua bagian tersebut terletak pada jenis pekerjaan dan ketinggian dearahnya. Desa Pakandangan Tengah bagian utara penduduknya lebih banyak bekerja di ladang, menggembala ternak, dan produksi cabe jamu. Hal ini dikarenakan Desa Pakandangan Tengah bagian utara ini merupakan pegunungan yang jauh dari pantai. Untuk penduduk Desa Pakandangan Tengah bagian selatan lebih banyak yang bekerja sebagai nelayan, di sini nelayan tidak diartikan sebagai penangkap


(55)

ikan melainkan menangkap rajungan, pembudidaya rumput laut (produksi dan pasca panen), ladang, pengupasan rajungan, dan produksi cabe jamu.

Desa Pakandangan Tengah ini terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Jurgang, Dusun Muncar, dan Dusun La uk Lorong. Wilayah pantai ini memiliki curah hujan 17mm/tahun, dengan temperatur berkisar antara 27-31ºC. Curah hujan terbesar terjadi di wilayah ini pada bulan Desember-Maret (Kabupaten Sumenep dalam Angka, 2005).

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Pakandangan Tengah (Tabel 3) adalah 1555 jiwa dan terdiri dari 100% suku Madura asli.

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Pakandangan Tengah 2006 Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Jurgang 358 337 695

2. Muncar 227 226 453

3. Lauk Lorong 196 211 407

Jumlah 781 774 1555

Sumber: BPS Kabupaten Sumenep (2006)

Berdasarkan kelompok umur (Tabel 4) yang paling menonjol jumlahnya adalah kelompok umur 7-15 tahun dan 22-59 tahun. Kelompok umur 7-15 tahun merupakan umur usia sekolah tingkat sekola h dasar (SD) dan usia sekolah tingkat pertama (SLTP) dan penduduk di Desa ini yang tergolong kelompok ini cukup banyak. Kelompok umur 22-59 merupakan usia produktif atau usia kerja. Masyarakat Desa Pakandangan Tengah jika dilihat dari jumlah usia produktifnya berarti memiliki potensi untuk berkembang karena memiliki sumber tenaga kerja yang cukup banyak, sehingga memungkinkan dilakukannya pembangunan di sektor perikanan untuk wilayah Pakandangan Selatan dan sektor pertanian dan


(56)

perkebunan untuk wilayah Pakandangan Utara yang berkaitan dengan mata pencaharian mereka.

Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Pakandangan Tengah, 2006.

No Nama Dusun

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (tahun) 0 = 1 1 = 5 5 – 6 7 – 15 16-21 22-59 60

keatas 1 Laok

lorong

11 19 11 76 31 229 30

2 Muncar 2 23 7 70 45 242 64

3 Jurgang 9 18 24 137 51 392 64

Jumlah 22 60 42 283 127 863 158

Sumber: Petugas Lapangan KB (2006) 4.1.3 Sarana dan Prasarana

Di daerah Pakandangan Tengah ini terdapat sarana transportasi darat yang menghubungkan dengan pusat kota Sumenep dan pusat kota Pamekasan. Alat transpotasi yang ada yaitu angkutan umum berupa angkutan “elf” -yang biasanya masyarakat menyebutnya taxi- dan ojek sepeda motor, seperti yang dikemukakan seorang responden ( Saherah, 35 tahun) sebagai berikut :

“Kalo mau ke pasar atau ke kota biasanya ya naek taxi mbak. Cukup bayar 1000 saya sudah sampe di Pasar Kapedi.”

Desa Pakandangan Tengah yang bejarak 19 km dari pusat kota Sumenep terbentang memanjang dari arah selatan ke utara. Kondisi jalanan yang menghubungkan antara Pakandangan Utara dan Pakandangan Selatan berupa jalan raya beraspal yang juga merupakan jalan raya menuju pusat kota Pamekasan dan Sumenep. Pakandangan Tengah ini terbelah menjadi dua bagian yang dihubungkan oleh jalan administratif kota. Untuk jalan antar dusunnya sendiri sudah ada yang beraspal tetapi tidak semuanya hanya jalan utama saja yang beraspal. Jalan lainnya merupakan jalan setapak dari batu maupun tanah.


(57)

Kendaraan yang dapat melewati jalan di Desa Pakandangan Tengah ini mulai mobil hingga sepeda motor tetapi untuk becak tidak bisa sebab jalannya ada yang curam dan menanjak.

Sarana perbelanjaan di daerah Pakandangan Tengah ini belum ada. Apabila masyarakat ingin belanja hanya untuk keperluan sehari- hari biasanya ada penjual sayur keliling yang datang. Untuk belanja kebutuhan seperti pakaian, sepatu, alat-alat rumah tangga maka penduduk biasanya pergi ke pasar yang berada satu km dari desa yaitu Pasar Desa Pakandangan atau ke Pasar Kapedi yang berjarak tiga km dari Desa Pakandangan. Segala keperluan tersedia di pasar ini mulai dari pakaian, makanan, hingga kebutuhan tersier seperti mainan anak, kaset dll.

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pakandangan Tengah hanya terdapat satu bidan dan lima tempat yang dipergunakan sebagai posyandu. Tidak terdapat dokter praktek maupun puskesmas yang dapat menunjang kesehatan masyarakat. Jadi apabila ada masyarakat yang sakit maka harus dibawa ke Kota Sumenep atau Kota Pamekasan untuk penanganan selanjutnya yang lebih lengkap. Sementara itu, prasarana pendidikan yang tersedia di wilayah ini adalah satu buah Taman Kanak-Kanak (Raudatul Atfal), satu buah Sekolah Dasar (SD), dua buah Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan dua buah Madrasah Diniah (MD). Untuk sarana ibadah yang ada berupa lima masjid, karena seratus persen masyarakat Desa Pakandangan ini beragama islam.

4.1.4 Sumber Nafkah Masyarakat Pakandangan Tengah

Masyarakat di Desa Pakandangan ini tidak saja mendapat penghasilan yang dapat menghidupi keluarganya dari rumput laut. Masih ada beberapa


(58)

pekerjaan yang juga dapat menambah penghasilan mereka. Jenis-jenis sumber nafkah tersebut antara lain adalah:

1. Rumput Laut

Rumput laut dalam satu tahunnya dapat enam kali panen. Pada Bulan Februari sampai Juli biasanya hasil panen maksimal dan bagus mutunya. Untuk Bulan Agustus sampai Januari hasil panen tidak maksimal. Satu rakit ukuran 7 x 9 meter dapat menghasilkan 500 kilogram tiap kali panennya untuk periode Bulan Februari – Juli, sedangkan untuk Bulan Agustus – Januari satu rakit dengan ukuran sama hanya dapat menghasilkan 100-150 kilogram untuk sekali panen.

Pengolahan rumput laut menjadi makanan hanya berlangsung di musim kemarau saja. Hal ini diakibatkan karena harus melakukan penjemuran untuk pengeringan rumput laut yang nantinya akan diolah menjadi dodol, manisan, dan koktail. Untuk pembuatan dodol dan manisan rumput laut tidak selalu dilaksanakan hanya tergantung pada permintaan pasar saja. Untuk rumput laut kering/siap olah pembuatannya terus- menerus tanpa harus ada permintaan pasar. Kegiatan budidaya rumput laut rata-rata dilakukan oleh laki- laki, sedangkan untuk pengolahan pasca panen dilakukan oleh perempuan.

2. Tangkapan Rajungan

Rajungan ini berbeda dengan rumput laut yang memiliki masa panen dalam setahun enam kali. Untuk rajungan sepanjang tahun dapat di panen tetapi hanya pada bulan-bulan tertentu saja yang dapat menghasilkan rajungan dalam jumlah banyak dan berkualitas bagus.

Setiap harinya nelayan pasti mendapatkan rajungan cuma dalam jumlah yang berbeda. Pada Bulan Desember – Mei setiap harinya dapat memperoleh


(59)

rajungan rata-rata 20 kg/hari dengan harga per kilonya @ Rp. 26.000. Pada Bulan Juni – November hanya memperoleh satu sampai dua kilogram per harinya. Keuntungan bersih nelayan nantinya dipotong dulu sebesar Rp. 50.000 untuk solar. Jadi apabila dalam sehari nelayan menghasilkan 20 kilogram rajungan maka keuntungan bersih yang diperolehnya adalah Rp. 470.000. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh laki- laki, sedangkan untuk pengupasan rajungan dilakukan oleh perempuan.

3. Cabe Jamu

Cabe jamu ini berbeda dari rajungan dan rumput laut sebab cabe jamu ini hanya melakukan panen sekali dalam satu tahun yaitu pada Bulan Maret atau April saja. Hasil panen yang didapatkan adalah dua kuintal/tahunnya dalam keadaan basah. Harga untuk satu kilogram cabe jamu basah adalah Rp. 1.000, sedangkan untuk satu kg cabe jamu kering adalah Rp. 9.000. Perbandingan hasil dari cabe jamu basah dan kering adalah 7:1. Jadi tujuh kilogram cabe jamu basah menghasilkan satu kilogram cabe jamu kering. Untuk produksi cabe jamu ini tidak seramai budidaya rumput laut dan tangkapan rajungan sebab lamanya panen. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan.

4. Ladang

Berladang merupakan pekerjaan lain dari masyarakat Desa Pakandangan Tengah. Rata-rata setiap rumah memiliki ladang di samping rumah mereka. Luas lahan yang digunakan untuk ladang berkisar kurang lebih satu setengah hektar untuk satu rumahtangga. Tanaman yang ditanam di ladang biasanya adalah jagung dan ketela pohon. Hasil berladang ini tidak untuk dijual melainkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jagung dapat digunakan sebagai


(60)

campuran nasi untuk dimakan, sedangkan ketela pohon dapat dimakan setelah dibakar terlebih dahulu. Jadi ladang yang masyarakat miliki hanya untuk subsisten, bukan untuk dijual hasilnya. Selain untuk dimakan jagung juga memiliki manfaat sebagai pakan ternak pada musim kemarau. Bagian yang digunakan sebagai pakan ternak adalah daun jagung. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan.

Tabel 5 menunjukkan perbandingan secara keseluruhan sumber nafkah nelayan rumput laut di Desa Pakandangan Tengah. Apabila dilihat dari persentase yang ditampilkan kontribusi peran perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan laki- laki.

Tabel 5. Perbandingan Persentase Kontribusi Laki- Laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber Nafkah Nelayan Rumput Laut di Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007

Jenis Sumber Nafkah Laki-Laki (dalam persen)

Perempuan (dalam persen)

Keterangan

1. Budidaya Rumput Laut 70 30 - 2. Pengolahan Rumput Laut 10 90 Didominasi oleh

perempuan 3. Menangkap Rajungan 90 10 Didominasi oleh

laki-laki 4. Mengupas Rajungan - 100 Tidak laki-laki

yang melakukan kegiatan ini

5. Cabe Jamu 60 40 -

6. Berladang 30 70 -

Sumber: informan

4.1.5 Kehidupan Kemasyarakatan

Di Dusun ini bentuk bangunan rumahnya sudah banyak yang terbuat dari tembok tapi masih ada beberapa yang masih terbuat dari anyaman bambu. Bangunan rumah yang ada masih berkelompok, biasanya berdasarkan ikatan keluarga. Maksudnya bangunan rumahnya berpencar membentuk


(61)

kelompok berdasarkan ikatan keluarga. Walaupun begitu rasa gotong royong antar warganya cukup kental. Apabila ada salah satu warga yang membangun rumah, maka warga yang lain pasti membantu tanpa diminta.

Biasanya terdapat ladang- ladang di samping rumah penduduk. Ladang-ladang ini diolah sendiri oleh anggota keluarga. Hasil Ladang-ladang ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari dan tidak dijual. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah jagung, sebab jagung memberikan banyak manfaat bagi penduduk, antara lain jagungnya yang digunakan sebagai bahan untuk membuat nasi jagung yang nantinya dikonsumsi oleh penduduk dan daunnya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (sapi dan kambing). Selain itu juga terdapat tumbuhan kelor yang biasanya dapat digunakan sebagai sayuran.

Kehidupan masyarakat Dusun Laok Lorong ini dapat dibilang masih kental rasa kekeluargaannya antara warga yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari apabila ada salah satu warga yang sedang hajatan, kebanyakan warga yang lainnya membantu tanpa pamrih. Ada satu adat yang cukup unik di daerah ini yaitu apabila ada salah satu warga hajatan dan warga yang lain datang untuk memenuhi undangannya maka warga yang datang tadi membawa hadiah atau kado. Hadiah yang dibawa adalah beras maka beras yang dibawa tiap warga haruslah dicatat terlebih dahulu berapa banyak beras yang diberikan untuk warga yang sedang mengadakan hajatan. Nantinya apabila warga yang datang tersebut giliran mengadakan hajatan maka warga yang sudah hajatan tadi wajib untuk mengembalikan beras yang diberikan warga tadi sejumlah yang sama. Jadi seperti sistem utang piutang.


(62)

Misalnya, pada kasus Ibu Saherah mengadakan hajatan dan Ibu Zubaida datang dengan membawa beras seberat satu kuintal, maka nantinya apabila Ibu Zubaida mengadakan hajatan di lain waktu maka Ibu Saherah juga harus memberikan beras seberat satu kuintal pada Ibu Zubaida, sebab dulu pada waktu Ibu Saherah hajatan, Ibu Zubaida memberikan berat dengan berat yang sama. 4.2 Gambaran Umum Pertanian Rumput Laut Di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah

Budidaya rumput laut diperairan Selat Madura Kabupaten Sumenep, pertama kali dilakukan pada tahun 1989 di Giliraja Kecamatan Giligenting. Budidaya Rumput Laut di perairan pantai Desa Pakandangan Tengah, didahului dengan sebagian anggota masyarakat yang belajar di Pulau Giliraja selama satu periode tanam, yaitu kurang lebih satu tahun lamanya dengan menggunakan sistem rakit apung. Budidaya pertama kali di perairan Pakandangan Tengah pada bulan Oktober 1990 yaitu sebanyak 216 ton rumput laut basah. Petani yang membudidayakan rumput laut sebanyak 44 orang masing- masing memiliki antara 10-15 rakit dengan ukuran bervariasi, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 550 rakit.

Lokasi budidaya rumput laut di Pakandangan Tengah berjarak kurang lebih 75 meter dari garis pantai. Jarak dari jalan raya 300 meter dan dari Kota Kabupaten Sumenep berjarak sekitar 19 kilometer. Hamparan lokasi budidaya rumput laut sepanjang kurang lebih empat kilometer. Dasar perairan lokasi budidaya rumput laut di Pantai Desa PakandanganTengah terdiri dari pecahan karang bercampur pasir. Pasang surut air mengalami tiga kali pergantian waktu dalam satu bulan. Untuk mengatasi masalah tersebut petani rumput laut menanam


(63)

rumput lautnya berjarak 75 meter dari garis pantai agar rumput laut tidak terbawa arus apabila pasang dan tidak naik ke pantai apabila terjadi air laut surut.

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut Di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah.

I. Persiapan Rakit

Budidaya rumput laut di perairan pantai Pakandangan menggunakan metode apung dengan sistem rakit. Ukuran rakit yang banyak digunakan masyarakat adalah uk uran 7 x 9 meter. Tiap-tiap rakit terdiri dari 60 tali ris dan masing- masing tali ris terdiri dari 70-75 rumpun rumput laut. Pembuatan rakit ini sendiri memakan waktu kurang lebih tiga setengah jam untuk satu rakitnya. Pembuatan rakit ini biasanya dikerjakan oleh laki- laki tetapi perempuan juga ada yang melakukannya.

II. Penanaman

Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang diambil dari hasil panen rumput laut yang telah berumur 40-45 hari yaitu dengan jalan memotong menjadi empat sampai lima bagian untuk kemudian ditanam kembali. Bibit digantungkan pada tali ris yang telah diikat dengan menggunakan tali rafia. Kegiatan ini dikerjakan oleh perempuan. Adapun berat awal tanam adalah 60 kilogram rumput laut basah per rakit. Satu rakit terdiri dari 60 ris yang tiap risnya membutuhkan satu kilogram bibit rumput laut.

Jumlah 60 kilogram tadi kemudian diambil sedikit-sedikit untuk digantungkan pada tali ris yang telah diikat tali rafia. Mengikat rumput laut pada tali rafia dikerjakan oleh perempuan. Memasang rumput laut ke rakit biasa dilakukan oleh laki- laki, sebab penanaman dilakukan di laut.


(64)

III. Perawatan Rumput Laut

Pemeliharaan dilakukan satu minggu tiga kali yaitu dengan cara menggoyang-goyang tali ris ke atas dan ke bawah, dengan harapan kotoran dapat lepas. Bila sewaktu membersihkan rumput laut ada sebagian yang lepas karena busuk, biasanya langsung diganti dengan memetik sebagian rumput laut yang masih ada. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan. Seiring dengan pembersihan kotoran-kotoran dari rumput laut, biasanya juga dilakukan perbaikan-perbaikan sebagian rakit yang rusak, seperti tali ris yang putus, bambu yang patah, tiang pancang yang tercabut, pasak yang patah, adanya hama dan lainnya.

IV. Pemanenan

Lama pemeliharaan rumput laut di perairan adalah 40-45 hari. Setelah 45 hari rumput laut di panen. Cara pemanenan di sini ada dua cara yaitu panen petik dan panen total. Panen petik dapat juga dilakukan apabila dipergunakan untuk pembibitan. Panen total yaitu dilakukan dengan cara melepas tali ris yang terikat pada rakit, dikumpulkan dalam keranjang di bawa ke darat, atau dapat juga dilakukan rakit dibawa ke darat lalu tali ris dilepas dari rakit. Untuk pemanenan ini biasanya dilakukan pada saat air surut. Biasanya tiap satu rakit pada situasi normal untuk ukuran 7 x 9 meter dapat menghasilkan kurang lebih 350 kilogram.

Harga bibit yang akan digunakan sebagai tanam awal adalah Rp. 1.000/kg. Harga rumput laut basah satu kilogramnya Rp. 900. Rumput laut dengan kondisi lembab biasanya dijual dengan harga Rp. 2.000 sampai Rp. 2.500/kg. Maksudnya rumput laut dengan kadar air 50 persen. Ada juga rumput laut yang diberi garam (kering baceman). Rumput laut kondisi ini biasanya terjadi pada saat musim


(1)

B. KONTRIBUSI ANGGOTA RUMAHTANGGA TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA / BULAN

Sumber pendapatan/nafkah Jenis kelamin

Kontribusi Rupiah Natura

A. Nelayan

1. Hasil tangkapan

2. Pengolahan hasil tangkapan B. Produksi Rumput Laut

1. Budidaya rumut laut 2. Pengolahan pasca panen 3. Buruh

a. ... b. ...

C. Penghasilan lain 1. Hasil produksi cabe jamu 2. Tangkapan rajungan 3. Pengupasan rajungan D. Kiriman dari luar

1. Saudara 2. Anak E. Lainnya 1. ... 2. ...


(2)

C. PEMBAGIAN KERJA KEGIATAN PRODUKTIF No. Aktivitas

Produktif Dalam Satu Kali Musim Tanam

Pelaku Kegiatan

Suami Istri Anak

laki- laki

Anak perempuan

1. Penentuan lokasi budidaya 2. Menyiapkan

rakit untuk media rumput laut

3. Mengikat rumput laut ke tali rafia 4. Mengikat

rumput laut yang sudah di tali rafia ke tali tampar

5. Memasang rumput laut yang sudah di tali tampar ke rakit

6. Pengontrolan rumput laut dari kotoran dan penyakit 7. Pemanenan 8. Pembersihan

rumput laut 9. Penjemuran 10. Pengemasan 11. Pengolahan

pasca panen 12. Pemasaran 13. Pengangkutan


(3)

D. CURAHAN WAKTU KEGIATAN PRODUKSI No. Aktivitas Produktif Dalam Satu

Kali Musim Tanam

Curahan Waktu (jam) 1. Penentuan lokasi budidaya

2. Menyiapkan rakit untuk media rumput laut

3. Mengikat rumput laut ke tali rafia 4. Mengikat rumput laut yang sudah

di tali rafia ke tali tampar 5. Memasang rumput laut yang

sudah di tali tampar ke rakit 6. Pengontrolan rumput laut dari

kotoran dan penyakit 7. Pemanenan

8. Pembersihan rumput laut 9. Penjemuran

10. Pengemasan

11. Pengolahan pasca panen 12. Pemasaran

13. Pengangkutan

E. PEMBAGIAN KERJA KEGIATAN REPRODUKTIF No. Jenis Pekerjaan

Reproduktif

Pelaku kegiatan

Suami Istri Anak

Laki- laki

Anak perempuan 1. Memasak

2. Mencuci pakaian 3. Mengasuh anak 4. Membersihkan

rumah

5. Berbelanja ke pasar 6. Mendampingi anak

belajar

7. Mengantar anak sekolah

8. Mengantar anak mengaji


(4)

F. CURAHAN WAKTU KEGIATAN REPRODUKTIF Jenis Pekerjaan Reproduktif Curahan Waktu

(jam) Memasak

Mencuci pakaian Mengasuh anak Membersihkan rumah Berbelanja ke Pasar

Mendampingi anak belajar Mengantar anak sekolah Mengantar anak mengaji Mencuci piring

G. PEMBAGIAN KERJA KEGIATAN SOSIAL No. Jenis Kegiatan

Pengelolaan Masyarakat

Pelaku Kegiatan

Suami Istri Anak

Laki- laki

Anak perempuan 1. Posyandu

2. Pemilihan kepala desa

3. Pengajian 4. Arisan 5. Kerja Bakti 6. Selamatan 7. Kematian 8. Siskamling 9. KB


(5)

H. CURAHAN WAKTU KEGIATAN SOSIAL Jenis Kegiatan

Kemasyarakatan

Curahan Waktu (jam)

Keterangan

Posyandu

Pemilihan kepala desa

Pengajian Arisan Kerja Bakti Selamatan Kematian Siskamling KB

Kelompok Tani

I. AKSES DAN KONTROL SUMBERDAYA PRODUKSI

A. Sumberdaya Akses Kontrol

Laki-Laki

Perempuan Laki-Laki

Perempuan

1. Lahan Budidaya 2. Lahan Untuk Ladang 3. Peralatan Budidaya Rumput Laut

4. Paralatan Pengolahan Pasca Panen

5. Alat Tangkap Rajungan 6. Kredit

7. Hewan Ternak 8. Tenaga Kerja B. Manfaat

1. Pendapatan yang lain 2. Hasil tanam lading

3. Hasil budidaya rumput laut 4. Pengolahan pasca panen 5. Rajungan

6. Penyuluhan Total


(6)

No. Jenis Keputusan

Pengambil keputusan Istri

sendiri

Istri

dominan Bersama

Suami sendiri

Suami dominan

1. Jenis rumput laut yang akan ditanam. 2. Jarak rakit 3. Jenis metode

yang digunakan 4. Pembelian

alat-alat budidaya rumput laut 5. Penentuan

tempat menjual hasil panen. 6. Harga jual

hasil panen 7. Biaya

penanaman. 8. Pengelolaan

pendapatan dan modal.

K. KONTROL DALAM KEGIATAN REPRODUKTIF DAN KEGIATAN SOSIAL

No Jenis Keputusan Suami

dominan

Suami & istri setara

Istri dominan

1 Pendidikan anak 2 Kesehatan keluarga 3 Perawatan anak 4 Menghadiri rapat RT 5 Pengeluaran kebutuhan

harian

6 Pembelian barang rumahtangga

7 Mengahadiri arisan dan hajatan


Dokumen yang terkait

Produktivitas Primer Perairan di Estuari Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara

2 51 84

ANALISA DAYA SAING RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMENEP

0 17 17

ANALISIS AGRIBISNIS RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DESA TANJUNG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

0 10 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABE JAMU (Piper Rectrofactum Vahl) DI KABUPATEN SUMENEP MADURA (Studi Kasus di desa Pekandangan Sangra Kecamatan Bluto Sumenep)

0 9 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi usaha tani rumput laut di Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Tahun 1999

1 10 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

2 9 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

STUDI KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii di KECAMATAN BLUTO SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Feasibility Study of Eucheuma Cottonii Seaweed Farming in Bluto Subdistric of Sumenep Madura East Java) | Jailani | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18

0 0 6

KONTRIBUSI PEKERJA PEREMPUAN PESISIR SEKTOR RUMPUT LAUT DI BLUTO KABUPATEN SUMENEP Eko Ariwidodo (STAIN Pamekasaneko.ariwidodostainpamekasan.ac.id)

0 1 28