tidak dapat dihitung karena nilai NPV yang negatif. Skenario pengembangan usaha perlu dilakukan pada skala usaha III agar manfaat bersih bernilai positif
dapat diperoleh sehingga usaha budidaya ulat sutera menjadi layak dilakukan.
6.3.2.1 Arus Penerimaan
Skala usaha III memilihi luas lahan murbei sebanyak 2 hektar dan ulat yang dipelihara hanya berjumlah 1 boks per periode pemeliharaan satu bulan.
Berdasarkan penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, jumlah ulat maksimal yang dapat dipelihara pada luasan lahan murbei 2 hektar
sebanyak 4 boks dalam kondisi optimal. Dalam skenario pengembangan, jumlah ulat yang dipelihara sebanyak 2 boks per periode pemeliharaan dengan asumsi
cara pemeliharaan tanaman murbei dan ulat sutera sama seperti sebelumnya. Arus penerimaan usaha budidaya ulat sutera pada skala usaha III dalam
skenario pengembangan diperoleh dari penjualan kokon, stek murbei, dan penjualan daun murbei. Volume penjualan kokon meningkat 100 persen dari
420 kilogram menjadi 820 kilogram per tahun dengan 12 periode pemeliharaan dalam satu tahun. Nilai penjualan kokon mencapai Rp 19.320.000 per tahunnya
dengan harga jual kokon per kilogramnya sebesar Rp 23.000. Pada tahun ke nol dilakukan 6 kali musim pemeliharaan sehingga produksi kokon hanya mencapai
setengahnya, yaitu 420 kilogram. Penerimaan dari penjualan stek dan daun murbei per tahunnya tetap, yaitu Rp 40.000 dan Rp 220.200. Pada tahun ke nol
usaha, skala usaha III tidak melakukan penjualan stek dan daun murbei karena belum adanya konsumen yang berminat.
6.3.2.2 Arus Pengeluaran
A. Biaya Investasi
Biaya investasi skala usaha III pada saat memulai usaha budidaya ulat sutera bernilai total Rp 21.242.710. Investasi terbesar digunakan untuk
membangun rumah ulat seluas 50 m
3
dengan biaya Rp 11.262.750. Pembuatan kebun murbei membutuhkan biaya sebesar Rp 4.827.500. Biaya tersebut
mencakup pembelian bibit murbei Rp 1.037.500, persiapan lahan Rp 2.790.000, penanaman Rp 165.000, dan pembelian pupuk dasar sebesar Rp 835.000.
Sedangkan peralatan yang digunakan dalam budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera menghabiskan biaya sebesar Rp 5.152.460. Jenis peralatan, biaya
pembelian peralatan, dan peralatan-peralatan yang mengalami reinvestasi sama seperti usaha yang sedang dijalankan sebelum dilakukan skenario
pengembangan.
B. Biaya Operasional
1. Biaya Tetap
Biaya tetap per tahun yang dikeluarkan terdiri dari sewa lahan sebesar Rp. 200.980, upah tenaga kerja tetap Rp 4.680.000, komunikasi Rp 60.000,
listrik Rp 300.000, dan perlengkapan sebesar Rp 218.500 Tabel 23. Kebutuhan karung sebagai alas ulat sutera di dalam rak pemeliharaan dan pengangkutan
hasil panen daun murbei meningkat dari sebelumnya berjumlah 5 buah karung berukuran besar dan 30 buah karung berukuran sedang menjadi 9 karung
berukuran besar dan 34 karung berukuran sedang. Hal ini dikarenakan bertambahnya ruang pemeliharaan dan jumlah pakan ulat sutera.
Tabel 23 Kebutuhan perlengkapan per tahun pada skala usaha III dalam skenario pengembangan
Uraian Jumlah
Satuan Harga Satuan
Harga Total Rp
Rp Karung besar
9 buah
2.500 22.500
Karung sedang 34
buah 2.000
68.000 Klastik mulsa
8 meter
4.000 32.000
Sarung tangan 4
buah 4.000
16.000 Saringan
1 buah
10.000 10.000
Sapu lidi 1
buah 3.000
3.000 Sapu ijuk
1 buah
10.000 10.000
Serokan 1
buah 10.000
10.000 Sandal
2 buah
10.000 20.000
Lampu: 5 watt 9
buah 3.000
27.000 Jumlah
218.500
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Terdapat perbedaan pada komponen biaya variabel
dalam skenario pengembangan dengan usaha yang sedang dijalankan. Jumlah