BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Rumput Laut 2.1.1 Rumput La ut dan
Eucheuma Alvarezii Doty E. Cottonii
Rumput laut
1
atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut
telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan. Di samping sebagai bahan makanan dan obat-obatan, rumput laut dapat pula diolah menjadi produk
komersial dari berbagai jenis getah rumput laut. Penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di daerah pantai sudah sejak
dulu memanfaatkan rumput laut dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalap, dibuat sayur, acar, kue atau puding dan manisan, serta
bahan untuk obat-obatan. Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun
Afrianto Eddy dan Evi 1993. Jenis rumput laut Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting
adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan
2
dan agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan
adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea. Sedang jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria. Rumput laut ini
merupakan rumput laut jenis algae merah Rhodophyta. Nama daerah dari rumput
1
Taksonomi dari E. Cottonii dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Rhodophyta, Kelas Florideophycidae, Ordo Gigartinales, Famili Soliericeae, Genus Eucheuma, Species Eucheuma
Cottonii Eucheuma Alvarezii Doty
2
Karaginan adalah zat yang dihasilkan oelah rumput laut kelas Rhodophyceae dan merupakan jenis galactan dan umum digunakan pada industri makanan, khususnya sebagai pengemulsi pada
industri minuman.
laut ini adalah “Cottonii” yang umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.
Di Indonesia, seluruh produksinya berasal dari budidaya, antara lain dikembangkan di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi, dan Maluku sebagai komoditas
ekspor dan bahan baku industri dalam negeri penghasil karaginan. Karaginan yang dihasilkan adalah tipe kappa karaginan.
2.1.2 Budidaya Rumput Laut
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat tergantung pada teknologi atau metode penanamannya. Metode yang dipilih hendaknya dapat memberikan
pertumbuhan yang menguntungkan, mudah pelaksanakannya dengan bahan bangunan yang murah dan mudah didapat. Pengalaman budidaya rumput laut di
Indonesia, khususnya pada jenis Eucheuma dan Gracilaria, dapat disimpulkan bahwa perkembangbiakan kedua jenis tersebut dilaksanakan dengan tunas dari
tanaman. Budidaya perkembangan tunas tersebut biasanya sangat sederhana, mudah dan relatif murah. Karena pada umumnya perairan tropis dengan sinar
matahari yang melimpah sepanjang tahun, serta suhu air yang relatif tetap dan panas 28ºC, memungkinkan terjadinya pertunasan yang terus menerus.
Ada tiga metode yang dgunakan dalam budidaya rumput laut, yaitu metode rakit apung, lepas dasar, dan long line.
1. Metode Rakit Apung
Pada metode ini posisi rumput laut terletak dekat permukaan air dan fungsi tiang pancang digantikan dengan sebuah rakit. Rakit-rakit media untuk budidaya dapat
dibuat dari bahan bambu atau kayu yang dilengkapi dengan pelampung plastik, sebab bambu dapat berfungsi sebagai pelampung. Untuk menghemat tempat,