Penurunan Kualitas Fisik Jalan, Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas

49 menonton TV dan istirahat. Hal tersebut tidak dapat dihindari, karena jalan digunakan secara rutin dan selalu ramai. Jenis kebisingan akibat lalu lintas jalan raya dikategorikan sebagai bising terputus-putus intermittent noise. Kebisingan sepanjang jalan raya Kasomalang pada pengujian tahun 2009 berada pada rentang angka 56,1-68,9 dBA. Pengujian dilakukan setiap lima detik selama sepuluh menit. berada Angka ini telah melebihi ambang standar kebisingan di wilayah permukiman yaitu 55 dBA. Kebisingan tersebut dapat dirasakan oleh penduduk hingga jarak 15 meter dari jalan raya. Menurut teori, jika manusia terpapar intensitas suara pada angka 55-65 dBA dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung. Jika berlangsung terus-menerus dapat meningkatkan kemungkinan sakit jantung dan pembuluh darah.

6.2.3 Penurunan Kualitas Fisik Jalan, Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas

Dampak negatif lainnya dari peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang adalah kerusakan jalan. Kerusakan Jalan Raya Kasomalang disebabkan oleh aktivitas mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi dan adanya kendaraan yang melewati batas tonase seperti truk angkutan air minum dalam kemasan yang beroperasi selama 24 jam setiap hari. Kondisi jalan mengalami kerusakan yang cukup cepat, terlebih pada sisi jalan arah Subang, yang juga digunakan oleh truk pengangkut AMDK pada saat muatan penuh. Peningkatan volume lalu lintas berdampak pada tingkat kepadatan jalan raya. Jalan yang rusak semakin memperlambat kecepatan para pengendara kendaraan bermotor. Terlebih lagi truk besar yang melalui jalur tersebut menghambat pengendara kendaraan bermotor di belakangnya, karena ukurannya 50 yang menghabiskan lebar jalan. Angkutan seringkali melambat dikarenakan jalan yang rusak, juga pada saat jalan menanjak. Semakin besar arus lalu lintas akan mengakibatkan semakin menurunnya kecepatan perjalanan. Hal ini semakin memicu terjadinya keterlambatan atau kemacetan. Menurut hasil catatan kinerja jaringan jalan, kecepatan jaringan ruas Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2009 yaitu 38,6 kmjam dan turun menjadi 30,3 kmjam pada tahun 2010. Kemampuan jaringan jalan dalam menampung beban pergerakan yang terjadi dapat dicerminkan dalam bentuk Volume Capacity Ratio VCR. VCR merupakan perbandingan antara besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan dengan kapasitas jalan. Besarnya nilai VCR menggambarkan apakah volume lalu lintas telah melampaui kapasitasnya atau belum. Kapasitas jaringan Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2010 tercatat sebesar 2.808,8 smpjam Dinas Perhubungan, 2010. Jika diketahui volume lalu lintas pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 2.246,13 smpjam, maka VC rasio pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 0,79 ≈ 0,8, yang berarti masih di bawah kapasitas under capacity: ≤ 0,85. Sedangkan pada hari libur, volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 diketahui sebesar 4.815 smpjam. Maka VC rasio pada hari libur di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 1,71, yang berarti melebihi kapasitas over capacity: 1,00. Dampak tidak langsung dari adanya peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang tidak optimal, salah satunya yaitu peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas. Berikut data kecelakaan lalu lintas dikawasan Cijambe-Jalan Cagak-Kasomalang-Ciater yang tercatat di Polsek Kecamatan Jalan Cagak dari tahun 2007 hingga Mei 2011. 51 Tabel 6.2 Jumlah Kasus dan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalur Barat Keterangan Tahun 2007 2008 2009 2010 sd Mei 2011 Total kejadian 65 49 58 71 41 Meninggal dunia 17 21 25 21 4 Luka ringan 27 39 57 72 27 Luka berat 45 53 48 59 31 Jumlah korban 89 113 130 152 62 Sumber: Polsek Kecamatan Jalan Cagak Jumlah korban kecelakaan lalu lintas semakin bertambah tiap tahunnya. Menurut data register pasien Puskesmas Jalan Cagak terdapat 271 jiwa korban kecelakaan lalu lintas KLL pada periode Januari hingga Mei 2011. Adapun menurut catatan Kantor Polsek Jalan Cagak, pada periode Januari hingga Mei 2011 tercatat 62 jiwa korban kecelakaan lalu lintas. Perbedaan data korban kecelakaan lalu lintas tersebut dikarenakan adanya kecelakaan lalu lintas yang tidak tertangani di kantor polisi. Jika peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang baik, maka dampak negatif seperti kecelakaan lalu lintas dapat dikendalikan. Selain pengadaan rambu-rambu dan marka jalan, fasilitas pendukung seperti alat pengendali kecepatan kendaraan juga sangat diperlukan dalam upaya mencegah KLL. Pengaturan lalu lintas merupakan salah satu upaya dalam manajeman lalu lintas. Menurut Hobbs 1995, jika dibandingkan dengan menggunakan lampu lalu lintas, rambu ‘Stop’, rambu ‘beri jalan’ dan tanpa pengaturan, pengaturan lalu lintas dengan menggunakan jasa petugas lebih efektif untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. 52

VII. PERSEPSI DAN NILAI KERUGIAN MASYARAKAT 7.1