Peran Perempuan Nelayan dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga

ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada anak atau ibu atau nenek mereka. Kontribusi nelayan ini terhadap pendapatan keluarga pun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami. Kesempatan peran perempuan nelayan juga memiliki peluang yang cukup baik karena suami mereka memiliki kebiasan yang baik yaitu menyerahkan hasil usaha melaut mereka kepada kaum wanita dan sekaligus memberikan kepercayaan kepada wanita untuk mengelola keuangan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan wanita lebih mandiri dan berani memutuskan hal-hal penting bagi keluarga dan dirinya. Pembagian peran yang sejajar khususnya dari aspek ekonomi perikanan dimana wanita yang mengurusi pasca pane n dan pemasaran hasil perikanan termasuk pengawetan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil, sementara pria pada aspek produksi melalui kegiatan penangkapan ikan dapat menjadi salah satu cara mendorong partisipasi wanita yang lebih baik. Kontribusi ekonomi perempuan sangat membantu bagi kelangsungan rumahtangga. Dalam usaha produksi, umumnya ada penilaian yang berbeda mengenai pekerjaan laki- laki, perempuan, dan anak-anak dan mengenai sumber penghasilan dari usaha produksi, menurut Levy dalam Adriyani 2000 perlu membedakan : 1. Apakah penghasilan merupakan usaha bersama dari kesatuan keluarga atau usaha perseorangan anggota keluarga ataukah beberapa orang anggota keluarga yang menggabungkan diri kedalam kesatuan-kesatuan produktifpencarian nafkah di luar keluarga. 2. Apakah penghasilan diusahakan untuk dikuasai oleh keluarga atau pihak luar keluarga. Dalam bidang konsumsi, keluarga mengenal pola-pola konsumsi yang merupakan sebagian dari pola-pola kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dapat terjadi bahwa seluruh penghasilan dari semua pencari nafkah dalam suatu keluarga dikumpulkan menjadi dana bersama, yaitu dimanfaatkan untuk keperluan bersama menurut kebutuhan masing- masing, disesuaikan dengan norma- norma tingkat hidup keluarga tersebut. Jadi dalam alokasi ekonominya, perlu diperhatikan antara siapa-siapa dana bersama itu dibentuk, siapa yang menguasainya dan bagaimana cara menjalankan wewenang itu Levy dalam Adriyani,2000.

2.4 Konsep Gender dan Seks

Terdapat beberapa pengertian tentang konsep gender yang selama ini masih sering dibingungkan oleh masyarakat, yaitu: 1. Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor- faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki- laki dan perempuan Handayani dan Sugiarti, 2002 2. Gender adalah perbedaan-perbedaan dikotomi sifat wanita dan pria yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tapi lebih pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara wanita dan pria yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas, masyarakat dan bernegara Donnel 1988;Eviota 1993 dalam Saruan Christie, 2000 3. Gender adalah suatu proses dimana individu-individu yang dilahirkan dalam kategori sosial pria dan wanita yang kemudian memperoleh sifat-sifat maskulin dan feminin Kabeer, 1990 dalam Saruan Chrisie 2000 Konsep gender lebih menunjukkan kepada perumusan sosial budaya mengenai peranan wanita dan pria karena adanya penilaian mengenai sifat feminitas dan maskulinitas. Ciri dan sifat tersebut dapat dipertukarkan dan bisa berubah, misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan sedangkan laki- laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa dan lain- lain Saptari 1997; Fakih 1999; dalam Mugniesyah 2000. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan dalam arti memilih atau memisahkan peran antara laki- laki dan perempuan. Faktor utama yang mempengaruhi posisi maupun hubungan gender hubungan perempuan dengan laki- laki atau dengan lingkungannya dalam suatu struktur sosial menurut Saptari 1997 adalah sistem nilai, norma, dan stereotipe tentang perempuan. Sifat ideologi gender ini mencerminkan nilai bahwa perempuan inferior terhadap laki- laki, sehingga memungkinkan eksploitasi yang besar terhadap perempuan dalam hubungan sosial produksi. Sementara itu, seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya jenis lelaki adalah manusia yang memiliki penis, memproduksi sperma, dan seterusnya. Perempuan adalah manusia yang memiliki rahim, melahirkan anak, dan seterusnya Handayani dan Sugiarti, 2002. Dengan demikian seks mengandung arti perbedaan jenis kelamin antara laki- laki dan perempuan secara biologis serta memiliki perbedaan dan ciri-ciri sendiri. Seks berarti perbedaan laki- laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi- fungsi organisme yang berbeda. Secara biologis alat-alat tersebut melekat pada lelaki dan perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan Tuhan kodrat.

2.4.1 Akses dan Kontrol

Akses dan kontrol merupakan dua konsep yang berbeda, namun pada kenyataannya kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Akses adalah peluang atau kesempatan yang bisa diraih antara laki- laki dan perempuan untuk melakukan, memiliki atau menikmati beragam sumberdaya baik yang menyangkut informasipendidikan, modal, teknologi dan kesempatan berusaha atau bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan kontrol menyangkut sejauh mana laki- laki dan perempuan mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukan, memiliki atau menikmati sesuatu. Keduanya saling berhubungan dalam artian kontrol yang dimiliki seseorang memungkinkan orang tersebut mempunyai akses terhadap satu atau lebih sumberdaya. Namun, seseorang yang akses terhadap beragam sumberdaya belum tentu memiliki kontrol dalam memperoleh sumberdaya tadi. Bahkan bisa saja terjadi seseorang akses terhadap beragam sumberdaya justru karena dia dikuasai dikontrol orang lain. Akses seseorang yang bisa diraih oleh individu untuk memperoleh beragam sumberdaya, dapat dilihat dari : a sumberdaya apa saja yang diperoleh seseorang, b kegiatan-kegiatan apa saja yang dikerjakan individu dalam usaha memperoleh beragam sumberdaya, c siapa yang menikmati hasil dari kegiatan tersebut. Konsep kontrol berhubungan dengan aspek kekuasaan, maka dapat dianalisis melalui pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu untuk

Dokumen yang terkait

Produktivitas Primer Perairan di Estuari Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara

2 51 84

ANALISA DAYA SAING RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMENEP

0 17 17

ANALISIS AGRIBISNIS RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DESA TANJUNG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

0 10 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABE JAMU (Piper Rectrofactum Vahl) DI KABUPATEN SUMENEP MADURA (Studi Kasus di desa Pekandangan Sangra Kecamatan Bluto Sumenep)

0 9 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi usaha tani rumput laut di Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Tahun 1999

1 10 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

2 9 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

STUDI KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii di KECAMATAN BLUTO SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Feasibility Study of Eucheuma Cottonii Seaweed Farming in Bluto Subdistric of Sumenep Madura East Java) | Jailani | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18

0 0 6

KONTRIBUSI PEKERJA PEREMPUAN PESISIR SEKTOR RUMPUT LAUT DI BLUTO KABUPATEN SUMENEP Eko Ariwidodo (STAIN Pamekasaneko.ariwidodostainpamekasan.ac.id)

0 1 28