Budidaya Rumput Laut Budidaya Rumput Laut .1 Rumput La ut dan

3. Metode Long Line Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang dilgunakan lebih tahan lama, lebih murah dan mudah didapatkan. Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, dan setiap 25 meter diberi pelampung utama yang dapat terbuat dari drum plastik. Pada setiap jarak lima meter diberi pelampung yaitu berupa potongan karet sandal atau botol aqua bekas 500ml yang berfungsi untuk memudahkan menggerakkan tanaman setiap saat. Adapun keuntungan dari metode ini adalah: a. alat dan bahannya lebih tahan lama; b. harga alat dan bahan lebih murah dan mudah untuk didapatkan. 2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang bukan berupa ikan dan juga merupakan salah satu komoditi ekspor hasil perikanan yang tingkat pengusahaannya oleh para nelayan kita masih tergolong rendah dibandingkan dengan usaha budidaya ikan dan udang. Terdapat sepuluh sektor potensi ekonomi kelautan yang memiliki prospek bisnis cerah untuk dikembangkan di Indonesia. Kesepuluh sektor tersebut antara lain ; 1 perikanan tangkap, 2 perikanan budidaya, 3 industri pengolahan hasil perikanan, 4 industri bioteknologi, 5 pertambangan dan energi, 6 pariwisata bahari, 7 pariwisata laut, 8 industri dan jasa maritim, 9 pembangunan pulau-pulau kecil, 10 sumberdaya non-konvensional Dahuri, 2005. Komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi diantaranya budidaya tambak udang, mutiara, ikan kerapu, tuna, cakalang, kakap, baronang, bandeng, nila, lobster, kepiting, rajungan, tripang, dan rumput laut. Rumput laut memberikan keuntungan ekonomi bagi nelayan yang mengusahakan untuk berbudidaya rumput laut. Selama ini, rumput laut dimanfaatkan untuk makanan manusia, baik dimakan secara langsung maup un diproses terlebih dahulu menjadi agar-agar. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan, pemanfaatan rumput laut bagi kepentingan umat manusia tidak lagi terbatas hanya sebagai makanan saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku pada industri obat-obatan, tekstil, minuman, kosmetik, pasta gigi, dan sebagainya. Dengan demikian, prospek rumput laut sebagai komoditi perdagangan akan semakin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor ke luar negeri Afrianto Eddy dan Evi 1993.

2.3 Peran Perempuan Nelayan dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga

Perempuan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan pesisir karena posisinya yang strategis dalam kegiatan berbasis perikanan dan kelautan sebagai pedagang pengecer, pengumpul ikan, pedagang besar, buruh upahan, maupun tenaga pengolah hasil perikanan. Namun demikian, dalam berbagai aspek kajian ataupun program-program pembangunan pesisir mereka tidak banyak tersentuh. Ketika berbicara tentang nelayan yang terlintas dalam pikiran adalah kaum pria yang sebagian atau seluruh hidupnya berjuang menghadapi gelombang besar atau angin kencang untuk memperoleh hasil tangkapan ikan. Pikiran demikianlah yang mendorong lahirnya program pembangunan perikanan yang bias gender seperti nampak pada berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya kita, perempuan telah lama dikonstruksi secara sosial maupun budaya untuk menjadi ”kanca wingking” yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumahtangga bahkan seperti dikatakan Djohan 1994 dalam Suadi 2006 geraknyapun dibatasi dalam lingkup rumahtangga. Hal ini membuat pergerakan peran perempuan nelayan dalam kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi kurang atau tidak tampak. Keterbatasan ekonomi keluargalah yang menuntut perempuan nelayan termasuk anak-anak mereka bekerja di daerah pesisir. Dalam kegiatan perikanan laut perempuan nelayan berperan sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan, seperti yang terjadi di Sumenep Madura ditemukan bahwa perempuan bekerja di ranah pasca panen pengolahan rumput laut. Di beberapa wilayah bahkan peranan perempuan nelayan, juga sering menyentuh wilayah yang dianggap sebagai dunia kerja kaum laki- laki yaitu penangkapan ikan seperti yang banyak ditemukan dalam kegiatan penangkapan kepiting di daerah mangrove Teluk Bintuni Papua. Peran produktif ini, bagi perempuan nelayan bahkan sering mengalahkan peran reproduktif atau domestiknya. Hasil kajian Widaningroem dkk. 1998 dalam Suadi 2006 di pantai selatan Yogyakarta menunjukkan bahwa walaupun peran reproduktif yang dilakukan oleh perempuan seperti membersihkan rumah, mencuci, dan menyiapkan makanan mencapai angka 80 persen dari alokasi waktu setiap harinya, ketika mereka melakukan aktivitas produktif di pesisir, peran tersebut ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada anak atau ibu atau nenek mereka. Kontribusi nelayan ini terhadap pendapatan keluarga pun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami. Kesempatan peran perempuan nelayan juga memiliki peluang yang cukup baik karena suami mereka memiliki kebiasan yang baik yaitu menyerahkan hasil usaha melaut mereka kepada kaum wanita dan sekaligus memberikan kepercayaan kepada wanita untuk mengelola keuangan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan wanita lebih mandiri dan berani memutuskan hal-hal penting bagi keluarga dan dirinya. Pembagian peran yang sejajar khususnya dari aspek ekonomi perikanan dimana wanita yang mengurusi pasca pane n dan pemasaran hasil perikanan termasuk pengawetan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil, sementara pria pada aspek produksi melalui kegiatan penangkapan ikan dapat menjadi salah satu cara mendorong partisipasi wanita yang lebih baik. Kontribusi ekonomi perempuan sangat membantu bagi kelangsungan rumahtangga. Dalam usaha produksi, umumnya ada penilaian yang berbeda mengenai pekerjaan laki- laki, perempuan, dan anak-anak dan mengenai sumber penghasilan dari usaha produksi, menurut Levy dalam Adriyani 2000 perlu membedakan : 1. Apakah penghasilan merupakan usaha bersama dari kesatuan keluarga atau usaha perseorangan anggota keluarga ataukah beberapa orang anggota keluarga yang menggabungkan diri kedalam kesatuan-kesatuan produktifpencarian nafkah di luar keluarga. 2. Apakah penghasilan diusahakan untuk dikuasai oleh keluarga atau pihak luar keluarga.

Dokumen yang terkait

Produktivitas Primer Perairan di Estuari Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara

2 51 84

ANALISA DAYA SAING RUMPUT LAUT DI KABUPATEN SUMENEP

0 17 17

ANALISIS AGRIBISNIS RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI DESA TANJUNG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

0 10 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABE JAMU (Piper Rectrofactum Vahl) DI KABUPATEN SUMENEP MADURA (Studi Kasus di desa Pekandangan Sangra Kecamatan Bluto Sumenep)

0 9 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi usaha tani rumput laut di Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Tahun 1999

1 10 50

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

2 9 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI CABE JAMU (Pepper retrofractum Vahl) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep)

0 2 4

STUDI KELAYAKAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii di KECAMATAN BLUTO SUMENEP MADURA JAWA TIMUR (Feasibility Study of Eucheuma Cottonii Seaweed Farming in Bluto Subdistric of Sumenep Madura East Java) | Jailani | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18

0 0 6

KONTRIBUSI PEKERJA PEREMPUAN PESISIR SEKTOR RUMPUT LAUT DI BLUTO KABUPATEN SUMENEP Eko Ariwidodo (STAIN Pamekasaneko.ariwidodostainpamekasan.ac.id)

0 1 28