Petani sutera di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur berjumlah lima orang sehingga penentuan responden dilakukan dengan metode sensus.
Responden dikelompokan ke dalam tiga skala usaha berdasarkan luasan lahan murbei yang dimiliki, yaitu skala usaha I dengan luas lahan 1 ha di Desa
Sukamekar, skala usaha II dengan luas lahan 1,5 ha di Desa Sukamekar, Sukanagara, dan Desa Sukalaksana, dan skala usaha III dengan luas lahan 2 ha
murbei di Desa Sukamekar. Pengelompokan petani sutera berdasarkan luas lahan murbei dilakukan karena budidaya ulat sutera sangat tergantung pada ketersediaan
pakan daun murbei. Ulat sutera yang dipelihara per tahunnya berjumlah 12 boks pada skala usaha I, 20 boks pada skala usaha II, dan 12 boks pada skala usaha III.
Tabel 5 Karakteristik responden pada tiap skala usaha
Karakteristik Skala Usaha
I II
III Lokasi Desa
Sukamekar Sukamekar
Sukanagara Sukalaksana
Sukamekar Luas Lahan Murbei ha
1 1,5
2 Jumlah Ulat boksth
12 20
12
5.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari data primer dan sekunder dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan
aspek-aspek kelayakan usaha, meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen, sumberdaya manusia, sosial, yuridis, serta aspek
lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha budidaya ulat sutera.
Informasi dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi untuk
mempermudah pengelompokan data. Data berupa arus kas tunai dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value NPV,
Internal Rate or Return IRR, Gross Benefit-Cost Ratio gross BC, dan Payback Period.
5.4.1 Kelayakan Usaha 5.4.1.1
Net Present Value NPV
Net Present Value atau nilai sekarang bersih adalah selisih antara total present value PV dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan
usaha. Usaha atau proyek dikatakan layak jika NPV 0, sedangkan bila NPV 0 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan Kadariah et al.
1999. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
∑
=
+ =
n t
t t
t
i 1
C -
B NPV
keterangan: Bt
= manfaat usaha pada tahun ke-t Ct
= biaya usaha pada tahun ke-t t
= interval waktu n
= umur ekonomis proyek i
= tingkat suku bunga yang berlaku
5.4.1.2 Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan
tingkat diskonto yang telah ditentukan maka usaha layak untuk diusahakan Kadariah et al. 1999. Rumus perhitungannya adalah:
1 2
2 1
1 1
i -
i NPV
- NPV
NPV i
IRR +
=
keterangan: NPV
1
= NPV bernilai positif NPV
2
= NPV bernilai negatif i
1
= tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif i
2
= tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif
5.4.1.3 Gross Benefit Cost Ratio Net BC
Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih Kadariah et al.
1999. Perhitungan ini digunakan untuk mengukur efisiensi dari penggunaan modal. Usaha dikatakan layak untuk diusahakan bila Gross
BC 1 dan usaha dikatakan tidak layak untuk diusahakan bila Gross BC 1. Net Benefit Cost Ratio dihitung dengan rumus:
∑ ∑
= =
+ +
=
n t
t t
n t
t t
i 1
C i
1 B
C B
Gross
keterangan: B
t
= manfaat dari usaha pada tahun ke-t C
t
= biaya dari usaha pada tahun ke-t t
= interval waktu n
= umur ekonomis proyek i
= tingkat suku bunga yang berlaku
5.4.1.4 Pay Back Period Tingkat pengembalian Investasi
Tingkat pengembalian investasi digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal berdasarkan aliran kas cash flow. Cara
perhitungan yang dipilih dalam analisis ini adalah menutup biaya investasi yang dikeluarkan dengan aliran kas bersih pada tahun-tahun berikutnya
hingga biaya investasi dapat tertutupi Umar 2003. Rumus untuk menghitung tingkat pengembalian investasi adalah sebagai berikut:
Tahunnya Setiap
Benefit Net
Investasi PBP
=
Kriteria penilaian yang digunakan, yaitu jika PBP lebih pendek dari maksimum PBP-nya maka proyek dapat diterima. Namun jika PBP lebih
lama dari maksimum PBP-nya maka proyek ditolak.
5.4.2 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial kegiatan usaha yang dilaksanakan. Analisis
ini akan melihat hal yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitugan biaya dan manfaat
Kadariah et al. 1999. Analisis sensitivitas kepekaan menurut Nugroho 2008 adalah suatu teknik untuk menguji sejauh mana hasil analisis peka
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh. Kepekaan memiliki arti sebagai besaran perubahan relatif ukuran imbalan atau keuntungan yang disebabkan
oleh perubahan-perubahan estimasi faktor-faktor yang berpegaruh.
5.4.3 Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam pengolahan data, sebagai berikut:
1. Umur proyek berdasarkan umur ekonomis tanaman murbei selama 10
tahun yang dimulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Hal ini dilakukan karena usaha budidaya ulat sutera sangat bergantung pada
tanaman murbei sebagai pakan ulat sutera. 2.
Modal usaha yang digunakan berasal dari modal pinjaman. 3.
Tingkat suku bunga yang digunakan, yaitu suku bunga pinjaman Bank Indonesia tahun 2010 sebesar 12 persen.
4. Menggunakan faktor diskonto discount factor pada tingkat suku bunga
yang telah ditentukan sebelumnya untuk investasi jangka panjang. 5.
Periode pemeliharaan ulat sutera dilakukan selama 12 kali dalam 1 tahun. 6.
Satu boks bibit ulat sutera berisi 25.000 ulat. 7.
Keadaan perekonomian negara stabil selama jangka waktu analisis. 8.
Harga yang digunakan adalah harga pasar yang berlaku pada saat penelitian dan tidak mengalami perubahan selama 10 tahun.
9. Harga bibit ulat sutera instar III diasumsikan tetap sebesar Rp 130.000 per
boks. 10.
Produksi kokon yang diperhitungkan merupakan hasil rata-rata per tahun dan diasumsikan tetap selama 10 tahun.
11. Harga jual kokon sebesar Rp 23.000 dengan asumsi kualitas kokon pada
grade B atau sedang. 12.
Anggota rumah tangga yang bekerja dinilai sebagai tenaga kerja yang mendapat upah.
13. Lahan pribadi yang digunakan untuk kebun murbei dan pemeliharaan ulat
sutera diasumsikan sebagai lahan sewa dan diperhitungkan sebagai opportunity cost sebesar Rp 100.000 per hektar per tahun.
14. Besarnya pajak tidak diperhitungkan dalam usaha budidaya ulat sutera.
15. Penyusutan barang investasi dan nilai sisa tidak diperhitungkan.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN