Benih Pengolahan Tanah Kondisi Ideal Penanaman Benih Jagung

4 pupuk per hektarnya urea 300 kg, TSP 100 kg dan KCL 50 kg. jagung non-hibrida membutuhkan per hektarnya urea 250 kg, TSP 75 – 100 kg dan KCL 50 kg Adisarwanto 2002.

2.1.4 Pengairan

Budi daya jagung tidak hanya di lahan kering pada musim hujan, tetapi juga pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah pada irigasi musim kemarau, terutama pada areal yang ketersediaan air irigasinya kurang memadai untuk budi daya padi. Pengairan tanaman jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak Akil et al. 2007.

2.1.5 Pemanenan

Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada biji. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya, terlambat panen mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Secara umum, saat panen yang tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama adalah berdasarkan penampilan visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan. Menurut Akil et al. 2007 Tanda-tanda jagung siap panen: a umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; b daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; c klobot sudah kering atau kuning; d bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan e kadar air biji 25-35.

2.2 Kondisi Ideal Penanaman Benih Jagung

2.2.1 Benih

Benih adalah faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman karena merupakan awal kehidupan tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih yang bermutu tinggi pula. Menurut Abdina 2008 benih bermutu tinggi ditentukan oleh faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas yang memiriki genotipe dan fenotipe baik. Faktor fisik adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari kotoran, dan kadar airnya rendah. Guna meningkatkan produksi jagung pemilihan benih harus tepat. Menurut Adisarwanto 2002 benih bermutu tinggi yang umum ditanam di Indonesia berupa varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida. Varietas bersari bebas antara lain Arjuna, Bisma, Lagalig, Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. Varietas hibrida antara lain Semar-2, Semar-3, CP-1, CP-2, Bisi-1, Bisi-2, Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer-5.

2.2.2 Pengolahan Tanah

Menurut Adisarwanto 2002 secara umum,pengolahan tanah untuk budidaya jagung dapat dilakukan secara sempurna, minimum dan tanpa pengolahan. Pengolahan secara sempurna 5 dilakukan pada tanah yang berat dengan kondisi tanah tidak terlalu kering atau basah kemudia tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 – 20 cm guna penggemburan dan pembenaman gulma. Proses akhir pengolahan tanah dalah dengan digaru guna meratakan tanah. Pengolahan tanah secara minimum zero tillage dilakukan pada tanah yang sangat peka terhadap erosi. Pengolahan dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan sedalam 15 – 20 cm dengan cangkul atau bajak. Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat tanaman berumur 25 hari. Lahan hanya dilakukan penugalan kemudian benih langsung ditanam. Tanpa pengolahan tanah zero tillage dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan berlebihan. Lubang tanam dibuat hanya menggunakan cangkul. Perbedaan denga metode lain, pada lahan TOT perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma. Menurut Hendriadi et al. 2007 pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali. Pengolahan tanah pertama adalah dicangkul atau dibajak dengan cara membalik tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan mengalami pembusukan, pengolahan tanah dilakukan dengan bajak piring ataupun bajak singkal. Pengolahan tanah kedua dilakukan dengan bajak rotari atau garu yang berguna untuk memecah tekstur tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah guna kelangsungan pertumbuhan tanaman jagung.

2.2.3 Iklim