Tabel 12. Prediksi potensi produksi pada penerapan sistem silvikultur TPTII dan TPTI dalam satuan m
3
ha
c. Potensi Produksi Tanaman Meranti dan Tegakan Sisa pada Silvikultur TPTII
Apabila areal hutan dikelola dengan menggunakan sistem silvikultur TPTII ditambah dengan pengelolaan tegakan sisa yang terdapat pada jalur antara pada
akhir daur akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang didasarkan atas limit diameter tebangan dan perbedaan jumlah tanaman pada akhir daur . Jumlah
tanaman pada akhir daur dapat berbeda-beda tergantung pada tingkat intensitas penjarangan. Limit diameter untuk tanaman meranti yang ditebang dibatasi mulai
dari 40 cm. Jumlah tanaman dibedakan menjadi tiga katagori yaitu intensitas pen- jarangan rendah dengan jumlah tanaman pada akhir daur 150 pohonha, intensitas
sedang dengan jumlah tanaman pada akhir daur 125 pohonha dan intensitas ting- gi dengan jumlah tanaman pada akhir daur 100 pohonha. Pada akhir daur akan
ikut dipanen pula tegakan sisa yang terdapat pada jalur antara. Pada tegakan sisa di akhir rotasi tebang akan diperoleh beberapa nilai potensi produksi yang dida-
NO
SISTEM SILVIKULTUR
JENIS TEGAKAN
BATAS DIAMETER
Cm Up
SISA PENJARA
NGAN batang
PEMBAGIAN JENIS KOMERSIAL
NON KOMERSIA
L JUMLAH
TOTAL DIPTERO
NON DIPTE
RO
TOTAL
1. TPTI
40 22,72
9,42 32,14
160,29 192,43
50 14,06
5,18 19,24
113,57 132,81
60 7,16
3,02 10,18
80,42 90,6
2. TPTI
INTENSIF TEGAKAN
SISA 40
19,31 8
27,31 136,24
163,55 50
11,95 4,4
16,35 96,53
112,88 60
6,09 2,56
8,65 68,35
77 2a.
ALTERNATIF SATU
TANAMAN MURNI
40 150
137,68
40 125
114,74
40 100
91,79
2b. ALTERNATIF
DUA TANAMAN
PLUS TS 40
150 156,99
8 164,99
136,24 301,23
40 125
134,05 8
142,05 136,24
278,29 40
100 111,1
8 119,1
136,24 255,34
sarkan atas batas limit diameter dan pengelompokan jenis kayu. Limit diameter dibatasi hanya pohon yang berdiameter minimal 40 cm saja yang akan dipanen.
Pengelompokan jenis dibedakan atas jenis komersial dan non komersial. Khusus untuk jenis komersial dibedakan lagi menjadi kelompok Dipterocarpaceae dan
Non Dipterocarpaceae. Apabila pada sistem TPTII dilakukan penjarangan dengan intensitas yang
rendah maka pada akhir daur akan mempunyai potensi produksi sebesar 137,68 m
3
ha. Nilai tersebut akan berbeda jika pemanenan tidak hanya dilakukan pada tanaman yang ada di jalur tanam saja, akan tetapi dilakukan pada tegakan sisa
yang ada di jalur antara. Apabila potensi produksi pada tanaman ditambah den- gan potensi produksi tegakan sisa yang diterapkan limit diameter tebangan sebesar
40 cm dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempunyai potensi produksi sebesar
301,23 m
3
ha. Apabila yang ditebang hanya jenis komersial saja atau kelompok Dipterocarpaceae saja maka akan dipe-
roleh potensi tegakan sebesar 164,99 m
3
ha dan 156,99 m
3
ha. Apabila pada sistem TPTII dilakukan penjarangan dengan intensitas yang
sedang maka pada akhir daur akan mempunyai potensi produksi sebesar 114,74 m
3
ha. Nilai tersebut akan berbeda jika pemanenan tidak hanya dilakukan pada tanaman yang ada dijalur tanam saja, akan tetapi dilakukan pada tegakan sisa yang
ada di jalur antara. Apabila potensi produksi pada tanaman ditambah dengan po- tensi produksi tegakan sisa yang diterapkan limit diameter tebangan sebesar 40
cm dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempu- nyai potensi produksi sebesar 278,29 m
3
ha. Apabila yang ditebang hanya jenis komersial saja atau kelompok Dipterocarpaceae saja maka akan diperoleh potensi
tegakan sebesar 142,05 m
3
ha dan 134,05 m
3
ha. Apabila pada sistem TPTII dilakukan penjarangan dengan intensitas yang
tinggi maka pada akhir daur akan mempunyai potensi produksi sebesar 91,79 m
3
ha. Nilai tersebut akan berbeda jika pemanenan tidak hanya dilakukan pada tanaman yang ada dijalur tanam saja, akan tetapi dilakukan pada tegakan sisa yang
ada di jalur antara. Apabila potensi produksi pada tanaman ditambah dengan po- tensi produksi tegakan sisa yang diterapkan limit diameter tebangan sebesar 40
cm dan semua jenis kayu ditebang maka pada akhir rotasi tebangan akan mempu-
nyai potensi produksi se komersial saja atau kelo
tegakan sebesar 119,10
Gambar 35. Grafik p penerap
Dari uraian tersebut menerapkan sistem silvi
tinggi dibandingkan de produktivitas yang lebi
silvikuktur TPTII , peng pengaturan hasil alterna
jalur tanam. Tegakan si Tegakan yang ada pa
penyangga keanekarag keanekaragaman hayati
sebagai penyeimbang i iklim mikro tanaman me
lagi, tegakan pada jalur a sangat dibutuhkan oleh t
50 100
150 200
250 300
350
40 up
sebesar 255,34 m
3
ha. Apabila yang ditebang lompok Dipterocarpaceae saja maka akan diper
119,10 m
3
ha dan 111,10 m
3
ha.
k prediksi potensi produksi hutan alam produksi apan sistem silvikultur TPTII dan TPTI
ebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan hut silvikultur TPTII mempunyai potensi tegakan
dengan TPTI. Sistem silvikultur TPTII lebih tinggi dibandingkan dengan TPTI.
P ngaturan hasilnya sebaiknya mengacu kepada al
natif satu hanya memanen tanaman Meranti ya sisa yang berada di jalur antara sebaiknya tida
pada jalur tersebut harus dijadikan Buffer agaman Hayati yang berfungsi sebagai jalur
ti pada hutan produksi. Disamping itu dapat be iklim mikro yang berfungsi untuk menstabil
meranti yang berada di jalur tanam. Dan yang l ur antara dapat berfungsi sebagai penyimpan unsu
h tanaman Meranti yang berada pada jalur tanam
50 up 60 up
ng hanya jenis peroleh potensi
produksi dalam
n hutan dengan kan yang lebih
II mempunyai Pada sistem
alternatif satu. yang berada di
tidak ditebang. r Biodiversity
lur konservasi berfungsi pula
bilkan kondisi g lebih penting
n unsur hara yang am.
TPTI TS TPTII
Tanaman TPTII Total