5.4 Analisis Kinerja Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan
5.4.1 Perspektif Finansial
Pada perspektif finansial, tolok ukur yang digunakan pada tahapan perencanaan pemanenan hutan dan PWH adalah biaya perencanaan dan rencana
jumlah pohon yang dipanen. Pada pelaksanaan kegiatan pemanenan hutan RKT 2007, realisasi biaya perencanaan sebesar Rp. 10.994.613.000 sedangkan pada
RKT 2008, rencana penganggaran biaya perencanaan sebesar Rp. 18.530.915.000 dan realisasinya sebesar Rp. 10.994.613.000. Penerapan teknik RIL yang
dilakukan perusahaan pada tahun 2008 menunjukkan peningkatan penggunaan biaya perencanaan pemanenan. Nilai ini lebih besar dari pelaksanaan penggunaan
biaya perencanaan pada realisasi RKT tahun 2007, yaitu dengan ketercapaiannya melebihi Baseline sebesar 68,55 . Namun, pada kegiatan pemanenan 2008, nilai
capaian penggunaan biaya perencanaan kurang dari ketercapaian target sebesar 40,67 . Realisasi biaya perencanaan pada penerapan teknik RIL oleh perusahaan
tidak berbeda dengan realisasi teknik pemanenan konvensional. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan RKT, perusahaan mencoba memaksimalkan
pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ITSP, kegiatan silvikultur, pemetaan dan kegiatan pasca penebangan, sehingga dari
seluruh kegiatan yang dimaksimalkan ini dihasilkan efisiensi biaya yang cukup tinggi. Penerapan sistem pemanenan konvensional pada RKT 2007 yang dirubah
menjadi penerapan teknik RIL pada pelaksanaan RKT 2008 oleh perusahaan terbukti mampu mengurangi pengeluaran biaya perencanaan pemanenan dari yang
direncanakan. Untuk tolok ukur rencana jumlah pohon yang dipanen, pada pelaksanaan
RKT 2007 perusahaan memanen sebanyak 15.737 pohon. Pada RKT 2008, rencana perusahaan untuk memanen hutan yang diperoleh dari hasil ITSP sebesar
26.871 pohon. Pada rencana RKT 2008 terdapat target perusahaan yang melebihi Baseline terhadap jumlah pohon yang dipanen sebesar 70,75 . Namun, dalam
pelaksanaan pemanenan hutan pada RKT 2008 terjadi penurunan jumlah hanya 12.268 pohon yang dipanen atau kurang dari target sebesar 54,34 . Penerapan
teknik RIL mengurangi ketercapaian perusahaan jumlah pohon yang dipanen
sebesar 22,04 terhadap Baseline. Penurunan jumlah pohon yang dipanen memberikan dampak positif terhadap penurunan jumlah limbah hasil tebangan
Tahapan kedua dari kegiatan pemanenan hutan adalah penebangan. Realisasi tebangan RKT 2007 adalah sebesar 79.997,32 m
3
. Pada rencana RKT 2008 target volume kayu yang dipanen sebesar 125.000 m
3
atau melebihi ketercapaian Baseline sebesar 56,26 . Pada pelaksanaan penebangan RKT 2008,
capaian volume kayu yang dipanen sebesar 85.175,4 m
3
atau kurang dari target perusahaan sebesar 31,86 . Penggunaan teknik RIL memperoleh capaian
melebihi Baseline peningkatan volume kayu yang dipanen sebesar 6,47 . Peningkatan volume kayu yang dipanen mengindikasikan penerapan teknik RIL
berhasil mengurangi limbah penebangan dengan memaksimalkan tingkat volume hasil tebangan. Efisiensi nilai volume kayu yang kurang dari ketercapaian
Baseline juga dapat dibuktikan dari tingkat rendemen kayu yang dimanfaatkan perusahaan yang meningkat dari 0,77 pada RKT 2007 menjadi 0,86 pada RKT
2008 atau meningkat sebesar 10,71 . Capaian nilai kayu pada RKT 2007 sebesar Rp. 120.443.207.000. Pada
rencana pelaksanaan RKT 2008, perusahaan menargetkan nilai kayu yang dikeluarkan sebesar Rp. 205.343.503.000. Nilai ini melebihi dari ketercapaian
Baseline sebesar 70,49 . Namun, pada realisasi RKT 2008, terjadi pengurangan capaian nilai kayu yang dikeluarkan, yaitu sebesar Rp. 134.599.200.000 atau
berkurang sebesar 34,45 . Penerapan teknik RIL menghasilkan ketercapaian melebihi Baseline terhadap nilai kayu yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar
11,75 . Kenaikan ini disebabkan oleh harga kayu yang dipanen dengan teknik RIL meningkat. Kayu yang dipanen dengan teknik ini memiliki sertifikat kayu
yang menjamin kelegalan kayu tersebut, sehingga para konsumen lebih memilih membeli kayu yang bersertifikat.
Sedangkan tolok ukur tingkat kayu yang dimanfaatkan, capaian pada RKT 2007 sebesar 35.556,47 m
3
. Pada RKT 2008, perusahaan menargetkan 125.000 m
3
kayu dapat dimanfaatkan namun realisasi tingkat pemanfaatan kayu RKT 2008, hanya sebesar 85.175,4 m
3
. Tolok ukur tingkat pemanfaatan kayu pada RKT 2008 memperoleh kecercapaian kurang dari Baseline sebesar 251,55 . Dalam
penerapan teknik RIL, perusahaan memperoleh capaian yang melebihi Baseline
terhadap pemanfaatan kayu sebesar 139,55 . Nilai perbandingan ini disajikan pada Tabel 11.
Upah pekerja merupakan salah satu aspek finansial yang mendukung pelaksanaan operasional pemanenan hutan. Pengukuran tolok ukur dalam setiap
tahapan pemanenan hutan menunjukkan capaian 100 pada RKT 2007 dan realisasi RKT 2008. Hal ini dikarenakan pemberian upah kerja sesuai dengan
peraturan finansial perusahaan. pemberian upah tenaga sesuai dengan insentif yang diberlakukan disesuaikan dengan jumlah dan kualitas produksi. Nilai
capaian ini disajikan pada Tabel 12.
5.4.2 Perspektif Proses Bisnis Internal