Implikasi Nilai Kerugian Kebijakan Pengelolaan Jalan Raya

65 sempit dan berliku sangat rawan akan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas berpotensi semakin meningkat, apabila jalan yang juga dilalui truk-truk angkutan barang tersebut tidak disertai dengan perlengkapan jalan yang memadai. Upaya pengendalian lalu lintas baik dengan pembatasan fisik atau berupa pemungutan biaya, tidak diberlakukan di Jalan Raya Kasomalang. Penarikan dana atau retribusi angkutan umum maupun kendaraan angkutan barang sifatnya tidak resmi dengan bukti tertulis. Pelaksanaannya juga belum tertib. Penarikan dana dari angkutan umum dan barang juga salah satunya dilakukan di Pasar Kasomalang dan diperuntukkan untuk administrasi Desa Kasomalng Wetan. Hal yang lebih mendasar adalah Kecamatan Kasomalang dan sekitarnya merupakan kawasan rawan gerakan tanah. Saat ini Jalan Raya Kasomalang yang melalui Kecamatan Kasomalang menjadi salah satu jalur pengangkutan berbagai hasil industri menggunakan truk-truk bermuatan besar. Terlebih lagi jalan tersebut menjadi jalur utama pendistribusian hasil produksi air minum dalam kemasan yang juga menggunakan truk berukuran dan bermuatan besar secara rutin. Matriks realisasi dan kendala penerapan peraturan perundangan dan peraturan pemerintah dalam pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang dapat dilihat pada lampiran 5.

7.3.2 Implikasi Nilai Kerugian

Nilai kerugian yang dihitung berdasarkan nilai keterlambatan angkutan umum, biaya kesehatan, serta nilai kerugian akibat kebisingan yang dirasakan masyarakat Kecamatan Kasomalang di sekitar jalan raya menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi, baik secara teknis maupun manajemen. Rekayasa dan manajemen lalu lintas membutuhkan biaya yang lebih 66 rendah dibandingkan dengan pembangunan jalan atau jalur alternatif baru, seperti contoh yang diperuntukkan untuk jalur truk barang dan atau bus. Salah satu upaya dalam manajemen lalu lintas yang direkomendasikan yaitu pembatasan lalu lintas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu antara lain: 1. Pengaturan parkir tetap menjadi metode utama yang mengalokasikan ruang menurut kawasannya. Pengaturan parkir dapat dilaksanakan pada setiap tingkat yang ditentukan oleh pemerintah, yang memungkinkan semua tempat di jalan dan di luar jalan dikendalikan. Penawaran ruang dan harga yang dikenakan tergantung pada lama kebutuhan permintaan. 2. Hambatan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan menentukan batas-batas ruang jalan dengan mengurangi kapasitas. Biasanya dengan sistem sinyal yang memungkinkan prioritas diberikan pada jenis-jenis kendaraan tertentu yang dipilih. Seperti contoh truk-truk besar dilarang melalui Jalan Raya Kasomalang pada jam-jam sibuk pagi dan sore yaitu pada saat para pegawai berangkat dan pulang kerja dan atau para pelajar berangkat dan pulang sekolah. Metode lain diantaranya adalah penyempitan jalan, larangan membelok, jalan ditutup dan hanya untuk pejalan kaki, jalan khusus sepeda dan jalan khusus bis. 3. Pemberian lisensi izin pelengkap yang dibutuhkan oleh kendaraan yang memakai suatu kawasan yang dikendalikan contohnya Jalan Raya Kasomalang. Kategori khusus dapat diberikan di dalam sistem kendali ini, misalnya penduduk, dokter dan penjaga toko. 4. Pemungutan biaya masuk kawasan yaitu suatu harga dibayar pada pintu masuk kawasan, tetapi kendaraan di dalam kawasan ini tidak dikendalikan. 67 5. Pemungutan pajak jalan kawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bervariasi mulai dari sistem meteran sampai dengan sistem beritingkat yang kompleks, ongkosnya diukur oleh meteran secara otomatis. Sistem yang disenangi adalah sistem yang mewajibkan tiap kendaraan mempunyai identitas jelas lalu dipancarkan ke detektor jalan, yang berada pada interval-interval jaringan jalan. Jumlah perjalanan lewat detektor dicatat dan pemiliknya dikirimkan rekening secara periodik dengan besar tagihan sesuai jumlah pemakaian sistem jalan tersebut. 6. Pengawasan dan kontrol emisi gas buang dan kebisingan suara dari kendaraan bermotor secara rutin, sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar akibat polusi udara dan kebisingan di jalan raya, yaitu dengan penanaman pagar tanaman rapat. Sebagai filter suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan dari lalu lalang kendaraan bermotor. Daun-daun tanaman dapat menangkap polutan–polutan di sekitarnya. Metode pada nomor satu dan dua merupakan tindakan non-fiskal, sedangkan metode pada nomor tiga hingga lima dapat dianggap sebagai tindakan fiskal. Strategi pengendalian lalu lintas harus mendorong suatu pendekatan yang lebih positif. Menciptakan alternatif yang cocok dengan perubahan jangka panjang pada tata letak kota atau Rencana Tata Ruang dan Wilayah RTRW. Mendorong beberapa jenis perjalanan dan menghambat jenis-jenis perjalanan lainnya. Namun pembatasan dalam isolasi ini juga tidak luput dari timbulnya masalah seperti problema administratif dan masalah penerapan aturan Hobbs, 1995. 68 Pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Pehubungan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta perusahaan perangkutan. Pemeliharaan jalan dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Manajemen perencanaan infrastruktur jalan dilakukan dengan transparansi pengelolaan keuangan di tingkat masyarakat adat dan komunikasi yang intensif antara pimpinan masyarakat di tingkat atas dengan masyarakatnya. Agar peran serta tersebut optimal, diperlukan dukungan Pemda dalam bentuk bimbingan teknik dan manajemen pemeliharaan. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini perlu didukung oleh Pemerintah Daerah dalam kebijakan yang jelas serta penguatan terhadap lembaga formal Dinas di Pemerintahan, Kecamatan dan lembaga non formal RTRW Narsatya, 2001. 69

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN